BerandaTradisinesia
Jumat, 7 Sep 2023 12:43

Viral Parade Sound System Horeg, Sebenarnya Untuk Apa Sih?

Parade sound system horeg yang belakangan bikin resah warga. (Instagram.com/pemburu.horeg.pendemclumprit)

Video-video yang menunjukkan rumah rusak akibat parade sound system horeg viral di media sosial. Jika pada akhirnya merugikan, sebenarnya untuk apa sih parade ini diadakan?

Inibaru.id – Belakangan ini pasti kamu sering melihat postingan yang isinya adalah parade sound system atau parade sound horeg yang bikin repot banyak orang. Bagaimana nggak, hanya demi mengakomodasi parade dengan sound system berukuran besar, banyak pohon, atap rumah, hingga jembatan yang jadi korban.

Sudah banyak video yang menunjukkan kalau menggelegarnya sound horeg ini mampu menjatuhkan genting warga. Selain itu, ada pula video yang menunjukkan atap rumah warga dirusak agar kendaraan yang memuat sound system bisa lewat.

Terkini, di Desa Kasri, Kecamatan Buluwalang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sebuah jembatan dirusak hanya karena nggak bisa dilewati sebuah truk yang membawa sound system berukuran besar. Meski pembongkaran sisi jembatan ini sudah mendapatkan izin dari Kepala Desa dan nantinya akan dibangun kembali, tentu saja hal ini menimbulkan kontroversi karena pembangunan jembatan tentunya membutuhkan biaya yang nggak sedikit.

Malang memang jadi awal mula parade sound system. Berkat sosial media, parade ini merambah kota-kota di Jawa Timur lain layaknya Tulungagung atau Kediri. Sejumlah wilayah di Jawa Tengah seperti Pati juga mengalami demam parade sound horeg ini. Bedanya, parade sound system di Jawa Timur biasanya digelar pada Agustus sampai September, sementara di Pati, parade biasanya digelar saat Idulfitri.

Salah seorang warga Kecamatan Gabus, Pati bernama Nugie menyebut parade ini baru populer dalam dua tahun belakangan.

“Tradisinya kan biasa kalau malam Lebaran ada pawai arak-arakan patung atau objek karya lain gitu. Tapi di tempatku ini arak-arakannya juga diiringi dengan sound system besar yang ditempatkan di atas truk. Jadi sound system-nya juga ikut pawai. Tapi, dalam dua tahunan belakangan, fokusnya bergeser dari arak-arakan jadi pawai sound system,” terang Nugie, Kamis (7/9/2023).

Lantas, apa yang membuat orang seperti berlomba-lomba menyajikan parade sound system dengan suara yang menggelegar? apakah ada semacam lomba atau penghargaan?

Parade sound system horeg awalnya viral di kawasan Jawa Timur. (Instagram/irul_production)

“Nggak ada yang ngasih penilaian atau penghargaan. Lebih ke kebanggaan per kelompok saja. Semakin ‘horeg’ sound systemnya, semakin keren bagi mereka,” lanjut laki-laki 36 tahun tersebut.

Gara-gara kesan "prestise" dan keren itulah, orang-orang yang membangun sound system untuk parade nggak segan untuk iuran dengan biaya yang nggak sedikit agar bisa menyewa peralatan terbaik.

“Budgetnya sekali sewa satu set sound system minimal Rp25 juta. Ada juga yang sampai Rp100 juta. Kebanyakan nyewanya di area Jatim, sekitar Malang dan sekitarnya,” terangnya.

Dana sebanyak itu sebagian besar dikumpulkan dari anak-anak muda yang punya bisnis jualan kasur kapuk dan perabot di luar kota. Mereka yang bekerja di luar negeri juga nggak segan-segan untuk menyumbang dana.

“Alasan mereka mau nyumbang dana ya biar paradenya jadi meriah gitu,” lanjut Nugie.

Sayangnya, di balik kemeriahan parade ini, ternyata kebanyakan warga dari kalangan orang tua nggak menyukainya. Alasannya? Tentu saja karena suara sound system yang menggelegar itu merusak rumah, khususnya genting dan kaca jendela. Mereka juga khawatir orang-orang yang sudah sepuh atau sedang sakit justru mengalami masalah kesehatan karena mendengar suara sound system tersebut.

“Orang-orang tua kalau dengar parade sound system itu pada misuh-misuh (mengumpat) semua. Tapi nggak bisa ngapa-ngapain karena yang ikutan banyak. Kalau aku sendiri milih nggak ikutan,” pungkas Nugie.

Yap, meski meriah dan bisa bikin viral di media sosial, nyatanya parade sound system horeg ini memang kontroversial dan merugikan sejumlah orang. Kalau di tempatmu, apakah ada juga parade ini, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: