Inibaru.id – Coba deh kamu tanya ke kakek atau nenek yang sudah menikmati listrik sejak kecil tentang cagak aniem! Biasanya sih, mereka langsung paham dengan istilah tersebut. Kalau generasi milenial atau gen z, tentu bakal bingung. Padahal, arti dari istilah tersebut sebenarnya adalah tiang listrik.
Sebenarnya sih, cagak aniem dikenal oleh orang-orang yang berbahasa Jawa saja, Millens. Cagak bermakna tiang, sementara aniem sebenarnya adalah akronim dari perusahaan listrik pada zaman penjajahan Belanda, yaitu Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij (ANIEM). Nah, warga lokal, khususnya yang ada di kawasan perkotaan, kemudian mengenal tiang-tiang listrik tersebut dengan cagak aniem.
Istilah cagak aniem ini belakangan ini kembali populer di Yogyakarta. Maklum, salah satu dari sejumlah cagak aniem peninggalan zaman Belanda yang ada di provinsi tersebut dibongkar pada Senin (20/5/2024). Cagak aniem tersebut adalah yang berlokasi di Jalan Magelang KM 12, Tridadi, Kabupaten Sleman.
Asal kamu tahu saja, tiang listrik tersebut sudah berstatus cagar budaya. Alasannya tentu saja karena benda tersebut sudah eksis sebelum Indonesia merdeka dan saksi bisu listrik mulai bisa dinikmati masyarakat Nusantara. Lantas, kalau memang masuk benda cagar budaya, kok dibongkar?
Kepala Bidang Warisan Budaya Dinas Kebudayaan Sleman Esti Listyowati menjelaskan, pembongkaran cagak aniem ini justru untuk melindungi benda tersebut. Kalau dibiarkan, benda yang terbuat dari besi baja tersebut dikhawatirkan bisa rusak.
Cagak aniem juga rentan jadi korban vandalisme orang-orang nggak bertanggung jawab. Selain itu, tiang dengan tinggi kurang lebih 10 meter ini posisinya dianggap bisa membahayakan lalu-lintas.
“Daripada rusak atau jadi korban vandalisme, kami selamatkan saja cagak aniem di depan Kantor Pegadaian Sleman ini,” ujar Esti sebagaimana dilansir dari Radarjogja, Senin (20/5/2024).
Penyelamatan yang dimaksud terhadap cagak aniem yang sudah eksis sejak 1930 ini adalah dengan memindahkannya ke Museum Gunung Merapi (MGM). Meski nggak lagi di posisi aslinya, nanti cagak aniem tersebut bakal diberi keterangan lengkap terkait dengan lokasi asli dan fungsinya pada era penjajahan sehingga bisa jadi sarana edukasi pengunjung.
Meski tujuannya baik, ternyata ada sejumlah warga yang nggak sreg dengan pembongkaran tiang listrik bersejarah tersebut, lo.
“Ya sudah, sekarang Wadas Tridadi sudah nggak lagi punya peninggalan sejarah,” keluh Susilo, warga setempat yang ikut melihat pembongkaran pada Senin (20/5) lalu sebagaimana dinukil dari Yogyapos.
Keluhan Susilo bisa dimengerti ya, Millens? Tapi, tindakan Dinas Kebudayaan Sleman juga cukup bijak karena dilakukan demi keawetan tiang listrik berusia hampir 100 tahun tersebut. (Arie Widodo/E10)