Inibaru.id - Cukup banyak orang yang mulai melirik bisnis start-up. Kendati memang menawarkan kesuksesan, dalam realitanya menjalankan bisnis start-up tidak mudah untuk dilakukan dan harus disertai dengan perjuangan yang luar biasa. Sayangnya, tidak semua pelaku start-up Tanah Air mampu menjalankan bisnisnya dengan baik dan akhirnya harus berhenti di tengah jalan.
Memang, cukup banyak bisnis start-up lokal yang sukses dan akhirnya menarik perhatian investor global. Sebagai contoh, Traveloka baru-baru ini berhasil mendapatkan suntikan investasi sebesar US$ 500 Juta dan Tokopedia juga mendapatkan dana sebesar US$ 100 Juta pada tahun 2014 silam. Angka-angka ini memang terlihat menggiurkan, namun, dalam realitanya perkembangan bisnis start-up di Indonesia justru menurun dalam setahun terakhir.
Data yang dikeluarkan oleh East Ventures menyebutkan bahwa setidaknya jumlah start-up pendatang baru menurun hingga 23 persen jika dibandingkan dengan yang ada pada semester pertama pada 2016 lalu. Menurut data ini, penurunan ini terjadi seiring dengan menurunnya pula transaksi pendanaan di tahap awal.
Baca juga: Ternyata Ini Kendala yang Bikin Pelaku Start-Up di Indonesia Kudu Putar Otak
Data lain yang dikeluarkan oleh Tech in Asia pada hari Senin 7 Agustus 2017 bahkan menunjukkan penurunan yang jauh lebih parah, yakni dari jumlah 190 start-up baru pada semester awal 2016 hingga hanya 12 start-up saja di semester pertama tahun ini.
Sebenarnya, jumlah bisnis start-up di Indonesia baru mulai mengalami kenaikan pada tahun 2013 lalu dimana jumlah start-up baru pada tahun tersebut sama dengan yang ada pada tahun 2012, yakni sebanyak 168 buah. Kenaikan pesat terjadi pada tahun 2014 dimana jumlah start-up mencapai 229 buah. Bahkan, pada tahun 2015 jumlah start-up ini mencapai angka 367 buah! Sayangnya, sejak saat itu pula jumlah start-up di Indonesia terus mengalami penurunan hingga akhirnya di titik terendah pada tahun ini.
Dukungan Pemerintah
Meskipun penurunan jumlah start-up ini terlihat mengenaskan, sebenarnya dukungan akan bisnis start-up ini sudah dilakukan oleh berbagai pihak. Beberapa tahapan program seperti inkubator, akselerator, hingga co-working space dan inisiatif juga sudah dilakukan oleh pemerintah demi mendukung perkembangan bisnis start-up Tanah Air. Sayangnya, hal ini sepertinya belum membuahkan hasil.
Baca juga: Jack Ma Resmi Jadi Penasihat E-commerce Indonesia
Salah satu alasan mengapa jumlah start-up di Indonesia semakin menurun ini karena munculnya bisnis start-up lain yang justru menekan pasar Tanah Air. Alhasil, para pelaku start-up lokal dipaksa untuk menemukan cara terbaik untuk menjual bisnis mereka pada masyarakat. Selain itu, banyak investor yang ternyata masih bersikap untuk berhati-hati sebelum menggelontorkan dana bagi para pelaku start-up.
Kevin Darmawan, Managing Partner dari Coffee Ventures yang termasuk dalam pemegang pendanaan start-up Indonesia, menyebutkan bahwa Gerakan Nasional 1.000 Start Up atau Karya Merah Putih dari pemerintah sepertinya masih belum bisa unjuk gigi dan diprediksi baru mulai memberikan dampak positif pada semester 2 tahun 2017 ini. (AW/IB)