BerandaFoto Esai
Senin, 11 Apr 2021 11:31

Wedang Ronde Jago, Penangkal Hawa Dingin Kota Salatiga Berusia Setengah Abad

Wedang ronde yang hangat selalu menjadi minuman yang pas untuk suasana malam di Kota Salatiga yang hampie selalu berhawa dingin. Di antara banyak wedang ronde di sana, Ronde Jago merupakan salah satu yang melegenda. Seperti apa rasa wedang yang telah eksis lebih dari setengah abad ini?<br>

Inibaru.id - Hawa dingin yang menusuk tulang memaksa saya berhenti sejenak di Kota Salatiga, Jawa Tengah. Perjalanan masih panjang, tapi tangan yang mulai membiru dan perut keroncongan memaksa saya berhenti sejenak di sebuah kedai wedang ronde. Rupanya, saya berhenti di Wedang Ronde Jago.

Bagi pencinta minuman hangat di Jawa Tengah, Wedang Ronde Jago adalah kedai legendaris. Berusia lebih dari setengah abad, kedai ini selalu menjadi rujukan bagi siapa pun yang tengah bertandang ke Salatiga, khususnya saat kota yang berlokasi di punggung Gunung Merbabu itu tengah dingin-dinginnya.

Sejak "kesasar" ke Wedang Ronde Jago sekitar setahun lalu, sudah berkali-kali saya bertandang ke kedai yang hanya berjarak lima menit dari alun-alun kota tersebut, tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman nomor 9. Pemiliknya saat ini merupakan generasi keempat.

Di kedai ini, Ronde Sekoteng menjadi menu favorit saya, yang sepertinya juga menjadi kesukaan sebagian besar pengunjung. Kalau kamu bertandang ke tempat yang terkesan zadul tapi nyaman ini, cobalah memesannya! Ronde sekoteng beraroma khas, perpaduan jahe dan sekoteng yang wangi. Rasanya juga sungguh autentik, yang merupakan warisan turun-temurun.

Segelas ronde sekoteng berisikan ronde, kacang, rumput laut, dan kolang-kaling. Semua bahan itu kemudian diguyur dengan campuran air jahe dan gula. Rasanya? Manis, agak pedas, dan menyegarkan, serta ada sensasi hangat di tenggorokan.

Suhartono, salah seorang pelanggan yang kebetulan duduk nggak jauh dari saya yang tengah menikmati ronde sekoteng pun mengiyakan. Rasa hangat minuman tersebut, ungkapnya, benar-benar mampu mengalihkan hawa dingin yang menggigit di Salatiga.

“(Wedang ronde sekoteng) menghangatkan dari dalam tubuh. Ini ronde terenak yang pernah saya cicipi,” kata dia, lalu tertawa.

Oya, selain minum wedang, kalau kamu lapar, kamu juga bisa menyicipi masakan yang nggak kalah menghangatkan seperti mi kopyok. Perlu kamu tahu, mi kopyok adalah masakan tradisional yang banyak dijual di Semarang dan sekitarnya, termasuk Salatiga.

Kalau nggak pengin yang terlalu berat, sebagai teman ngewedang, kamu juga bisa menikmati berbagai camilan yang juga tersedia di sana. Kamu nggak perlu takut kantongmu jebol, karena makanan dan minuman di sini cukup murah meriah, kok

Kedai Wedang Ronde Jago buka saban hari dan bisa kamu sambangi mulai pukul 14.00 sampai 20.00 WIB. Namun, kalau kamu nggak suka situasi yang terlalu ramai, ada baiknya nggak datang pada akhir pekan. Salah seorang karyawan di kedai tersebut mengatakan, Sabtu dan Minggu umumnya menjadi puncaknya.

“Pada akhir pekan, sehari bisa terjual sekitar 400 porsi wedang ronde,” ujarnya sembari sibuk melayani pesanan.

Nah, buat kamu yang pengin cari kehangatan di sekitar Salatiga, nggak ada salahnya menyambangi Wedang Ronde Jago yang telah berusia setengah abad ini. Kuy, sambangi! (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Racikan Ronde Jago ditaruh di atas gelas terlebih dahulu.<br>
Kedai ini buka pukul 14.00-20.00 WIB.<br>
Inilah bahan-bahan yang digunakan untuk meracik wedang ronde.<br>
Malam hari menjadi waktu yang paling ramai dikunjungi orang.<br>
Ronde disajikan dengan air rempah yang mampu menghangatkan tubuh dari dalam.<br>
Ada banyak camilan yang juga bisa memanjakan lidahmu.<br>
Kedai Ronde Jago berlokasi di sebuah gang kecil di kompleks pasar tradisional Kota Salatiga.<br>
para karyawan sudah mulai menyiapkan ramuan untuk dijadikan bahan racikan wedang ronde sejak pukul 12.00 WIB<br>
Wedang Ronde Jago menggunakan kolang-kaling dengan kualitas terbaik.<br>
Selain mencicipi wedang ronde, kamu juga bisa menikati mi kopyok di sini.<br>

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024