BerandaTradisinesia
Minggu, 28 Jun 2025 09:06

Cerita Chinkon no Hi, Monumen dengan Aksara Jepang di Kota Semarang

Monumen Ketenangan Jiwa atau Chinkon no Hi di dekat Pantai Baruna, Kota Semarang. (Nova Ariyanto)

Chinkon no Hi atau dalam Bahasa Indonesia bermakna Monumen Ketenangan Jiwa ini dibangun atas inisiatif Pemerintah Jepang. Untuk apa ya pembangunan monumen ini?

Inibaru.id – Kalau kamu main ke Pantai Baruna Kota Semarang, coba deh perhatikan jalanan sebelum menuju pantai tersebut. Di tepi Sungai Banjir Kanal Barat, ada sebuah monumen yang ada di semak-semak.

Monumen tersebut adalah Chinkon no Hi atau Monumen Ketenangan Jiwa.

Sekilas, monumen yang ada di wilayah Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara tersebut seperti monumen pada umumnya. Tapi, kalau mendekat, kamu bakal menemukan fakta kalau tulisan pada monumen tersebut didominasi huruf kanji Jepang. Tunggu, dulu, mengapa memakai aksara Jepang, ya?

Usia monumen ini sudah 27 tahun karena diresmikan pada 14 Oktober 1998 oleh Wali Kota Madya Semarang saat itu, Soetrisno Soeharto. Pembangunannya diinisiasi oleh pemerintah dan warga Jepang sebagai bentuk penghormatan dan permohonan maaf atas kekerasan yang terjadi selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, khususnya dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang (14-19 Oktober 1945).

Menurut Eka Setiawan, pemerhati sejarah Semarang dan alumni International Visitors Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2025, Chinkon no Hi bukan sekadar monumen biasa. Monumen ini punya simbol penting dalam sejarah perjuangan bangsa di Kota Semarang.

“Ini bukan sekadar tumpukan batu, tapi pengingat bahwa masa lalu bangsa ini pernah begitu getir,” ujarnya sebagaimana dinukil dari Suaramerdeka, Rabu (25/6/2025).

Menurut yang Eka tahu, selama pendudukan Jepang dari 1942 hingga 1945, rakyat Indonesia di Semarang dipaksa menjadi romusha, bekerja keras tanpa upah di bawah ancaman senjata. Tak sedikit dari mereka yang kehilangan nyawa, dihantam oleh kekerasan dan penderitaan.

Lokasi Monumen Ketenangan Jiwa jauh dari pusat kota dan nggak banyak diketahui keberadaannya oleh warga Kota Semarang. (Azam Jauhari)

Selain mengenang korban masa penjajahan dari sisi rakyat Indonesia, monumen ini juga dibuat untuk mengenang korban baik itu dari sisi tentara Jepang maupun tentara Indonesia dengan harapan jiwa mereka bisa mendapatkan ketenangan di alam baka. Makanya, monumennya diberi nama Monumen Ketenangan Jiwa.

Tapi, Eka juga menegaskan pentingnya melihat monumen ini tak hanya dari sisi luka sejarah.

“Kini saatnya kita menggeser narasi. Chinkon no Hi harus jadi simbol rekonsiliasi dan pembelajaran. Jepang dan Indonesia kini sudah berdamai sejak lama, bahkan jadi mitra strategis di banyak bidang,” tegas alumnus Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro itu.

Sayangnya, lokasi monumen yang jauh dari pusat kota dan nggak adanya papan penunjuk jalan bikin monumen ini seperti nggak diketahui keberadaannya, bahkan oleh warga Kota Semarang sendiri. Eka pun menyayangkan kondisi ini.

“Monumen ini bukan hanya milik Jepang, tapi bagian dari sejarah kita juga. Menjaganya berarti menjaga ingatan bangsa,” jelasnya.

Dia pun mengusulkan agar pemerintah kota dan komunitas lokal lebih aktif merawat situs ini. Nggak sekadar membersihkan fisiknya, tapi juga memasukkan kisahnya dalam kurikulum lokal atau menjadikannya bagian dari wisata sejarah di Semarang.

“Anak-anak muda perlu tahu bahwa damai itu harus diperjuangkan. Kita belajar dari sejarah agar tak mengulang kesalahan yang sama,” tutupnya.

Agaknya, kita juga harus ikut merawat Monumen Ketenangan Jiwa alias Chinkon no Hi ini agar nggak sampai terlupakan, ya, Millens. Setuju? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: