BerandaTechno
Sabtu, 3 Nov 2017 15:03

Program 1.000 Start-up dan Kendala Ketidaksiapan Ekosistem

Pendiri dan CEO Kibar Yansen Kamto. (CNN Indonesia)

Pola pikir dan kecanggungan mengambil risiko jadi salah satu kendala orang untuk membuat start-up.

Inibaru.id – Maksud hati memiliki 1.000 start-up (perusahaan rintisan), apa daya ekosistem belum siap. Begitulah nasib Gerakan Nasional 1.000 Start-up yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama akselerator Kibar, dan telah dideklarasikan  setahun lalu. Seperti dilansir CNNIndonesia.com (2/11/2017), jumlah start-up baru 112.

CEO sekaligus pendiri Kibar, Yansen Kamto menceritakan sejak diluncurkan pada Juni 2016, ada 30 ribu orang yang mendaftarkan diri ke dalam program ini. Keterbatasan mentor di seluruh Indonesia mendorong pihaknya dan Kominfo hanya mampu menerima 6.000 orang untuk tahap workshop dan lima kegiatan lanjutan lainnya.

Dari 6.000 yang lolos, hingga saat ini hanya ada 112 start-up yang bertahan hingga tahap akhir. Mengenai jumlah yang menyusut jauh ini, bahkan dari target 200 start-up per tahun, Yansen memiliki penjelasan tersendiri.

"Kami hanya memiliki 357 mentor di seluruh Indonesia, tapi itu pun masih tidak cukup. Jumah start-up yang tak sampai 200 itu pun tak masalah, karena pada tahun pertama gerakan kami hanya menargetkan bisa membentuk 67 start-up saja," jelasnya saat ditemui di kawasan SCBD, Jakarta Pusat, Kamis (2/11/2017).

Target yang kecil menurutnya lantaran kesadaran masyarakat masih belum tinggi pada tahun-tahun pertama pelaksanaan program. Namun ia meyakini perlahan jumlahnya akan terus bertambah.

“Mungkin pada tahun-tahun terakhir bisa mencapai 300-400 start-up per tahunnya,” imbuhnya.

Dari semua pendaftar, Yansen mengungkapkan ada lima sektor utama yang paling banyak digarap oleh pelaku start-up, mulai dari pertanian, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan logistik.

Hanya saja, ia mengungkapkan sejauh ini masih ada dua tantangan terbesar dalam mengembangkan perusahaan rintisan. Masalah tersebut yakni minimnya pola pikir kewirausahaan dan kesiapaan ekosistem di luar area Jakarta.

"Yang pertama, masih sangat kurang pola pikir kewirausahaannya di masyakat. Cara mengatasinya tentu dengan memberikan lebih banyak contoh. Kami butuh lebih banyak Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka sehingga orang percaya bahwa ini adalah sesuatu yang bagus," imbuhnya.

 

Dia juga menerangkan bahwa masyarakat juga tidak banyak diajarkan budaya mengambil risiko. Karena itu, kelas-kelas workshop selalu diadakan Kibar pada akhir pekan sehingga mahasiswa dan pekerja bisa mengikutinya tanpa perlu meninggalkan pekerjaan dan sekolah.

Terkait dukungan ekosistem di luar Jakarta yang masih minim, ia mencontohkan kecilnya daerah yang mampu melahirkan pelaku bisnis rintisan.

"Kalau infrastruktur itu memang sedang dibangun pemerintah dan sudah baik, tapi buktinya memang jumlah startup dari luar Jakarta masih kecil. Ekosistem di kota-kota ini masih belum siap. Sistem pendukungnya belum terbangun," jelasnya.

Untuk menumbuhkan kesiapan tersebut, Kibar memperkenalkan kurikulum kewirausahaan digital di kampus-kampus. Pihaknya juga bekerja sama dengan media-media lokal untuk memuat karya dan prestasi start-up di daerah agar kesadaran juga meningkat. (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: