BerandaPasar Kreatif
Selasa, 1 Apr 2024 14:00

Kue Kering, Bisnis Musiman yang Datangkan Omzet Jutaan Rupiah

Kue kering buatan Nurul Hidayah dijual dengan harga Rp55-70 ribu per toples. (Dok. Nurul Hidayah)

Setiap bulan Ramadan tiba, itu artinya para penjual kue kering akan panen rezeki. Kue kering-kue kering diproduksi baik secara masal ataupun home industri karena permintaannya selalu tinggi. Bahkan, orang yang sehari-hari punya kesibukan lain, tiap menjelang Lebaran bisa banting setir jadi pembuat dan penjual kue kering.

Inibaru.id - Selalu ada kue kering dalam perayaan Idulfitri. Kebiasaan tersebut konon sudah ada sejak Bangsa Belanda berada di Indonesia. Orang-orang Belanda selalu membuat nastar, kastengel, lidah kucing, kue kacang, dan lainnya setiap ada momentum perayaan.

Nah, kebiasaan tersebut akhirnya melekat pada masyarakat kita sampai sekarang. Bahkan di banyak keluarga kue kering menjadi suguhan wajib saat Lebaran atau Natal.

Kue kering hanya boleh dinikmati oleh para bangsawan dan baru menyebar ke seluruh dunia lewat pedagang muslim. Baru di abad ke-14, kudapan lezat itu boleh disantap oleh rakyat biasa dan sering dijadikan bekal saat bepergian karena cukup awet disimpan dalam waktu lama.

Alasan itulah yang mungkin mendorong banyak orang untuk menyediakan kue kering sebagai salah satu kudapan wajib dalam menjamu para tamu. Dapat disimpan cukup lama di wadah kedap udara, kue kering jadi pilihan kudapan praktis dan hemat biaya.

Kini, kue nastar dkk nggak pernah absen sebagai camilan Lebaran. Nggak heran para penjual kue kering kebanjiran pesanan. Nurul Hidayah salah seorangnya. Nuhi, sapaan akrabnya, sejak tahun 2021 rutin membuka pesanan khusus kue kering. Padahal, perempuan asal Semarang ini sehari-hari membuat dan menjual kue brownies.

Brownies buatan Nurul Hidayah bisa diorder lewat Instagram @HiDay!Cookies. (Dok. Nurul Hidayah)

Perempuan 23 tahun itu bercerita bahwa dirinya pernah jualan nastar, kue kacang, kue ulat daun, sampai kastangel. Namun pada tahun ini, dirinya cuma membuka pesanan kue semprit dan kastangel saja karena satu dan lain hal.

“Tahun ini aku pengin fokus saja sama dua jenis kue itu. Untuk kue semprit aku banderol dengan harga Rp35-40 ribu, sedangkan kue kastangel Rp65 ribu," jelasnya.

“Nggak cuma harganya yang jadi pertimbangan, rasanya juga harus benar-benar oke, kan? Jadi aku berusaha keras buat bikin kue-kue itu enak dan bermutu," tambahnya dengan semangat.

Kerja keras Nuhi dalam menjaga kualitas kue kering bikinannya itu mampu mendatangkan untung jutaan rupiah. Dari yang dulunya hanya penghasilan sampingan, kini di momentum Lebaran, jualan kue kering malah jadi sumber pemasukkan utama.

“Jadi, dari yang awalnya cuman iseng nyari peluang jual kue kering selain brownies, sekarang bisa jadi sumber penghasilan yang lumayan. Nggak nyangka, deh," tambahnya dengan bangga.

Harga Mengalami Kenaikan

Proses pembuatan kastangel yang tengah dioven oleh Nurul Hidayah. (Dok. Nurul Hidayah)

Nggak hanya bahan pokok yang harganya naik, kue kering pun sebelas dua belas. Perempuan yang aktif di beberapa organisasi itu mengatakan, harga kue kering di bulan Ramadan tahun ini mengalami kenaikan. Karena bahan bakunya naik, harga kue kering juga mengalami penyesuaian.

“Ya memang ada kenaikan harga dari hari biasa. Apalagi harga bahan-bahan juga naik. Tapi juga nggak bisa terlalu menaikkan harga, biar masih terjangkau buat konsumen," jelasnya.

Meskipun demikian, hal ini nggak menyurutkan semangat Nuhi untuk tetap menjaga kualitas produknya dan memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya.

Wah, memang benar jika pesona kue kering nggak akan pernah pudar ya, Millens? Buktinya, makanan yang diperkenal sejak zaman Belanda ini masih eksis bahkan semakin banyak jenisnya hingga sekarang. Nggak cuma pada kalangan atas, menyantap kue kering di hari Lebaran juga menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat kita. Sudah ada stok kue kering di rumahmu atau belum nih, Millens? (Rizki Arganingsih/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024