BerandaPasar Kreatif
Jumat, 23 Feb 2023 17:36

Dari Bank Sampah, Kampung Tiber Bisa Piknik Gratis dan Beli CCTV

Ketua Bank Sampah Budi Hartojo (kiri) dan Wakil Ketua Sultoni (kanan) memamerkan kerajinan tangan dari sampah yang mereka bikin di Bank Sampah Berkah, Kampung Tiber, Sarirejo, Semarang Timur. ((Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Lebih dari sedekade berdiri, pendapatan dari bank sampah di Kampung Tiber Semarang bisa dipakai untuk membeli pelbagai kebutuhan RT, bahkan membawa seluruh warga piknik gratis ke luar kota.

Inibaru.id - Bank sampah di Kampung Tiber yang berlokasi di RT 03 RW 05 Kelurahan Sarirejo, Kecamatan Semarang Timur, mendatangkan keberkahan bagi warganya. Tepat sedekade berdiri, bank sampah bernama "Berkah" itu saat ini telah mampu memberikan tambahan ekonomi bagi warganya.

Budi Hartojo, inisiator sekaligus ketua bank sampah tersebut mengungkapkan, "Berkah" tercipta sebagai bentuk keresahan Budi terkait sampah di lingkungan tempat tinggalnya serta kesulitan warganya mendapatkan bantuan dana untuk bikin kegiatan. Kala itu, dia adalah Ketua RT 03.

"Sekitar 2012, saya yang waktu itu jadi Ketua RT bingung karena ada toko untuk dikirimi proposal bantuan dana kegiatan di sini, lalu terpikir untuk mengepul sampah warga yang bisa dijual atau menghasilkan uang," kata dia mengenang ihwal pendirian Bank Sampah Berkah.

Gayung bersambut. Secara sukarela, warga berbondong-bondong membawa barang bekas dan sampah laik jual ke bank sampah tersebut. Ide awal, lanjut Budi, bank sampah membeli dari warga, lalu dijual ke pengepul. Namun, warga menolak.

"Warga sepakat menyetorkan sampah dengan cuma-cuma, asalkan ada laporan pertanggungjawaban rutinnya," ujar lelaki paruh baya tersebut saat dihubungi Inibaru.id belum lama ini.

Dari dan Untuk Warga

Ketua Bank Sampah Budi Hartojo (kanan) bersama Ketua RT 03 Sugiyanto (tengah) dan Wakil Ketua Bank Sampah Sultoni (kiri) di Kampung Tiber. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Kampung Tiber bukanlah wilayah yang luas. Karena itu, pengelolaan bank sampah hampir seluruhnya dilakukan oleh warga. Nantinya, terang Budi, sampah yang disetorkan warga pun bakal kembali ke warga sepenuhnya.

"Kami mengelola dengan transparan dengan seluruh penjualan sampah digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga RT 03," jelas lelaki berkumis tipis tersebut.

Budi membeberkan, Bank Sampah Berkah bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp700 per dua bulan, yang merupakan hasil dari menjual ratusan kilogram sampah. Uang tersebut, imbuhnya, digunakan untuk membeli keperluan RT seperti CCTV, monitor, sound system, palang pintu, dan lain-lain.

"Dalam setahun, seluruh warga bahkan sempat kami ajak piknik dua kali, ke Yogyakarta dan Purbalingga, dengan biaya transportasi yang diambil dari kas bank sampah," kata Budi penuh kebanggaan.

Dibikin Kerajinan Tangan

Potret beberapa hasil kerajinan yang terpampang di dinding rumah Ketua Bank Sampah, Budi Hartojo. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Selain dijual ke pengepul, sampah-sampah yang telah dipilah di bank sampah seperti botol plastik, kardus, atau kertas, juga dibentuk menjadi pelbagai kerajinan tangan agar nilai jualnya meningkat, di antaranya miniatur stasiun dan mainan anak-anak.

"Karya kreatif ini biasanya dijual pas ada pameran atau bazar," terang Budi.

Menyambung omongan Budi, para kesempatan yang sama, Wakil Ketua Bank Sampah Berkah Sultoni mengungkapkan, tujuan utama pembentukan bank sampah tersebut bukanlah materi, tapi membentuk kesadaran warga agar hidup bersih.

"Kalaupun dari pengelolaan bank sampah ini kami mendapat uang, itu semata bonus," ujar lelaki yang merelakan depan rumahnya dijadikan sebagai tempat pengepulan sampah tersebut dengan tenang.

Sultoni menyadari, keberadaan bank sampah yang dikelolanya itu nggak lepas dari campur tangan seluruh warga RT 03. Karena itulah dia berharap nggak ada pengelola atau warga yang merasa jemawa atau dirugikan.

"Kami nggak mungkin berdiri sendiri-sendiri, jadi harus saling berangkulan untuk terus menghidupkan bank sampah ini," lanjut Sultoni yang segera disambut dengan anggukan kepala Ketua RT 03 Sugianto.

Ke depan, Sultoni berharap Kampung Tiber bakal memiliki tempat khusus, semacam art gallery atau show room untuk memajang hasil kerajinan tangan dari sampah yang mereka bikin.

Inspiratif banget yang dilakukan warga Kampung Tiber Semarang ini ya, Millens! Semoga usaha yang telah dirintis selama 10 tahun itu langgeng dan apa yang diharapkan segera terwujud! (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024