BerandaPasar Kreatif
Rabu, 17 Mei 2022 09:09

Kopi Babah Kacamata Khas Salatiga, Melegenda Sejak 1965

Beberapa ukuran kemasan dari Kopi Babah Kacamata. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Selalu ada cerita di dalam kepulan asap secangkir kopi panas. Hal ini terbukti dengan uniknya cerita kopi khas Salatiga, Babah Kacamata. Seperti apa ya ceritanya?

Inibaru.id – “Ngopi yuk!” ajak saya kepada kawan lama yang saya kunjungi belum lama ini. Mumpung sedang berada di Kota Salatiga yang berhawa dingin, ritual ngopi bisa jadi cara yang asyik untuk membuat obrolan malam menjelang pagi semakin seru.

Dari obrolan itu, kawan lama saya mengungkap fakta menarik tentang minuman ini di Salatiga. “Hampir seluruh angkringan di Salatiga pakai kopi ini,” ucapnya sembari menunjukkan kopi berbungkus plastik bersablon seorang lelaki berkacamata.

Pekerja yang sedang melakukan prosesi pengemasan Kopi Babah Kacamata. (Inibaru.id/Kharisma Ghana Tawakal)

Kopi Babah Kacamata merupakan sebuah jenama kopi khas Kota Enting-enting Gepuk. Di sana, jenama ini cukup populer. Pendirinya adalah Warsono, sang Babah Kacamata. Dia sudah mulai mengedarkan kopi buatannya ke warung-warung kecil dan pinggir jalan sejak 1965.

Permintaan pedagang warung-warung yang terus berdatangan membuat produksi jenama kopi ini seperti nggak pernah berhenti. Kini, konsumennya bisa mencakup semua kalangan mulai dari angkringan pinggir jalan hingga kafe ternama.

“Menurut saya, kopi ayah saya masih diminati hingga sekarang karena memang kualitas yang terjaga. Juga dengan pembeli yang sudah cocok sejak dahulu,” daku Astana, anak terakhir Warsono yang meneruskan usaha Kopi Babah Kacamata.

Kopi Turun-temurun

Astana, salah satu penerus Kopi Babah Kacamata. (Inibaru.id/Kharisma Ghana Tawakal)

Ada alasan mengapa Kopi Babah Kacamata ini terus laris. Astana mengaku pembelinya berasal dari pelbagai umur. Dia yakin jika kopi ini dikenalkan dari orang tua ke anak cucunya hingga akhirnya menjadi kopi turun-temurun yang disukai semua kalangan usia.

Lebih dari 50 tahun memproduksi kopi, Babah Kacamata setia hanya menyediakkan kopi jenis robusta. Astana menjelaskan bahwa resep yang diberikan sang ayah memang hanya menggunakan kopi jenis itu. Sayang, saya nggak bisa bertanya lebih tentang alasan mengapa hanya memakai satu jenis kopi karena Warsono sudah meninggal bertahun-tahun lalu.

“Memang, arabika terkenal enak dan lebih mahal. Tapi apa boleh buat, kami besar dengan robusta dan akan selalu menjual itu,” ucapnya sembari menyapa pesan pelanggan yang datang.

Bagi yang belum tahu, bahan baku Kopi Babah Kacamata di-supply langsung dari Pingit, Magelang, dan Ambarawa. Untuk pemilihan grade kopinya, Astana memberikan kepercayaan penuh kepada mereka (supplier). Dirinya mengaku hanya tinggal terima beres dengan standar biji kopi yang oke punya.

Nampak sekat antara toko dan ruang pengemasan kopi yang menjadi satu. (Inibaru.id/Kharisma Ghana Tawakal)

Untuk masalah roasting, bisa dilakukan di dalam toko Babah Kacamata. Namun, seperti penjual lain yang punya resep rahasia, Astana pun benar-benar menjaga kerahasiaan nikmatnya kopi produksinya. Saya nggak bisa menengok jauh ke dalam dapur tersebut. Yang pasti, kopinya halus dan enak!

Kopi Babah Kacamata bisa kalian temui di dekat Pasar Raya Salatiga. Tepatnya di toko berwarna kuning di Jalan Kalinyamat Nomor 16 Salatiga. Tertarik beli kopi legendaris ini, Millens? (Kharisma Ghana Tawakal/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024