BerandaTradisinesia
Minggu, 11 Mar 2023 22:44

Campur Tangan Belanda saat Menentukan Lokasi Pecinan Semarang

Kawasan Pecinan Semarang yang menjadi pusat ekonomi etnis Tionghoa. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Kawasan Pecinan Semarang ternyata nggak lahir karena keinginan bersama para penghuninya. Adalah VOC yang menjadi dalang penempatan masyarakat Tionghoa di sana supaya dapat dikendalikan dengan mudah.

Inibaru.id – Sekilas nggak ada yang aneh ketika mengunjungi Kampung Pecinan Semarang di Wot Gandul. Tapi tahukah kamu bahwa awalnya perkampungan ini terbentuk karena Belanda?

Jadi, kala itu VOC sengaja menempatkan para warga etnis Tionghoa pada satu wilayah. Tujuannya, untuk lebih mudah mengendalikan mereka. Eh, kenapa harus dikendalikan? Ini terjadi karena Geger Pecinan di Batavia pada 1740.

Geger Pecinan adalah pembantaian terhadap ribuan etnis Tionghoa di Batavia. Tanpa pandang bulu, VOC yang dipimpin Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier menghabisi nyawa mereka.

Tercatat bahwa 10.574 pemukim Tionghoa di Batavia merupakan pedagang, pegawai pelabuhan, dan buruh di pabrik gula. Diduga, angka ini lebih tinggi mengingat banyaknya imigran gelap waktu itu.

Penyebab terjadinya Geger pecinan ditengarai karena penyerangan etnis Tionghoa di Batavia terhadap Belanda. Hm, bagaimana mungkin mereka diam saja kalau hidupnya selalu diusik? Betul nggak?

Kas kosong VOC membuat gubernur putar otak. Dia kemudian membidik etnis Tionghoa yang hidupnya makmur di Batavia. Bukan cuma memonopoli para pedagang, Belanda juga mulai menerapkan aturan ngawur. Para etnis Tionghoa ini diharuskan membeli surat identitas seharga dua ringgit kepada Belanda.

Mereka yang nggak mau atau nggak sanggup beli bakal ditangkap dan dipenjara. Harta benda nggak luput dari incaran. Tersebar juga kabar bahwa mereka yang ditangkap bakal dibuang ke laut. Timbullah ketakutan di antara masyarakat etnis Tionghoa.

Pada titik ini, etnis Tionghoa yang resah mulai mempersenjatai diri mereka. Banyak razia dilakukan untuk menangkap etnis Tionghoa yang dianggap mencurigakan dan membahayakan.

Jengah menjadi objek kesewenang-wenangan, pada 7 Oktober 1740, etnis Tionghoa mulai berani menyerang pos VOC di pelbagai titik sampai menewaskan 16 serdadu Belanda. Belanda merespons dengan pemberlakuan jam malam dan pelucutan senjata para etnis Tionghoa.

Hingga akhirnya pada 10 Oktober 1740, Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier memerintahkan untuk membantai semua etnis Tionghoa yang terlihat oleh mata serdadu Belanda. Diperkirakan 7 ribu sampai 10 ribu orang menjadi korban dan mayat mereka dibuang ke Kali Besar.

Relokasi ke Wilayah Pantura

Pertempuran kecil terus terjadi selepas pembantaian besar-besaran selama dua hari itu. Namun sisa-sisa etnis Tionghoa yang selamat memilih menyelamatkan diri dengan menyingkir ke wilayah timur Jawa, seperti Rembang dan Semarang,

Ilustrasi Geger Pecinan di Batavia pada tahun 1740. (Wikipedia/Chinezenmoord van stolk)

Dikutip dari buku Kota Semarang Dalam Kenangan karya Jongkie Tio, saat sampai di Semarang, etnis Tionghoa bertemu pesilat yang cukup masyhur bernama Sing She. Dia membantu etnis Tionghoa melawan VOC pada 1741 meski dua tahun kemudian kelompok ini menerima balasan dari VOC.

Masyarakat etnis Tionghoa yang selamat dari serangan 1743 ini kemudian melarikan diri ke pedalaman untuk bergabung dengan Pangeran Trunojoyo di Kartasura. Sisanya, terdesak di sebuah kawasan yang nantinya disebut Pecinan. Nah, untuk mengendalikan kaum minoritas ini VOC sampai mendirikan tangsi militer di Jalan Jurnatan.

"Didirikan satu tangsi militer Belanda di Jalan Jurnatan, yang dihuni oleh tentara dari berbagai negara yang direkrut oleh penguasa Belanda. Tangsi itu dinamakan De Werttenbergse Kazerne," kata budayawan Jongkie Tio kepada CNNIndonesia di Semarang, Selasa (13/2/2018).

Sengaja Disiapkan oleh VOC

Asal kamu tahu, wilayah Pecinan Semarang berada di kawasan sekitar Wot Gandul, Beteng, Gang Pinggir, dan Kalikoping. Kawasan itu bisa disebut sebagai wilayah pesisir di Semarang karena dilewati dengan aliran Kali Semarang yang dekat dengan laut.

Ada satu yang menarik mengenai lokasi ini. Kalau kamu perhatikan, di sebelah Utara, terdapat Kali Wot Gandul yang mengalir ke Kali Semarang yang dekat dengan laut. Warga Pecinan seakan didesak sampai ke ujung daratan. Sementara di sebelah Selatannya, ada perbukitan. Bukit dan laut itu, seolah menjadi pagar yang mengurung mereka.

Ternyata kondisi ini justru menguntungkan masyarakat. Bisnis perjudian yang mereka bangun berkembang dengan pesat. Kalau dipikir-pikir, fengshui lokasi ini memang bagus.

Menurut kepercayaan Tionghoa, keberadaan gunung dan sungai membawa hoki tersendiri. Jika ada salah satu saja itu sudah bagus. Apalagi di sana mereka memiliki dua-duanya.

Hingga saat ini, Kawasan Pecinan Semarang menjadi pusat pertokoan yang ramai. Bahkan menurut Harjanto Halim, ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata (Kopi Semawis), Pecinan di Semarang lebih hidup dibanding Pecinan di Singapura dan Malaysia. Kalau menurutmu gimana, Millens? (Kharisma Ghana Tawakal/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: