BerandaTradisinesia
Rabu, 2 Apr 2024 14:00

Meriahnya Festival Tongtek Mayong Jepara: Peserta Adu Kreativitas

Festival Tongtek Mayong, Jepara tahun ini diikuti oleh 17 kontingen dari berbagai kecamatan di Jepara. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Di Mayong, Jepara, tongtek nggak sekadar bunyi-bunyian untuk membangunkan orang di kala bulan Ramadan. Setiap tahun, Festival Tongtek digelar dan pesertanya menyuguhkan pertunjukkan yang kreatif dan menarik.

Inibaru.id - Biasanya saya mendengar bunyi tongtek ketika waktu sahur tiba. Bunyi alat musik pukul yang terbuat dari bambu itu khas, memecah keheningan suasana dini hari, membangunkan orang-orang yang akan menunaikan ibadah puasa.

Tapi pada Sabtu (30/3) lalu, saya menonton pertunjukkan tongtek yang meriah. Ribuan penonton berjejer di sepanjang jalan Mayong Lor Jepara menanti penampilan peserta Festival Tongtek yang diselenggaraakan oleh Pemerintah Desa Mayong Lor.

Sebanyak 17 kontingen dari berbagai kecamatan di Jepara saling unjuk kebolehan memainkan alat musik tongtek, sangat menghibur dan atraktif. Mereka menyuguhkan lagu-lagu populer lengkap dengan gerakan-gerakan tari. Setelah itu, seluruh kontingen Festival Tongtek berjalan mengelilingi desa sambil membunyaikan tongtek.

Yap, bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya, membangunkan sahur dengan suara tongtek bukanlah hal yang langka. Kebiasaan tersebut masih sering saya jumpai di Bumi Kartini, meski ada beberapa daerah yang nggak lagi membunyikan tongtek.

Oleh sebab itu, nggak heran jika Festival Tongtek ini berlangsung sangat meriah. Saya pribadi sangat senang melihat alat musik tradisional tersebut masih eksis dan menjadi media pemersatu masyarakat di Jepara.

Festival Tongtek yang Kedua

Alat musik bambu menjadi ciri khas bunyi tongtek. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Kepala Desa Mayong Lor, Budi Agus Trianto mengatakan bahwa Festival Tongtek Mayong Lor tersebut sudah digelar untuk kali kedua. Event ini menjadi ajang kreativitas yang digagas oleh Karang Taruna Desa Mayong Lor.

"Kami harap Festival Tongtek ini dapat menghibur masyarakat dan memeriahkan bulan Ramadan," katanya.

Sementara itu, Mantan Bupati Jepara Dian Kristiandi yang turut hadir menyaksikan pertunjukkan seni tersebut mengapresiasi karena generasi muda masih melestarikan budaya di tengah gempuran arus modernitas.

"Saya sangat senang, meskipun sudah puasa seharian tetap menyelenggarakan kegiatan budaya. Ini bagian dari mencintai budaya lokal," jelas Dian.

Desain Gerobak dan Lampu Warna-Warni

Setiap kontingen menghias gerobaknya dengan menarik dan mengenakan kostum unik. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Saya menjadi salah seorang penonton yang menyaksikan pertunjukkan tongtek dari awal hingga akhir. Selain mendengarkan bunyi-bunyian yang dihasilkan dari alat musik bambu itu, saya juga tertarik dengan desain gerobak serta lampu warna-warni dari tiap kontingen.

Desain gerobak mereka unik dan menarik perhatian. Kostum pemainnya juga nggak kalah atraktif dan kreatif. Ditambah dengan pilihan lagu atau selawat yang umum kita dengar dan gemerlap lampu warna-warni, Festival Tongtek malam itu lumayan bikin saya terkagum-kagum dengan semangat para peserta yang kebanyakan anak muda.

Festival Tongtek sudah digelar sebanyak dua kali. (Inibaru.id/ Alfia Ainun Nikmah)

Nggak hanya remaja laki-laki, saya juga melihat banyak remaja perempuan dan anak seusia sekolah dasar (SD) terlibat dalam acara tersebut. Mereka nampak serius mempersiapkan penampilan pada malam itu. Bahkan, persiapan sudah dilakukan berbulan-bulan sebelumnya.

Kemeriahan Festival Tongtek tahun lalu dan tahun ini berhasil membuat masyarakat Mayong Lor dan sekitar menanti-nanti event tahunan ini. Mereka merasa bangga karena seni budaya Islam selalu bisa dikembangkan.

"Saya selalu menanti-nanti setiap tahunnya, karena semakin tahun semakin kreatif," kata Esty, salah satu warga Mayong Lor.

Wah, jika seni tradisional seperti tongtek ini ada festivalnya dan selalu dinanti, sepertinya saya optimistis budaya membangunkan orang untuk sahur dengan tongtek akan terus lestari di Jepara. (Alfia Ainun Nikmah/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024