Inibaru.id – Bukan Indonesia namanya kalau nggak punya tradisi unik yang masih dipegang teguh masyarakat. Salah satu tradisi unik yang bisa kamu temui pada bulan Ramadan seperti sekarang ini adalah weh huweh yang ada di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Tradisi ini biasanya dilakukan jelang malam ke-21 Ramadan. Masyarakat yang tinggal di Jalan Sampangan sampai Jalan Domenggalan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak Kota, menggelar sejumlah makanan di depan rumahnya sejak Maghrib hingga waktu Isya tiba.
Warga kemudian berkeliling untuk menukarkan makanan yang mereka bawa dengan makanan yang disediakan tetangganya di depan rumah. Memang, seperti inilah inti dari tradisi ‘weh huweh’. Siapa saja boleh bertukar makanan sesuka hati.
Sembari bertukar makanan, warga pun mengobrol dan bersenda gurau. Jalanan kampung pun terlihat ramai dan dipenuhi dengan vibes ceria. Apalagi, warga juga sebelumnya menghiasi sisi kiri dan kanan jalan dengan balon warna-warni dan lampu hias. Suasananya pun semakin meriah.
Tradisi turun-temurun dari nenek moyang
Menurut keterangan tokoh masyarakat setempat Ahmad Zaky Mubarok, tradisi ‘weh huweh’ sudah berlangsung turun-temurun. Sayangnya, warga nggak tahu pasti sejak kapan tradisi ini dimulai atau siapa yang menginisiasinya.
“Kami nggak tahu kapan tradisi ini dimulai atau siapa yang memulainya. Yang pasti, tradisi ini baik karena mengajarkan anak-anak untuk saling berbagi atau bertukar jajanan dengan saudara dan tetangga. Lebih dari itu, tradisi ini juga mengajarkan anak untuk jujur dan menjaga silaturahmi,” ungkapnya sebagaimana dilansir dari Kompas, Sabtu (25/5/2019).
Kejujuran memang jadi hal yang ditekankan dalam tradisi ini. Oleh karena itulah, di depan rumah warga. Makanan ditempatkan di wadah yang mudah dijangkau siapa saja, termasuk anak kecil. Siapa pun juga diminta untuk menukar makanannya, bukannya mengambil tapi nggak memberikan makanan miliknya.
Tradisi ini juga dianggap sebagai modal bagi warga untuk menyambut malam Lailatul Qodar. Dengan saling memberi maaf dan kembali menjalin tali silaturahmi, warga pun semakin mantap mengharapkan pahala sebanyak mungkin pada bulan Ramadan.
“Soalnya, di tradisi ini, warga bersilaturahmi, nggak lagi menyakiti atau menjahati, saling berbagi, tanpa memilih siapa yang lebih disukai atau nggak disukai,” lanjut Zaky.
Menarik juga ya tradisi ‘weh-wehan’ di Demak ini, Millens. Kalau di tempatmu ada tradisi serupa nggak? (Arie Widodo/E05)