Inibaru.id – Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro menjadi momentum untuk membersihkan benda pusaka. Hal ini jamak dilakukan di berbagai wilayah, nggak terkecuali di Kabupaten Demak. Salah satu benda pusaka yang dilakukan adalah keris.
Prosesi pembersihan benda pusaka yang juga sering disebut sebagai penjamasan nggak bisa dilakukan sembarang orang. Di Demak, salah seorang penjamas keris yang cukup dikenal masyarakat adalah Ahmad Widodo.
Pegiat budaya yang berasal dari Komunitas Keris Sapu Jagat ini biasa dimintai tolong untuk menjamas keris dan tombak berumur ratusan tahun oleh para kolektor. Pada bulan Suro, permintaan untuk menyucikan gaman tersebut bisa mencapai puluhan bilah.
Kolektor yang meminta biasanya berasal dari Kota Wali, meski nggak menutup kemungkinan juga dari luar kota. Menurutnya, meski banyak orang yang mempunyai keris, belum tentu mereka bisa membersihkannya.
Butuh Keahlian Khusus
Menjamas benda pusaka memang nggak bisa sembarangan. Berbeda dengan membersihkan barang pada umumnya, lelaki paruh baya tersebut mengungkapkan, ada keahlian khusus yang diperlukan untuk menyucikan benda pusaka karena usianya sudah mencapai puluhan bahkan ratusan tahun.
“Adanya komunitas ini (Komunitas Keris Sapu Jagat) ditujukan untuk mengedukasi agar masyarakat tidak salah merawat dan membersihkannya, agar tidak (merujuk pada) sirik,” katanya.
Pria yang akrab disapa Wid itu mengatakan, penjamasan keris biasanya dilakukan pada tanggal 1-10 Suro. Namun baginya, waktu penjasaman terbaik dilakukan pada hari ke-7 atau hitungan tujuh bulan Suro.
“Bisa tanggal 7 atau hitungan tujuh, yakni 17 dan 27 pada bulan Suro. Itu bagus sekali untuk penjamasan keris,” terangnya.
Bahan untuk Menjamas Keris
Untuk menjamas keris, Wid menggunakan bahan-bahan khusus. Di antaranya, air kelapa, air jeruk, sabun, abu, warangan, air bunga, dan lain-lain. Penjamasan dimulai dengan merendam keris dengan air kelapa selama beberapa menit.
Setelah direndam, keris masuk tahap pemutihan. Wid menggunakan air jeruk dan sabun. Jika pemutihan telah tuntas, keris harus dikeringkan dengan bantuan sinar matahari langsung.
Selanjutnya, keris digosok dengan abu menggunakan sikat lembut dan dibilas hingga bersih. Setelah bersih, keris direndam air warangan, tujuannya untuk menaikkan pamor dari keris. Prosesi penjamasan ditutup dengan memandikannya memakai air bunga khusus. Terakhir, keris diolesi minyak.
“Air bunga diambil dari tujuh sumber mata air keramat. Saat mencuci keris, penjamas juga sambil membaca doa sesuai dengan kepercayaan masing-masing,” jelasnya.
Dia mengaku telah melakukan jamas keris selama bertahun-tahun. Untuk jasa penjamasan, dia mengaku nggak mematok harga pasti, karena baginya ini hanyalah bagian dari upaya menjaga tradisi dan kelestarian budaya.
Kalau kamu punya benda pusaka seperti keris atau tombak, jangan sungkan untuk bertanya pada Pak Wid ya. Demi menjaga tradisi, tentu saja dia akan dengan senang hati membantu! (Sekarwati/E10)
