Inibaru.id – Salah satu kampung yang terkenal di area Kawasan Malioboro Yogyakarta adalah Kampung Ketandan.
Kampung ini memiliki peran penting dalam perkembangan etnis Tionghoa di Yogyakarta.
Ketandan ini berasal dari kata tondo yang artinya penarik pajak warga Tionghoa untuk keraton. Yap, di kampung ini dahulu tinggal para pejabat penarik pajak tersebut.
Kampung ini nggak lepas dari satu nama yang terkenal di kalangan etnis Tionghoa, yaitu Tan Jing Sing. Dia merupakan seorang kapitan Tionghoa yang memiliki ibu keturunan Sultan Amangkurat I dari Mataram bernama Raden Ayu Patrawijaya.
Dibesarkan di Keluarga Tionghoa
Memang nggak ada perbedaan pendapat mengenai sosok ibu Tan Jing Sing yaitu Raden Ayu Patriwijaya. Namun, masih ada perdebatan mengenai ayahnya. Mengutip Historia, Tan Jin Sing adalah seorang putra dari bangsawan Jawa. T. S. Werdaya dalam Tan Jing Sing: Dari Kapitan Tionghoa Sampai Bupati Yogyakarta, menulis bahwa ayah Tan Jin Sing adalah Demang Kalibeber di Wonosobo yang meninggal enam bulan sebelum Tan Jin Sing lahir.
Jika hal ini benar, maka dia sejatinya adalah orang Jawa tulen. Namun Benny G. Setiono menulis dalam Tionghoa dalam Pusaran Politik, Tan Jin Sing berdarah campuran. Di sana tertulis bahwa ayahnya adalah keturunan Tionghoa yang meninggal saat dirinya masih bayi.
Tan Jing Sing kemudan diadopsi oleh saudagar bernama Oie The Long. Istrinya sangat senang dengan Tan Jing Sing dan membesarkannya dengan adat-istiadat Tionghoa. Ketika berusia 10 tahun, ibu angkatnya meninggal. Oie The Long kemudian meminta ibu kandung Tan Jing Sing untuk mengasuhnya. Kerap bertemu menjadikan tumbuhnya benih-benih cinta antara Oei The Long dan Raden Ayu Patrawijaya. Mereka kemudian menikah.
Cerdik Sejak Kecil
Tumbuh di keluarga berada membuat Tan Jing Sing cukup berpendidikan, hingga dia juga mahir dalam tiga bahasa berbeda, Hokian, Mandarin, dan Inggris. Kepandaiannya ini yang akhirnya dapat mengambil hati Thomas Stamford Bingley Raffles, Gubernur Jendral Hindia Belanda yang saat itu berkuasa di Jawa.
Tan Jing Sing lantas menjadi penyambung antara Sri Sultan Hamengkubuwono III dengan Raffles untuk segala kebutuhan pemerintah Hindia Belanda yang disokong oleh keraton. Nggak hanya itu, Tan Jin Sing juga diberi Hamengkubuwono III kedudukan sebagai bupati Yogyakarta dan diberi tanah dengan pengawasan KRT Secadiningrat agar etnis Tionghoa bisa tinggal di sana.
Kawasan inilah yang menjadi tempat tinggal Tan Jin Sing dan masyarakat etnis Tionghoa kala itu hingga sekarang. Saat ini, daerah ini menjadi salah satu kawasan Pecinan di Yogyakarta dengan mayoritas masyarakatnya berdagang perhiasan emas.
Kamu pernah ke sini nggak, Millens? (Kharisma Ghana Tawakal/E05)