BerandaTradisinesia
Kamis, 19 Feb 2025 15:09

Ratu Kalinyamat, Kirab Baratan, dan Potensi Wisata Jepara

Lakon Ratu Kalinyamat saat mencabut keris pustaka di pelataran Masjid Al-Makmur. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Keberadaan Ratu Kalinyamat yang kini bukan sebatas legenda, tapi sosok nyata bergelar Pahlawan Nasional berpotensi menjadikan Kirab Baratan sebagai event wisata tahunan yang menarik di Jepara.

Inibaru.id - Orang-orang telah mamadati area Masjid Al-Makmur Desa Kriyan saat perempuan berbusana anggun berjalan menuju pelataran masjid. Dialah Ratu Kalinyamat. Tentu saja itu hanyalah lakon, karena sang penguasa Jepara ini hidup pada masa yang lampau, jauh sebelum kemerdekaan.

Kedatangan Ratu Kalinyamat diiringi pasukan sapu jagat yang melecutkan sapu lidi ke jalan sebagai simbol pengusir roh jahat serta pemberi jalan bagi sang ratu untuk menerima keris dari kepala desa. Dia pun segera mencabut keris pusaka itu dari sarungnya, diarahkan ke atas, lalu menaiki kereta kencana.

Aksi teatrikal ini merupakan bagian dari Baratan, sebuah tradisi tahunan di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara yang digelar menjelang Ramadan, tepatnya pada pertengahan Syakban dalam penanggalan Jawa dan Islam.

Muhammad, tokoh Desa Kriyan sekaligus pihak penyelenggara menjelaskan, istilah baratan bukan berasal dari negara barat, tapi dari kata Lailatul Baro’atan atau malam yang penuh keberkahan. Kata itulah yang kemudian diadopsi menjadi kata Baratan.

Kirab Mengelilingi Desa

Pembawa lampion dan impes menjadi bagian tak terpisahkan dari kirab Baratan di Jepara. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Baratan adalah tradisi yang digelar sebagai bagian dari Malam Nisfu Syakban, hari ke-15 pada bulan Syakban yang tahun ini jatuh pada 14 Februari lalu. Dalam Islam, malam yang juga dikenal sebagai Lailatul Bara'ah itu diyakini sebagai malam sakral; waktu ketika dosa-dosa diampuni sebelum memasuki Ramadan.

Muhamad menyebutkan, Baratan dirayakan dengan pelaksanaan kirab mengelilingi desa. Sebelum kirab dilakukan, masyarakat terlebih dahulu memanjatkan doa bersama. Setelahnya, lakon Ratu Kalinyamat menerima keris dari kepala desa, lalu menaiki kereta kencana untuk berkeliling kampung.

"Barisan paling depan adalah pasukan sapu jagat yang melecutkan sapu lidi ke jalan. Dalam rombongan juga ada anak-anak pembawa impes (lentera khas Jepara) dan gunungan hasil bumi yang telah didoakan sebelumnya," terangnya.

Kirab Baratan dimulai dengan pasukan sapu jagat yang mendahului dayang pembawa kendi air Tirta Kahuripan serta Kereta Kencana pembawa Ratu Kalinyamat. Di belakangnya ada pasukan dayang dan rombongan pembawa gunungan hasil bumi dan tampah berisi apem dan puli, lalu disusul para pembawa lampion dan impes.

Legenda Masyarakat Jepara

Dalam Kirab Baratan, Ratu Kalinyamat berdiri di atas kereta kencana, diikuti pasukan dayang dan rombongan pembawa gunungan hasil bumi. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Bagi warga Desa Kriyan, sosok legenda yang belum lama ini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional itu memang spesial. Sedikit informasi, Ratu Kalinyamat adalah penguasa Jepara sekaligus perintis antikolonialisme yang begitu ditakuti Portugis pada pertengahan abad ke-16.

"Selain kesenangan dan gegap gempita, pesta Baratan ini sebetulnya juga mengingatkan masyarakat Jepara pada kesedihan sang Ratu atas kematian sang suami, Sultan Hadlirin," ujar Muhammad saat ditemui Inibaru.id seusai perhelatan Baratan, pekan lalu.

Muhammad menilai, Baratan sebaiknya nggak hanya dimaknai masyarakat sebagai arak-arakan yang ditujukan sebagai sarana hiburan. Menurutnya, masyarakat juga harus memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini, baik secara religius, budaya, maupun ekonomi.

"Tadi sore saya lihat banyak penjual. Ini potensial, bahwa anak muda berhasil menghidupkan UMKM (berkat tradisi Baratan)," pungkasnya.

Keberadaan Ratu Kalinyamat yang kini nggak hanya sebagai legenda, tapi sosok nyata penyandang gelar Pahlawan Nasional tentu akan membuat potensi Baratan sebagai event wisata populer di Jepara jauh lebih besar di kemudian hari. Bagaimana menurutmu, Millens? (Alfia Ainun Nikmah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ganti Karangan Bunga dengan Tanaman Hidup, Imbauan Bupati Temanggung Terpilih

19 Feb 2025

Perjalanan Kasus Korupsi Wali Kota Semarang sebelum Resmi Jadi Tersangka KPK

20 Feb 2025

Tiongkok Buka Lowongan 'Pasukan Pertahanan Planet': Cegah Asteroid Hantam Bumi

20 Feb 2025

Mudik Gasik, Kebiasaan Unik Warga Kampung Satai di Boyolali Sambut Sadranan

20 Feb 2025

Operasi Pasar GPM Digelar Pemerintah Jelang dan Selama Ramadan 2025

20 Feb 2025

'Kabur Aja Dulu' adalah Autokritik untuk Kebijakan yang Lebih Baik

20 Feb 2025

Profil Sukatani, Band Purbalingga yang Tarik Lagu karena Dianggap Singgung Polisi

21 Feb 2025

Tidak Ada Lagi Subsidi BBM pada 2027, Klaim Luhut Binsar Pandjaitan

21 Feb 2025

Mengapa Huruf N pada Tulisan Nutella Berwarna Hitam?

21 Feb 2025

Polda Jateng Gelar Ramp Check di Mangkang: Uji Emisi dan Cek Fasilitas Keselamatan

21 Feb 2025

Di Masjid Sheikh Zayed Solo Kamu juga Bisa Cari Jodoh!

21 Feb 2025

Serunya Menonton Pesawat Lepas Landas dan Mendarat di Gardu Pandang YIA Kulon Progo

21 Feb 2025

UMKM Perlu Prioritaskan Pajak dan Legalitas untuk Hindari Risiko Kerugian

21 Feb 2025

Faceless Content: Solusi bagi Introvert yang Ingin Menjadi Kreator

21 Feb 2025

Cuaca Ekstrem Sepekan Terakhir, Banjir di Demak Meluas hingga Tiga Kecamatan

8 Feb 2025

Mi Ayam Pak Teguh; Kuliner Legendaris di Semarang yang Hanya Buka Tiga Hari Sepekan

8 Feb 2025

Tiada Lagi Hallyu Wave di Penghargan Grammy, BTS Belum Terganti?

8 Feb 2025

Tiga Bulan Terendam Banjir, Warga Sayung Mulai Harapkan Bantuan

8 Feb 2025

Jeda Empat Tahun, Komik 'Yotsuba' Seri ke-16 akan Dirilis pada 26 Februari 2025

8 Feb 2025

Berkat Gas Rawa, Warga Grobogan Tetap Tenang saat Elpiji Langka

8 Feb 2025