BerandaTradisinesia
Minggu, 13 Jul 2024 14:30

Kala Air dari Merbabu dan Merapi Menyatu Dalam Tradisi Temu Tirta

Warga mengambil air dari salah satu mata air di Gunung Merbabu. (Etnis.id/Rosyid)

Tradisi Temu Tirta rutin dilakukan karena warga percaya dengan melakukannya, bisa mencegah terjadinya kekeringan air. Seperti apa ya tradisi yang berlangsung meriah ini?

Inibaru.id – Lokasi Merapi dan Merbabu memang berdekatan. Mirip-mirip seperti Gunung Sindoro dan Sumbing. Pemandangan di wilayah yang ada di tengah-tengah kedua gunung tersebut tentu sangat menakjubkan, ya? Nah, pemandangan cantik dari kedua gunung tersebut itulah yang sehari-hari dilihat warga Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Desa ini ada di ketinggian 1.600 mdpl sehingga memiliki suhu udara yang cenderung sejuk dan dingin sepanjang waktu. Layaknya desa-desa yang ada di lereng gunung pada umumnya, banyak mata air di sana. Warganya pun nggak kesulitan mencari air bersih berkat melimpahnya sumber mata air dari sisi Gunung Merbabu yang ada di bagian utara desa dan sisi Gunung Merapi di bagian selatan desa.

Air yang melimpah ini membuat warga mampu menghasilkan sayuran berkualitas tinggi seperti wortel, kol, dan brokoli. Sebagian warga lain juga menggunakan air untuk memelihara sapi perah yang menghasilkan susu segar. Bisa dikatakan, air memang benar-benar jadi sumber kehidupan di sana.

Menyadari pentingnya peran air di sana, warga Desa Samiran pun rutin menggelar tradisi Temu Tirta setiap awal bulan Sura. Makna dari Temu Tirta adalah pertemuan dari air. Air yang dimaksud adalah yang berasal dari dua mata air yang masing-masing ada di Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.

Dua mata air yang dimaksud adalah Tirta Wening yang berlokasi di lereng Gunung Merbabu serta Tirta Barokah yang ada di Gunung Merapi. Tahun ini, tradisi ini digelar pada Senin (8/7/2024) lalu.

Air dari dua mata air Gunung Merbabu dan Gunung Merapi disatukan dalam tradisi Temu Tirta. (Karysmafm)

Pada malam hari, warga desa kompak berkumpul di Simpang PB VI Kecamatan Selo. Di lokasi tersebut, hadir pula salah seorang kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat GKR Wandansari atau Gusti Moeng. Dialah yang melakukan ritual berupa menyatukan air dari dua sumber tersebut. Setelah tercampur, bejana yang berisi campuran air tersebut dikirab sejauh tiga kilometer oleh warga dan Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pokoso).

Yang maju paling depan dalam arak-arakan tersebut adalah Pasukan Bregodo dari keraton. Setelah itu, pembawa air mengikuti dan dibuntuti pembawa gunungan, kaum perempuan, dan anak-anak muda yang membawa obor.

“Tradisi ini mulai dilakukan saat dulu warga Samiran sempat mengalami kekurangan air. Sejak saat itulah, warga rutin melakukannya agar kekeringan nggak lagi terjadi,” ugkap Pangarsa Pokoso Selo Sukarjo Purwocarito, Senin (8/7) malam.

Selain arak-arakan tersebut, warga desa menggelar wayang kulit semalam suntuk. Pada siang harinya, ada juga gelaran Festival Reog yang nggak kalah meriah. Wah, semoga saja kita bisa melihat langsung tradisi menarik ini pada tahun depan, ya, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

'The Substance', Gambaran Mengerikan Tentang Manusia yang Menolak Tua

16 Okt 2024

Kalah dari Tiongkok, Bagaimana Peluang Timnas Lolos Piala Dunia 2026?

16 Okt 2024

Hari Pangan Dunia, Pemkab Karanganyar Galakkan Program Kenyang Nggak Harus Nasi

16 Okt 2024

Penetapan Tersangka Kasus Bullying PPDS Undip Ditunda, Dua Pejabat FK Diperiksa

16 Okt 2024

Sejarah Bikini, Ikon Mode yang Penuh Kontroversi

16 Okt 2024

Arkhan Kaka Masuk 60 Talenta Muda Sepak Bola Terbaik Dunia 2024

16 Okt 2024

Grogol si Koki Nyentrik; Bergaya Rocker, Rambut Dicat Warna Pink

16 Okt 2024

Tingkatkan Reputasi Institusi di Era 'Post-Trust', Humas Pemerintah Harus Lebih Responsif

16 Okt 2024

Benarkah Keling adalah Lokasi Kerajaan Kalingga Zaman Dahulu?

17 Okt 2024

Kronologi Liam Payne Meninggal di Buenos Aires, Argentina

17 Okt 2024

Muhammad Nur Rokib Terpilih Aklamasi Jadi Ketua DPD MAPPI Jateng

17 Okt 2024

Muhammad Herindra, Kepala BIN yang Menggantikan Budi Gunawan

17 Okt 2024

Kini Ditutup, Apakah Gua yang Ditemukan di Proyek JJLS Gunungkidul akan Dibuka Lagi?

17 Okt 2024

Siap-Siap, Alat Berat Bakal Kena Pajak!

17 Okt 2024

Jangan Sampai Anak Menjadi Generasi Sandwich; Peran Orangtua Dibutuhkan

17 Okt 2024

Pabrik Rokok 'Delima' dan Masa Jaya HM Ashadi di Kudus

17 Okt 2024

Ajudan yang Lakukan Tindakan Represif ke Wartawan Akhirnya Minta Maaf

18 Okt 2024

Masih Diteliti di Indonesia, Bakal Ada KB Suntik untuk Laki-laki!

18 Okt 2024

Air Kemasan Galon Berpotensi Tercemar BPA jika Didistribusikan dengan Truk Terbuka

18 Okt 2024

Nggak Melulu Mata Duitan, Istilah 'Mata Hijau' Juga Bermakna Iri atau Cemburu

18 Okt 2024