BerandaTradisinesia
Jumat, 28 Apr 2022 22:18

Ritual dan Makna Kematian bagi Masyarakat Jawa

Tradisi selametan ada Jawa pada jaman dahulu. (Twitter/budayajawa_id)

Orang Jawa memiliki pelbagai upacara adat untuk menghormati anggota keluarga yang telah berpulang. Kamu tentu nggak asing lagi dengan ritual hari pertama hingga hari-hari setelahnya. Apa aja sih?

Inibaru.id – Kematian dalam adat Jawa biasa disebut kesripahan atau lelayu. Tradisi seputar kematian dilakukan dengan cara yang khas, berbeda dengan tradisi wilayah lain. Masyarakat Jawa biasa menggelar selamatan dari mulai hari kematian hingga bertahun-tahun lamanya.

Selametan merupakan kata yang berasal dari kata slamet atau selamat. Acara yang biasa diadakan secara lesehan dan beberapa hidangan yang sengaja dibuat dengan lauk pauk lengkap untuk dimakan bersama setelah doa.

Pelbagai selametan lelayu yang diadakan dalam adat Jawa, yakni:

Ngesur Tanah Kuburan

Ngesur tanah atau biasa dinamakan dengan surtanah adalah upacara yang dilakukan setelah jenazah dikebumikan. Ngesur berarti menggeser, sehingga upacara ini menyimbolkan arti dari bergesernya kehidupan mendiang ke alam lain.

Surtanah biasa dilakukan dengan persiapan sajian berupa nasi gurih, ingkung, urap cabai merah, kerupuk rambak, kedelai hitam, bawang merah, bunga kenanga, garam halus, dan tumpeng yang dibelah.

Selametan Telung Dina & Mitung Dina

Upacara telung dina adalah upacara selametan yang dilakukan setelah hari ketiga mendiang meninggal dunia. Ini dimaksudkan sebagai penghormatan kepada arwah orang yang meninggal. Orang Jawa yakin bahwa selama tiga hari pertama arwah masih berada di dalam rumah. Barulah pada hari selanjutnya arwah mulai mencari jalan untuk meninggalkan rumah.

Selanjutnya adalah upacara mitung dina atau tujuh hari. Upacara ini hampir sama dengan sebelumnya, namun dengan disisipi ritual membuka genteng atau jendela sebelum acara dimulai. Hal ini mempunyai arti bahwa dibukanya benda-benda tersebut akan melancarkan arwah untuk meninggalkan rumah.

Nasi berkat dalam acara selametan dengan wadah <i>besek (</i>wadah makanan dari plastik). (Twitter/kwamisato)

Peringatan Matangpuluh Dina & Nyatus

Matangpuluh dina atau empat puluh hari memiliki arti arwah mendiang akan berjalan keluar dari sekitar rumah untuk kembali kepada Sang Pencipta. Biasanya acara selametan ini sebagai malam puncak atas dilakukannya doa tahlil yang berturut selama tujuh malam.

Malam penutupan acara biasa dilakukan dengan ahli waris memberikan bancakan atau makanan seperti nasi berserta lauk pauk yang dikemas dalam besek.

Selanjutnya ada nyatus. Acara ini dimaksudkan untuk menyempurnakan hal-hal yang bersifat badan wadhag. Konon, selama di alam kubur, arwah masih sering datang ke keluarga di rumah sehingga perlu dilakukan doa untuk menyempurnakan.

Ubarampe pada acara ini biasanya ada jajanan pasar; pisang, ketan, kolak,

Mendhak Sepisan, Pindho, & Nyewu

Mendak sepisan adalah upacara selamatan yang dilakukan setelah setahun kematian mendiang. Tujuannya untuk mengingatkan kembali jika keluarga telah ditinggalkan oleh mendiang selama satu tahun.

Mendhak pindho adalah selamatan yang dilaksanakan pada tahun kedua. Tujuannya untuk menyempurnakan semua kulit dan darah. Karena pada tahun kedua, jenazah sudah hancur lebur dan meninggalkan tulang belulang saja.

Terakhir, ada Nyewu. Berasal dari kata dalam Bahasa Jawa yakni sewu atau seribu, nyewu bermakna seribu hari setelah meninggalnya mendiang. Menurut kepercayaan orang Jawa, saat nyewu, arwah nggak akan kembali menengok keluarganya lagi. Selamatan ini juga menandai sebagai puncak acara tahunan yang digelar untuk mendoakan roh mendiang yang sudah meninggal.

Selama semua acara berlangsung, orang-orang Jawa muslim biasa membacakan doa tahlil. Semua ini dipimpin oleh kiai atau ulama setempat. Khusus untuk tahlilan seperti ini, nggak ada undangan sebagaimana hajatan lainnya. Siapa pun boleh datang untuk mendoakan mendiang.

Hm, kamu sering datang ke acara tahlilan nggak nih, Millens? (Kmp/IB31/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: