Inibaru.id - “Ini bisnis yang untungnya nggak ngotak,” kata Rofiq (bukan nama sebenarnya) salah seorang pedagang obat kuat saat ditanya tentang keuntungan bisnis itu pada Rabu (17/2/2021).
Untuk harga-harganya Rofiq langsung saja menunjukkan lapak yang dia kelola di salah satu toko belanja daring. Harganya beragam, namun kebanyakan di angka Rp 100 sampai Rp 500 ribu. Pedagang tertentu mungkin ada yang berjualan dalam bentuk eceran namun Rofiq nggak melakukannya.
“Satu pilnya itu harganya Rp 50 ribu,” ujar Rofiq saat dihubungi via pesan pendek.
Kemudian untuk modal yang dikeluarkan, sebagai penyalur barang Rofiq mengungkapkan jika nggak harus keluar duit sepeserpun, dengan catatan kamu punya koneksi ke agen. Tapi kalau mau menyetok barang, modal yang dikeluarkan berkisar Rp 5 juta.
Dalam berdagang, Rofiq menjual obat kuat jenis penambah durasi dan pembesar alat vital lelaki. Beberapa obat penambah durasi antara lain Viagra, Cialis, dan Levitra. Untuk pembesar alat vital, Rofiq menjual Hammer of Thor, Vimax, Titan Gel, dan Herba Mojo.
Rofiq termasuk pedagang kemarin sore, Millens. Namun dia mengaku sudah dapat untung yang lumayan dari usahanya. Kata Rofiq, sehari dia bisa mendapat Rp 150 sampai Rp 800-an ribu.
Pendapatan itu dia raup dari satu toko saja. Bayangkan kalau dia buka toko lagi?
“Ada temanku yang punya ratusan akun, namun hanya dikerjakan oleh 3 orang,” ungkapnya.
Katanya, teman yang dimaksud Rofiq itu kini hidup bagai sultan di desanya.
Buset!
Bahkan, orang inilah yang membuat Rofiq ikut-ikutan menjual obat kuat. Benar saja, Rofiq bisa mengantongi untung yang lumayan dalam waktu nggak lama.
Satu hal yang terus saya ingat adalah, toko offline sepi bukan berarti nggak laku. Mirip gerakan bawah tanah gitu deh! Saya sekarang paham mengapa toko obat kuat semakin banyak saja.
Sebagai penjual daring, Rofiq bisa saja menjajakan barang ilegal yang lebih murah. Tapi, hal ini nggak dilakukan Rofiq. Dia memilih barang legal yang sudah jelas aman meski sedikit mahal.
Pasang Iklan dan Pekerjakan Orang IT
Selain di toko belanja daring, pedagang obat kuat biasanya juga bertarung rating di iklan-iklan "sampah" yang sering kita temui di website. Bahkan, saking totalnya, satu pedagang berani membayar ahli IT sampai jutaan rupiah.
Meski bisa mendongkrak pendapatan, Rofiq memilih nggak mengikuti langkah itu. Maklum, bagi Rofiq, profesi sebagai penjual obat kuat hanya sambilan. Perbulannya paling nggak, dia bisa menyentuh angka Rp 3 juta.
“Sudah untung banget sih. Saya beli obatnya juga nggak mahal. Hanya 80 ribu per botol,” tambahnya.
Kepentok Regulasi
Dari Rofiq, bergeser ke Yanuar, seorang pedagang obat kuat juga. Namun Yanuar ini lapaknya digelar di Facebook. Kalau di kanal itu dia pakai jasa Facebook Ads, menurut dia laku-enggaknya produk tergantung bagaimana internet marketing. Yakni mencakup pemasangan iklan sampai teknis copy writing.
“Di sini akan dikenakan biaya. Tapi statistik data ke dagangan kita lebih jelas. Maksudnya berapa jumlah orang mengecek dagangan kita, biaya konversi sampai analisis gambar produk yang lebih menarik bahkan juga bisa, “ terangnya pada Minggu (7/3).
Dalam menjual obat kuat, keuntungan yang diterima oleh Yanuar nggak beda jauh dari Rofiq. Sehari dia bisa dapat Rp 300 sampai Rp 900 ribu, rata-rata bahkan bisa Rp 500 ribu.
Jenis obat yang dijual oleh Yanuar pun legal dan lolos BPOM. Beberapa produk seperti Madu Serbuk, Lintah Papua dan kondom bergerigi dia tawarkan kepada pembeli. Yanuar juga bercerita kalau dagangannya sempat membuatnya "tajir". Sayangnya, regulasi dari Facebook membuatnya nggak melanjutkan bisnis ini.
“Nggak dilarang oleh negara, tapi dilarang oleh Facebook,” pungkasnya.
Hm, di luar regulasi Facebook yang sekarang ketat, kamu tertarik nggak terjun ke bisnis ini, Millens? (Audrian F/E05)