Inibaru.id – Selain opor, ketupat, sambal goreng ati, dan rendang, Lebaran atau Idulfitri juga identik dengan kue kering. Sebut saja nastar, putri salju, kastangel, wafer, dan lain-lain. Yang menarik, kue-kue kering ini bukan asli Indonesia, lo. Lantas, kok bisa ya setiap kali Lebaran, kue-kue kering itu pasti tersaji?
Sejarawan dari Universitas Padjajaran Fadly Rahman punya jawaban terkait dengan hal ini. Dia menyebut kultur menyajikan kue-kue kering saat Lebaran sudah dimulai sejak awal abad ke-20. Kultur ini pun banyak dipengaruhi oleh orang-orang Belanda yang ada di Tanah Air.
Jadi ya, orang Belanda sering merayakan momen-momen tertentu dengan menyajikan kue kering di meja tamu mereka. Saat merayakan Natal dan Tahun Baru misalnya, mereka menyajikan nastar, kastangel, dan lain sebagainya.
Selain itu, ada banyak orang Belanda yang juga membagikan kue-kue kering itu ke masyarakat pribumi. Tujuannya agar orang-orang pribumi, khususnya yang sudah dikenal, bisa ikut merasakan kebahagiaan dengan mereka.
Nah, karena fungsinya bisa menjalin silaturahmi, orang Indonesia pun menganggap kue-kue kering ini juga bisa disajikan di perayaan-perayaan khas Indonesia seperti Idulfitri. Sejak saat itulah, kue kering pun mulai disajikan setiap kali perayaan-perayaan Islam, Millens.
Menariknya, sejarah penyajian kue kering di kalangan orang Barat bisa ditarik jauh hingga abad ke-14. Kue kering awalnya hanya dinikmati kaum bangsawan saat perayaan. Meski begitu, lambat laun semakin banyak penjual makanan yang menjajakannya sehingga orang biasa pun bisa menikmatinya saat perayaan.
Kue kering pun populer dijadikan bekal oleh orang-orang Barat yang berpetualang, termasuk dibawa orang-orang Belanda yang datang ke Indonesia. Maklum, makanan ini awet dan bisa disimpan dalam waktu yang lama. Contohlah, nastar yang kita kenal sebagai salah satu ‘kue wajib’ di saat Lebaran asalnya memang dari Belanda.
Nama aslinya adalah ananas tart atau ananas taartjes. Artinya adalah kue dengan selai nanas, persis seperti yang kita nikmati sekarang. Meski begitu, bisa dikatakan, ananas tart ini kue kering dari Belanda yang terlahir berkat adaptasi dengan bahan-bahan yang tersedia di Indonesia.
Aslinya sih, kue ini diolah dengan selai blueberry, stroberi, atau selai apel. Buah-buahan itu tentu sulit dicari di Indonesia di masa kolonial. Akhirnya, orang Belanda pun berinovasi dengan menggunakan nanas yang memiliki cita rasa asam dan manis, mirip dengan selai-selai tersebut.
Selain penggunaan bahan yang berbeda, bentuk nastar juga berbeda dengan bentuk kue aslinya dari Belanda.
“Di Belanda, pie yang diolah dalam loyang besar. Di Indonesia, adonan yang ada dibentuk bulatan kecil-kecil dengan maksud agar lebih mudah dikonsumsi. Sekali ambil, langsung habis,” terang Chef Andreas yang bekerja di Hotel Noormans Semarang, Jumat (7/5/2021).
Di rumahmu, sudah tersedia kue kering apa saja nih saat Lebaran tahun ini, Millens? (Lip, Kom/IB09/E05)