BerandaTradisinesia
Minggu, 17 Mar 2018 07:05

Ritus-Ritus sebelum Hari Nyepi

Pawai ogoh-ogoh (theatlantic.com)

Menjadi hari tanpa aktivitas, saat Nyepi, Bali menjadi pulau yang sepi. Sebelum itu, beberapa ritus dijalani penganut Hindu. Apa saja?

Inibaru.id – Hari Raya Nyepi ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga atau yang sering dipercaya sebagai hari penyucian para dewa-dewa yang terdapat di pusat samudera dan yang membawa intisari amerta air hidup. Pada Hari Raya Nyepi, para penganut Hindu melakukan pemujaan bagi para dewa-dewa yang dianutnya. Tujuannya untuk memohon kepada Tuhan agar menyucikan bhuana alit (alam manusia) dan bhuana agung (alam semesta).

Jika kamu berada di Bali saat Nyepi, kamu akan merasakan suasana yang nggak akan pernah kamu temukan di kota lain di Indonesia. Berasal dari kata “sepi” yang artinya sunyi, senyap, lenggang, nggak ada kegiatan, perayaan Nyepi sudah dimulai sejak 78 masehi. Pada hari itu,  semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum seperti Bandara Internasional Ngurah Rai juga tutup, kecuali rumah sakit.

Nah, melansir beritagar.id (7/3/2018), sebelum Nyepi dimulai, ada beberapa rangkaian ritus yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali. Apa saja itu? Ada melasti, bhatara nyejer, tawur kesanga, ngerupuk, dan catur brata penyepian. Rangkaian Nyepi tersebut disesuaikan dengan tempat, waktu dan keadaan di desa pakraman (desa kala patra), termasuk tradisi pada masing-masing desa adat di Pulau Dewata.

Pada 2018 ini, Nyepi akan jatuh pada 17 Maret 2018. Sebelum itu, umat Hindu akan mengawalinya dengan mengadakan prosesi melasti di kawasan pantai, sumber mata air dan danau yang disucikan. Diadakan selama tiga hari yaitu pada tanggal 14-16 Maret 2018, masing-masing desa adat dapat memilih salah satu dari tiga yang telah ditentukan itu.

Baca juga:
Mendak Tirta, Tradisi Umat Hindu Boyolali Jelang Nyepi
Sucikan Diri dan Alam melalui Upacara Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan

Prosesi melasti ini dianggap sebagai nganyudang malaning gumi ngamet tirta amerta, yang berarti menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Pasalnya, dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau dan laut dianggap sebagai asal tirta amerta atau air kehidupan. Masing-masing desa adat dapat memilih salah satu dari tiga hari yang telah ditentukan.

"Yang bermukim dekat pantai bisa melakukannya di laut, yang di gunung bisa di danau, dan yang di tengah kota bisa melakukannya di sumber mata air terdekat," kata Ngurah Sudiana, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).

Bermakna menyucikan benda yang disakralkan oleh umat Hindu, saat melakukan melasti orang-orang akan datang dengan membawa perangkat-perangkat keramat peribadahan, yaitu arca, pratima, dan pralingga dari pura yang ada di wilayah masing-masing untuk disucikan. Nggak lupa mereka membawa sesajian sebagai pelengkap upacara.

Setelah melasti, prosesi berikutnya adalah bhatara nyejer atau berdoa di Balai Agung atau Pura Desa di masing-masing kawasan desa pakraman. Lalu dilanjutkan dengan prosesi tawur kesanga, atau persembahan kurban. Tawur Kesanga ini dilakukan sehari menjelang Nyepi, atau 16 Maret 2018. Berakhir pada petang hari, prosesi yang pusat pelaksanaannya dilakukan di Pura Besakih ini ditutup dengan prosesi ngerupuk.

Ritual ngerupuk ini bermakna mengusir si roh jahat bhutakala dan menetralkan semua kekuatan dan pengaruh negatif makhluk yang nggak kelihatan secara kasat mata itu. Prosesi ini dilakukan dengan ritual berkeliling pemukiman sambil menebar nasi tawur, mengobori rumah dan pekarangan rumah, kemudian melemparkan mesiu ke rumah dan pekarangan. Selain itu, umat Hindu juga akan memukul benda-benda yang ada di rumah, contohnya kentongan agar suasana menjadi ramai.

Oya, khusus untuk umat Hindu di Bali, ritual ngerupuk akan dimeriahkan dengan adanya pawai ogoh-ogoh sebagai perwujudan buthakala yang kemudian akan diarak mengelilingi lingkungan dan akan berakhir dengan cara dibakar.

Baru pada keesokan harinya, umat Hindu melaksanakan prosesi catur brata penyepian yang dilaksanakan pada hari Nyepi. Prosesi ini berupa berdiam diri di dalam rumah sambil melaksanakan empat pantangan. Pantangan tersebut yaitu nggak melakukan kegiatan (amati karya), nggak menyalakan lampu atau api (amati geni), nggak bepergian (amati lelungan) serta nggak mengadakan rekreasi, bersenang-senang atau hura-hura (amati lelanguan).

Baca juga:
Menumbuhkan Sportivitas melalui Permainan Betengan
Keseruan Main Gobak Sodor

Nah, saat melakukan catur brata penyepian ini, nantinya akan ada petugas keamanan desa adat (pecalang) di bawah koordinasi prajuru atau pengurus desa adat setempat yang akan mengawasi secara ketat. Jadi, kalau sampai ada yang ketahuan melanggar ke empat pantangannya, maka akan diberikan sanksi sesuai kesalahan.

Bahkan, kebiasaan swafoto juga dilarang saat Nyepi, lo. Untuk mengantisipasi agar masyarakat nggak melakukan swafoto dan sibuk dengan hiburan di dunia maya, pihak PHDI Bali meminta kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika agar layanan internet untuk daerah Bali dihentikan selama catur brata penyepian. Setelah catur brata penyepian selesai, barulah menjelang siang pada hari berikutnya aktivitas Pulau Dewata akan kembali berjalan seperti biasa.

Nah, itu dia rangkaian ritual yang dilakukan umat Hindu sebelum acara Nyepi. Oya, buat kamu yang lagi menginap di hotel di Bali, diimbau juga buat nggak menyalakan televisi atau perangkat hiburan lainnya. Hal tersebut dianggap menodai agama dan akan ditindak tegas oleh desa adat setempat.  (ALE/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024