Inibaru.id - Biasanya saya mendengar bunyi tongtek ketika waktu sahur tiba. Bunyi alat musik pukul yang terbuat dari bambu itu khas, memecah keheningan suasana dini hari, membangunkan orang-orang yang akan menunaikan ibadah puasa.
Tapi pada Sabtu (30/3) lalu, saya menonton pertunjukkan tongtek yang meriah. Ribuan penonton berjejer di sepanjang jalan Mayong Lor Jepara menanti penampilan peserta Festival Tongtek yang diselenggaraakan oleh Pemerintah Desa Mayong Lor.
Sebanyak 17 kontingen dari berbagai kecamatan di Jepara saling unjuk kebolehan memainkan alat musik tongtek, sangat menghibur dan atraktif. Mereka menyuguhkan lagu-lagu populer lengkap dengan gerakan-gerakan tari. Setelah itu, seluruh kontingen Festival Tongtek berjalan mengelilingi desa sambil membunyaikan tongtek.
Yap, bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya, membangunkan sahur dengan suara tongtek bukanlah hal yang langka. Kebiasaan tersebut masih sering saya jumpai di Bumi Kartini, meski ada beberapa daerah yang nggak lagi membunyikan tongtek.
Oleh sebab itu, nggak heran jika Festival Tongtek ini berlangsung sangat meriah. Saya pribadi sangat senang melihat alat musik tradisional tersebut masih eksis dan menjadi media pemersatu masyarakat di Jepara.
Festival Tongtek yang Kedua
Kepala Desa Mayong Lor, Budi Agus Trianto mengatakan bahwa Festival Tongtek Mayong Lor tersebut sudah digelar untuk kali kedua. Event ini menjadi ajang kreativitas yang digagas oleh Karang Taruna Desa Mayong Lor.
"Kami harap Festival Tongtek ini dapat menghibur masyarakat dan memeriahkan bulan Ramadan," katanya.
Sementara itu, Mantan Bupati Jepara Dian Kristiandi yang turut hadir menyaksikan pertunjukkan seni tersebut mengapresiasi karena generasi muda masih melestarikan budaya di tengah gempuran arus modernitas.
"Saya sangat senang, meskipun sudah puasa seharian tetap menyelenggarakan kegiatan budaya. Ini bagian dari mencintai budaya lokal," jelas Dian.
Desain Gerobak dan Lampu Warna-Warni
Saya menjadi salah seorang penonton yang menyaksikan pertunjukkan tongtek dari awal hingga akhir. Selain mendengarkan bunyi-bunyian yang dihasilkan dari alat musik bambu itu, saya juga tertarik dengan desain gerobak serta lampu warna-warni dari tiap kontingen.
Desain gerobak mereka unik dan menarik perhatian. Kostum pemainnya juga nggak kalah atraktif dan kreatif. Ditambah dengan pilihan lagu atau selawat yang umum kita dengar dan gemerlap lampu warna-warni, Festival Tongtek malam itu lumayan bikin saya terkagum-kagum dengan semangat para peserta yang kebanyakan anak muda.
Nggak hanya remaja laki-laki, saya juga melihat banyak remaja perempuan dan anak seusia sekolah dasar (SD) terlibat dalam acara tersebut. Mereka nampak serius mempersiapkan penampilan pada malam itu. Bahkan, persiapan sudah dilakukan berbulan-bulan sebelumnya.
Kemeriahan Festival Tongtek tahun lalu dan tahun ini berhasil membuat masyarakat Mayong Lor dan sekitar menanti-nanti event tahunan ini. Mereka merasa bangga karena seni budaya Islam selalu bisa dikembangkan.
"Saya selalu menanti-nanti setiap tahunnya, karena semakin tahun semakin kreatif," kata Esty, salah satu warga Mayong Lor.
Wah, jika seni tradisional seperti tongtek ini ada festivalnya dan selalu dinanti, sepertinya saya optimistis budaya membangunkan orang untuk sahur dengan tongtek akan terus lestari di Jepara. (Alfia Ainun Nikmah/E10)