BerandaTradisinesia
Jumat, 6 Feb 2020 15:05

Ke Pecinan Semarang Melihat Peramal Tionghoa Bekerja

Rumah peramal Tionghoa yang letaknya di Jalan Wotgandul Timur no. 23, Pecinan Semarang. (Inibaru.id/ Audrian F)

Saya mencoba berkunjung ke tukang ramal Tionghoa yang ada di Pecinan Semarang. Saya berbicara dengannya untuk mengetahui bagaimana dia bekerja. Penasaran?<br>

Inibaru.id - Siapa yang nggak tergoda dengan ramalan nasib? Sekalipun ada seseorang yang nggak percaya, ah, saya kira itu cuma gimmick. Mau percaya atau nggak, menurut saya ramalan terutama ramalan masa depan tetap menggoda.

Saya berinisiatif mengunjungi peramal Tionghoa di Pecinan. Namanya adalah Handoyo, usianya sudah 69 tahun. Saya kira dia sudah pengalaman dan kawakan. Sayangnya, yang bersangkutan enggan difoto. Kesal juga tapi bagaimanapun saya tetap menghormati keputusannya. Selain nggak mau difoto, dia langsung membaca diri saya.

“Bentuk hidung kamu seperti itu, berarti tandanya kamu boros,” kata Handoyo. Duh, iya sih saya boros. Tapi kan borosnya untuk hal-hal penting. Batin saya membela diri.

Cara Handoyo bekerja adalah melalui baca bentuk wajah, fengshui dan tafsir zodiak (shio). Ucapannya pada saya tadi adalah salah satu contohnya. Selama bertahun-tahun menjadi peramal, kliennya beragam. Nggak hanya terbatas pada etnis Tionghoa.

Menjadi peramal barangkali merupakan keahlian turunan. Ayahandanya juga peramal. Handoyo sebetulnya nggak diajari secara langsung, tapi berminat dan mempelajarinya diam-diam.

“Ayah dulu seperti saya. Cuma kadang pakai unsur magic. Kalau saya kan nggak, masih penalaran dan belajar,” ujar Handoyo. “Saya berani jadi peramal ketika ayah sudah meninggal. Kalau masih hidup nanti malah saingan,” tambahnya.

Pernak-pernik jimat penolak bala di atas pintu rumah Handoyo. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Perkataan Handoyo tentang tekniknya yang masih penalaran akhirnya dia jelaskan secara terperinci. Dalam baca wajah misalnya, selain dari buku, dia mempelajari bentuk wajah orang selama bertahun-tahun.

“Organ wajah asli. Sudah bawaan lahir nggak bisa diubah sekalipun operasi. Jadi gambaran seseorang ada di wajahnya. Beda kalau ada kerusakan seperti bekas jerawat nah itu bisa diperbaiki. Tapi kalau nggak diperbaiki juga berpengaruh pada kehidupan

Begitu pula dengan fengshui maupun zodiak. Banyak orang yang sebelum membangun rumah membawa desain rumahnya ke Handoyo.

“Fengshui itu tata letak rumah. Dalam membangun rumah kuncinya ada di dapur karena di situlah sumber kehidupan. Kadang orang menganggap sepele letak dapur padahal itu bisa berpengaruh pada kehidupannya,” ucap Handoyo. “Sementara zodiak penjelasan bisa lebih panjang lagi. Semua ada hitung-hitungan dan sangkut pautnya. Dalam ikatan keluarga terutama,” sambungnya.

Memilih jalan hidup sebagai peramal memang sudah diniati benar oleh Handoyo. Salah satu contohnya adalah sampai dia nggak beristri dan beranak.

“Saya senang menjalani profesi ini. Ada kepuasan batin kalau bisa membantu orang dan berhasil. Nah, namun, profesi ini juga nggak menjanjikan penghasilan yang konsisten. Jadi saya sumpah diri saya sendiri untuk nggak memiliki istri atau anak. Nanti malah bikin susah orang lain,” ucapnya.

Peringatan dan pengunguman. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Dalam memosisikan diri di hadapan klien, Handoyo nggak minta untuk dipercayai. Dia lebih sepakat kalau hanya dijadikan sebagai media konsultasi. Nggak cuma itu, dia selalu berpesan kepada kliennya untuk memperbanyak amal.

“Saya selalu berpesan untuk berbuat amal dan kebaikan. Terutama kepada orang tua. Kalau kamu banyak berbuat baik tapi nggak baik terhadap orang tuamu nah itu sungguh berbenturan. Bisa menjadi karma terhadap diri kamu sendiri,” tandas Handoyo.

Oh, iya. Dalam mematok tarif, Handoyo memberi kisaran antara Rp 100 ribu sampai Rp. 250 ribu. Namun tepatnya berapa dia yang memutuskan.

“Saya lihat orangnya seperti apa dulu baru berani mematok tarif,” tutupnya.

Gimana, Millens, kamu tertarik dibaca nasibmu lewat wajah, zodiak, atau mau konsultasi fengshui? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024