BerandaTradisinesia
Selasa, 5 Jun 2023 12:03

Berbagai Upaya agar Kain Tenun Troso Jepara Tetap Lestari

Produksi kain tenun troso Jepara. (Goodnewsfromindonesia)

Kain tenun troso dikenal sebagai salah satu produk andalan Kabupaten Jepara. Sayangnya, kini generasi muda di Desa Troso semakin enggan menjadi penenun. Bagaimana nasib kain tenun ini ke depan?

Inibaru.id – Meski dijuluki Kota Ukir, Jepara sejatinya juga dikenal sebagai kabupaten penghasil kerajinan kain tenun. Troso namanya. Kain yang sebagian besar diproduksi dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) ini dikenal dengan motifnya yang menawan dan khas.

Oya, untuk yang belum tahu, penamaan tenun troso diambil dari nama desa tempat kerajinan ini banyak diproduksi, yakni Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Menurut cerita turun-temurun warga setempat, keberadaan kain ini nggak lepas dari kisah Ki Senu dan Nyi Senu.

Sebuah jurnal terbitan Institut Senin Indonesia karya Ratri Dewi Ramadhani dan Subandi berjudul Keberadaan dan Perkembangan Tenun Troso Jepara (2015) menyebutkan hal tersebut. Alkisah, Ki Senu dan Nyi Senu dikenal sebagai pembuat kain tenun nan mumpuni di wilayah Troso.

Saking bagusnya, kain tenun bikinan mereka banyak dicari orang penting. Hal ini membuat warga sekitar tergerak untuk menjadi penenun, mengikuti jejak Ki Senu dan Nyi Senu. Ternyata, Keduanya sama sekali nggak keberatan. Maka, keahlian itu pun terwariskan kepada siapa pun yang mau belajar.

Sejak saat itulah warga Desa Troso mulai belajar menjadi penenun. Keahilan mereka kemudian diturunkan ke anak cucu. Kini, nggak kurang dari 8.000 warga dari total 21.000-an populasi Desa Troso berprofesi sebagai penenun yang tersebar di 283 unit usaha produksi, Millens.

Populer, tapi Kesulitan Regenerasi

Regenerasi penenun jadi masalah utama yang harus dihadapi tenun troso di masa depan. (Getty Images/Gerry Lotulung)

Berdasarkan informasi yang diungkap di situs resmi Desa Troso, setidaknya ada 115 motif kain tenun dari wilayah tersebut yang sudah dipatenkan pada 2020. Saat ini, motif yang paling populer dan banyak dicari di pasaran adalah motif Lompong atau Talas serta motif Daun Cemara.

Meski kain tenun troso sudah terjual di berbagai wilayah di Tanah Air, bukan berarti kekayaan budaya takbenda Jepara ini bebas masalah. Generasi muda di desa tersebut semakin nggak berminat untuk menjadi penenun. Hal ini membuat para penenun khawatir produksi mereka menurun ke depannya.

Anggota Yayasan Tenun Troso Jepara Abdul Jalil dikutip dari Betanews mengatakan, desanya mengalami masalah regenerasi. Lelaki yang juga menjabat sebagai sekretaris desa di Desa Troso mengatakan, pihaknya kesulitan membuat anak-anak tertarik memproduksi kain tenun Jepara.

"Kebanyakan dari mereka mau yang praktis; bukan membuat, tapi lebih suka jadi penjual atau distributor saja,” terang Jalil, belum lama ini.

Meski begitu, pihak yayasan dan pemerintah desa nggak patah arang. Mereka tetap rajin memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya generasi muda agar lebih tertarik memproduksi kain tenun. Harapannya, usaha produksi kain tenun ini bisa terus berlanjut di masa depan.

Masalah terbesar dari desa-desa penghasil kain tenun dan kerajinan tradisional semacam ini memang hampir sama, yakni pada bagian regenerasi untuk produksi. Semoga upaya yang dilakukan Desa Troso membuahkan hasil, ya, Millens! (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024