Inibaru.id - Rasa penasaran saya pada keberadaan "surga melon" di lereng pegunungan Muria yang sempat viral di medsos akhirnya terbayar lunas belum lama ini. Berangkat pagi-pagi sembari memikul rasa takut bakal kecewa karena ekspektasi nggak sesuai kenyataan, kekhawatiran itu sirna begitu saya sampai di lokasi.
Tiba sekitar pukul 09.00 WIB, saya menyaksikan sendiri betapa ranumnya melon-melon yang tumbuh di lahan tersebut. Oya, tempat yang saya tuju adalah Mellizo Hydro Farm, lokawisata petik buah yang berlokasi di Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Tempat wisata berbentuk green house berukuran 10x30 meter ini baru dibuka untuk umum pada 20 Desember 2023 lalu. Begitu tiba, saya yang datang bersama seorang kawan pun segera menghambur ke dalam, nggak sabar untuk segera mencicipi melon yang konon sangat segar dan supermanis itu.
Setiba di dalam green house, mata saya berbinar melihat sendiri deretan pohon melon yang ditanam dengan rapi, tumbuh merambat ke atas. Di tiap pepohonan hijau yang tumbuh di atas polybag putih tersebut, terdapat buah melon berwarna kekuningan yang agaknya telah siap petik.
Wisata Edukatif Murah Meriah
Mellizo Hydro Farm dibuka untuk umum mulai pukul 08.00 sampai 15.00 WIB. Untuk memasuki green house ini, kita cukup membayar biaya tiket masuk yang relatif terjangkau, yakni Rp5.000 per orang. Menurut saya, tempat ini menarik karena melon-melon ini yang ditanam dengan sistem hidroponik.
Sedikit informasi, hidroponik adalah sistem budi daya menanam dengan media berupa air alih-alih tanah. Jadi, buat yang pengin belajar metode penanaman tersebut, sudah benar kalau kamu datang ke tempat ini.
Pengunjung Mellizo Hydro Farm memang rata-rata orang yang pengin belajar tentang penanaman melon hidroponik yang terbilang unik ini. Saat kami datang, saya juga melihat rombongan anak TK yang tengah berwisata ke sini. Berdiri di tengah-tengah mereka adalah Aristya, sang pemilik kebun melon.
Setelah menyapa Aris, sapaan Aristya, kami pun segera bergabung dengan adik-adik TK berseragam biru merah bertuliskan "TK Bhakti Putra" yang tampak antusias mengikuti wisata edukatif nan murah meriah tersebut.
Memetik Melon Sendiri
Dari kejauhan saya bisa mendengar gimana Aris mulai menjelaskan tentang ciri-ciri buah melon yang telah siap dipetik. Melon yang matang, dia menjelaskan, mempunyai satu ciri khas, yakni daun benderanya berwarna kuning.
"Daun bendera adalah daun yang tumbuh tepat di atas buah melon,” terang Aris sambil menunjuk ke arah daun yang dimaksud.
Setelah memberikan penjelasan singkat, dia lantas mengangsurkan gunting pemotong ke anak-anak agar mereka bisa segera memulai aksi memetik buah. Dalam memandu anak-anak, Aris dibantu sahabatnya, yakni Mohammad Khoirul Anam atau lebih akrab disapa Irul.
Aris pun memberikan gunting khusus kepada anak-anak untuk mulai aksi memetik buah. Bersama sahabatnya, Moh. Khoirul Anam atau Irul, mereka memandu anak-anak TK dalam petualangan memetik melon langsung dari pohonnya sendiri.
Melon dari Thailand
Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, daya tarik terbesar dari wisata edukatif murah meriah di Kabupaten Pati ini adalah sensasi memetik buah sendiri langsung dari pohonnya. Hal ini juga sempat disinggung Irul saat kami punya kesempatan untuk ngobrol di sela kesibukan mereka.
"Pengunjung memang dipersilakan untuk memetik buah melon sendiri, dengan tujuan agar mereka mendapatkan pengalaman yang lebih seru sepulang dari sini," terang pemuda yang mengaku memilih benih melon impor dari Thailand tersebut.
Hal itu pun segera diiyakan Trisnawati, guru TK Bhakti Putra yang membersamai anak-anak memetik melon di Mellizo Hydro Farm. Dengan menyambangi tempat ini, dia mengungkapkan, para anak didiknya bisa belajar, melihat langsung, memetik , sekaligus merasakan melon hasil kutipan sendiri.
"Melon yang dipetik dihargai Rp35 ribu per kilo, menurut saya sebanding dengan rasa yang lebih manis dan tekstur yang lebih renyah dibanding melon lokal yang biasa kita beli di pasar,” tandasnya.
Menurut saya, nggak berlebihan kalau Mellizo Hydro Farm didaku sebagai surga melon di Pati. Yap, karena memang belum ada yang seperti ini di sini. Err, atau saya yang mainnya kurang jauh? Ha-ha.(Rizki Arganingsih/E03)