BerandaTradisinesia
Selasa, 23 Jun 2025 14:41

Woro-Woro! Tradisi Mubeng Beteng 1 Sura Bakal Kembali Hadir di Yogyakarta

Tradisi Mubeng Beteng 1 Sura, lebih dari sekadar mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta. (Ambarrukmo)

Pada malam Tahun Baru Jawa yang hadir pada Kamis (26/5/2026) nanti, bakal ada tradisi tahunan Mubeng Beteng 1 Sura di luar kawasan Keraton Yogyakarta. Seperti apa ya tradisi ini?

Inibaru.id - Yogyakarta kembali bersiap menyambut malam yang sakral. Pada Kamis malam, (26/5/2025) nanti, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan kembali menggelar tradisi tahunan yang selalu ditunggu; Mubeng Beteng 1 Sura. Prosesi ini bukan sekadar jalan kaki mengelilingi benteng keraton, melainkan ritual spiritual yang menyatukan langkah, doa, dan kesadaran diri.

Sebagaimana yang diungkap akun X @merapi uncover pada Minggu (22/6), acara ini dijadwalkan dimulai pukul 23.00 WIB dari Bangsal Ponconiti, kompleks Kamandungan Lor.

Rundown acara dimulai dengan pembacaan tembang macapat selepas salat Isya. Iringan tembang ini seakan menjadi aba-aba lembut untuk menyelami sunyi malam yang sebentar lagi akan diisi ribuan tapak kaki dan hati yang bertirakat.

Tirakat dalam Keheningan

Bukan Yogyakarta namanya kalau nggak menyimpan makna kedalaman dalam setiap tradisi. Mubeng Beteng, atau secara harfiah berarti “mengelilingi benteng”, memang tampak sederhana. Tapi di balik langkah kaki tanpa alas itu, tersimpan makna refleksi dan perenungan.

Nantinya, peserta berjalan sepanjang 4,5 km mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta secara hening. Nggak ada obrolan, nggak ada tawa, dan nggak ada gawai. Bahkan makan, minum, dan merokok pun dilarang. Semua berjalan dalam sunyi, mengikuti arah berlawanan jarum jam sebagai simbol kembali pada jati diri dan kesadaran spiritual.

Tradisi ini terinspirasi dari perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW yang menempuh gurun tanpa alas kaki sebagai bentuk pengorbanan dan keprihatinan. Nilai itu kemudian diadaptasi dalam bentuk lampah ratri: berjalan malam hari sebagai tirakat, tapa bisu, dan wujud syukur memasuki Tahun Baru Jawa ke 1959.

Lebih dari Sekadar Ritual

Ribuan warga mengikuti tradisi Mubeng Beteng 1 Sura pada tahun-tahun sebelumnya. (Kratonjogja)

Diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda sejak 2015, Mubeng Beteng punya akar sejarah panjang. Konon, tradisi ini dimulai pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono II (1792-1828) dan dahulu hanya dilakukan oleh abdi dalem atas perintah raja. Kini, masyarakat umum pun bisa ikut, asal memenuhi syarat: berpakaian sopan, menjaga ketertiban, dan menghormati kekhusyukan.

Bunyi lonceng sebanyak 12 kali menjadi penanda dimulainya prosesi. Bacaan doa akhir tahun dan awal tahun pun dikumandangkan. Semua berjalan dalam satu tujuan: memasuki tahun baru dengan hati yang bersih dan batin yang tenang.

Menjaga Warisan, Menjaga Diri

Di tengah gegap gempita perayaan tahun baru Masehi yang penuh kembang api dan terompet, Mubeng Beteng hadir sebagai antitesis: sepi, sunyi, namun kaya makna. Ia mengajak siapa pun untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia, lalu menoleh ke dalam diri.

Yogyakarta memang nggak pernah kehabisan cara untuk membuat kita merenung. Mubeng Beteng bukan cuma soal tradisi, melainkan tentang bagaimana manusia menyatu kembali dengan langkah, doa, dan semesta. Nah, dalam langkah-langkah sunyi itu, kita belajar, bahwa nggak semua perjalanan harus gaduh untuk jadi bermakna.

Hm, menarik juga ya filosofi Mubeng Beteng 1 Sura di Yogyakarta ini? Kamu tertarik untuk ikutan nggak, nih, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: