Inibaru.id – Namanya jenang sabun. Dari sebutannya, tentu kita jadi merasa kepo mengapa penganan ini memiliki nama demikian. Sayangnya, kuliner khas Kebumen, Jawa Tengah ini kini semakin sulit dicari.
Meski ada embel-embel sabun di namanya, bukan berarti jenang ini mengandung sabun, ya. Saat jenangnya sudah jadi, kamu juga nggak akan merasakan aroma sabun. Meski begitu, ada dugaan kalau penyematan sabun pada jenang ini disebabkan oleh bentuknya yang terlihat mirip dengan sabun.
“Banyak orang yang penasaran dengan namanya. Tapi saya sendiri nggak tahu asalnya. Sejak saya kecil, sebutannya sudah jenang sabun dan nggak pernah berubah,” ungkap salah seorang penjual jenang sabun di Kebumen Welas Asih sebagaimana dilansir dari Jawapos, Minggu (23/7/2023).
Jenang sabun terbuat dari tepung beras yang diberi tambahan nira kelapa. Kombinasi kedua bahan ini mampu membuat jenang terasa kenyal, manis, dan nggak alot. Welas mengaku memproduksi sendiri jenang sabun yang dia jual. Alasannya, suaminya bekerja sebagai penderes nira kelapa. Jadi, dia pun nggak kesulitan mencari bahan baku.
“Saya nggak memakai bahan kimia sama sekali. Proses membuatnya juga masih memakai alat tradisional. Jadi memang harus telaten,” lanjutnya.
Yap, apa yang diungkap Welas memang benar. Tahapan proses pembuatan jenang sabun cukup panjang. Setelah selesai dibuat, adonan jenang dibentuk tipis seperti kulit lumpia dan diletakkan di atas daun pisang. Adonan ini kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari langsung sekitar 2 hari. Saat sudah kering, adonan digulung sampai memiliki panjang 5 sentimeter dan kemudian dikeringkan lagi sebelum siap dijual.
Setiap hari, Welas mampu membuat setidaknya tiga kilogram bahan baku jenang atau sekitar 200 biji. Dia menjualnya dalam wadah kotak dengan isi 17 biji.
“Per kotak isi 17 saya jual Rp10 ribu. Saya jual online ternyata banyak yang cari,” cerita warga Desa Munggu, Kecamatan Petanahan.
Perempuan yang kini berusia 54 tahun ini mengaku meneruskan usaha jenang sabun dari ibunya yang sudah meninggal pada 2002 silam. Dia menyebut jumlah orang yang membuat jenang sabun sepertinya semakin berkurang.
“Dulu yang bikin banyak. Sekarang di desa ini tinggal saya. Wajar jumlah pembuatnya berkurang karena proses pembuatannya memang bikin repot banget. Sebenarnya sayang sih, soalnya ini kan kuliner khas Kebumen, khususnya di kawasan pesisir selatan,” ungkapnya.
Semoga saja jenang sabun semakin laris di pasaran ya, Millens! Jadi, nantinya pembuat jenang ini semakin banyak dan akhirnya penganan ini nggak punah, deh. (Arie Widodo/E10)