Inibaru.id – Ketika padi mulai menguning, saat itulah petani Jawa menanam sorgum di sekitar sawah. Mereka menyebutnya cantel, karena fungsinya hanyalah sebagai siasat agar burung pipit memakan sorgum alih-alih menggasak bulir-bulir padi yang mulai ranum.
Saat ini, tanaman yang diperkenalkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1925 itu memang bukanlah sumber pangan utama. Ia hanyalah tanaman penyangga. Orang-orang yang mengonsumsi sorgum bahkan dianggap sebagai masyarakat miskin.
Padahal, selain adaptif terhadap berbagai cuaca, sorgum termasuk karbohidrat yang kaya nutrisi. Potensi ini pun belakangan mulai dilirik pemerintah. Kampanye sorgum banyak didengungkan, yang segera diikuti banyak pihak, termasuk di sekolahan.
SMK PGRI 2 Kudus, Jawa Tengah, adalah salah satu sekolah yang baru-baru ini mulai mencoba mengkreasikan sorgum. Para siswa Tata Boga di sekolah binaan Djarum Foundation tersebut melakukan inovasi masakan dengan olahan tanaman serealia itu, salah satunya nasi goreng berbahan sorgum.
Mengolah makanan berbahan sorgum bukanlah perkara gampang. Banyak tantangannya, sebagaimana dituturkan Muhammad Fauz Gamel. Siswa tata boga itu mengaku sempat kesulitan karena sorgum memilki kadar air yang berbeda dengan beras.
“Harus lebih jeli,” ungkap Fauz, Jumat (12/8/2022). "Sorgum beda dengan beras. Perbandingan sorgum dengan air itu 1:3, sedangkan beras 1: 2.”
Selain nasi “sorgum” goreng, para siswa juga menggunakan tepung sorgum untuk membuat bakwan jagung, bubur sumsum, dan berbagai olahan keik serta kue. Fauz mengaku sudah bisa membuat varian masakan berbahan sorgum.
"Sorgum itu karbohidrat yang kaya serat dan lebih cepat bikin kenyang dibanding gandum atau nasi. Bahan bakunya pun mudah didapat,” papar cowok yang merupakan salah satu siswa yang turut memeriahkan program Fastival Sorgum SMK PGRI 2 Kudus itu bangga.
Bagian dari Program Sekolah
Wakil Kepala Sekolah SMK PGRI 2 Kudus Rindho menuturkan, inovasi makanan berbahan sorgum merupakan salah satu program sekolah yang ditekuni para siswa siswi kejuruan Tata Boga di sekolahnya, Tujuannya, untuk memanfaatkan makanan alternatif pengganti nasi tersebut.
"Jurusan Tata Boga ada 200 murid. Kami berupaya mengajari anak-anak mengenal sorgum dengan mengolahnya menjadi makanan apa pun itu," kata Rindho, Jumat (12/8). “Ini kami wujudkan dalam bentuk Festival Sorgum.”
Festival Sorgum merupakan program sekolah yang didukung penuh oleh Bakti Pendidikan Djarum Foundation. Program Officer Bakti Pendidikan Djarum Foundation Galuh Paskamagma mengatakan, butuh keterampilan untuk menciptakan masakan enak yang menarik dengan bahan sorgum.
Galuh menambahkan, untuk mengolah sorgum butuh hard skill dan soft skill, harus kreatif membuat resep, serta berpikir kritis untuk melakukan penyesuaian dan substitusi tepung biasa ke tepung sorgum. Maka, lanjutnya, penerapan “merdeka belajar” di SMK PGRI 2 Kudus sangatlah tepat.
"Siswa di SMK PGRI 2 Kudus boleh memilih pembelajaran sesuai dengan minatnya di industri kuliner sehingga siswa tidak merasa terbebani dengan proses belajar. Ini membuat siswa lebih produktif serta kreatif, salah satunya dengan membuat olahan sorgum di Jiva Bestari, teaching factory mereka," akunya.
Apresiasi Pemerintah
Festival Sorgum yang dibikin SMK PGRI 2 Kudus mendapatkan perhatian pemerintah melalui kehadiran Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko. Moeldoko menyebut, kandungan gula pada sorgum jauh lebih rendah dibanding beras.
"Sorgum bisa menjadi berbagai makanan alternatif pengganti beras. Saya tertarik karena saat menjadi pengganti tepung, (teksturnya) lebih krispi. Kenyangnya juga lebih tinggi, cocok untuk yang lagi diet," ucap Moeldoko.
Dia menambahkan, pihaknya sangat mendukung upaya para siswa SMK PGRI 2 Kudus menggelar Festival Sorgum. Menurutnya, program ini adalah bagian dari jawaban untuk pertanyaan seputar krisis pangan yang menjadi perhatian secara global.
Wah, keren nih SMK PGRI 2 Kudus! Selamat, ya! (MI/IB20/E03)