BerandaTradisinesia
Jumat, 30 Jan 2020 13:46

Darurat Regenerasi Pengrajin Gerabah di Kampung Kunden Kendal

Ngaron kecil untuk berkatan, salah satu produk gerabah dari Kampung Kunden, Kendal. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Gerabah sudah bertahun-tahun lamanya menjadi produk kerajinan utama masyarakat Kampung Kunden, Kendal. Sayangnya, pengrajin gerabah dari tahun ke tahun berkurang. Hanya beberapa generasi tua yang masih bertahan. <br>

Inibaru.id – Berkunjung ke Kampung Kunden, Kendal memang memberikan energi tersendiri buat saya pribadi. Saya sangat penasaran dengan tradisi pengrajin gerabah di kampung yang terletak nggak jauh dari Kota Kendal ini. Namun, ketika saya datang, pengrajin gerabah sudah nggak sebanyak yang saya pikirkan.

Menurut Ngasiati (65), saat ini pengrajin gerabah di Kampung Kunden memang langka. Generasi muda kampung banyak yang nggak mengikuti orang tuanya membuat gerabah. Lebih memilih untuk bekerja di pabrik, kantor atau toko. Seperti dua anak Ngasiati yang bekerja di Astra wilayah Jakarta.

Lengsere kulo mboten wonten (lengsernya saya sudah nggak ada). Anak-anak sekarang nggak telaten menekuni proses pembuatan gerabah yang lama. Rumah pun sering kotor untuk menyimpan gerabah, anak muda lebih memilih kerja di pabrik yang lebih bersih,” kata Ngasiati.

Ngasiati sehari-harinya ketika membuat gerabah dibantu oleh Suhandi suaminya. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Pabrik yang diminati anak muda terdiri dari pabrik garmen, politron, motor, hingga yang generasi muda perempuan lebih memiliki kerja di toko. Ada pula yang merantau hingga ke kota-kota di luar Kendal. Ditambah para pengrajin yang ahli sudah banyak yang meninggal. Saat ini yang masih bertahan adalah para generasi tua.

Ngasiati menjelaskan, dahulu kala memang benar Kampung Kunden terkenal sebagai sentra pembuatan gerabah. Satu kampung rata-rata membuat gerabah. Gerabah sebenarnya memiliki keunggulannya sendiri ketika digunakan untuk memasak. Bisa membuat masakan jadi lebih sedap.

Lek ngertos eco ngangge lemah (kalau tahu lebih sedap menggunakan gerabah). Mau buat oseng-oseng atau tumis bisa pakai wajan gerabah,” ucapnya. Hal ini pernah dibuktikan oleh orang-orang yang membeli gerabahnya.

Tulus dan Komariah tengah membuat cobek dengan perbot/meja putar. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)<br>

Sama dengan Ngasiati, pengrajin gerabah lain bernama Tulus melakoni profesinya secara turun temurun dari orangtua dan buyut. Dia mengatakan faktor utama yang menyebabkan berkurangnya pengrajin gerabah yaitu nggak bisa bersaing dengan produk-produk modern. Lakunya sangat sedikit.

Payonane mboten saget maju (lakunya nggak bisa maju). Kalau laris ada yang beli, maju. Peneruse mboten wonten, mboten saget ndamel, kepayonane apes (penerusnya nggak ada, nggak bisa buat, lakunya kurang),” kata laki-laki yang berusia 65 tahun itu.

Kini sehari-hari, produk utama yang dibuat oleh Tulus dan istrinya Komariah adalah cobek. Dalam satu minggu, Tulus mengaku menghasilkan sekitar 200 cobek. Satu cobek dijual dengan harga Rp 2 ribu.

Sayang juga ya Millens kalau kekayaan lokal gerabah ini mulai hilang. Apakah kamu berniat menekuninya? (Isma Swastiningrum/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: