BerandaPasar Kreatif
Jumat, 23 Nov 2017 19:55

Cilacap dalam Selembar Kain Batik

Pencinta batik berdiskusi dengan pengelola toko batik, memilih kain yang akan dibeli. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Laut, kapal perang, pohon sukun, dan mangrove adalah motif paling sering dilukis pada kain batik buatan pebatik Kutawaru, Cilacap.

Inibaru.id – Cilacap bukanlah Pekalongan, Solo, atau Yogyakarta yang begitu masyhur sebagai kota penghasil batik. Namun, bukan berarti kabupaten terluas di Jawa Tengah itu tak memiliki produk batik asli daerah. Cilacap juga menghasilkan batik yang berasal dari Desa Kutawaru, Cilacap Tengah.

Terletak di wilayah pesisir selatan yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang terkenal ganas, motif batik Cilacap pun tak jauh dari itu. Kisah kejayaan prajurit Mataram di perairan Cilacap adalah tema yang paling banyak dilukis.

Orang Cilacap menyebutnya tema “Laut”, dengan warna dasar kain batik biasanya gelap, yakni hitam, cokelat, atau abu-abu. Warna yang menggambarkan peperangan itu dipadu dengan lukisan canting dengan warna yang menyembul tegas berwarna cerah dan kuat sebagai simbol harapan.

Baca juga:
Mama Papua pun Minta Jualan Online
Keramik Klampok Terus Bersolek dan Mematut Diri

Kemudian, ada juga motif “Kapal Laut”. Dilansir dari Liputan6.com, Rabu (22/11/2017), salah satu pengelola pusat batik di Cilacap, Yuli Ningrum, mengatakan, masyarakat pesisir Cilacap yang kebanyakan nelayan membuat kapal laut.

"Ini motif kapal laut karena masyarakat pesisir Cilacap adalah nelayan," ucap pengelola sebuah pusat batik di Cilacap, Yuli Ningrum, Minggu (19/11/2017).

Lalu, ada juga motif “Wijayakusuma”, bunga yang dipercaya berasal dari Pulau Nusakambangan, Cilacap. Dengan warna dasar hitam, bunga wijayakusuma biasanya dilukis dengan warna cerah. “Para pembatik ini seolah-olah pengin menegaskan bahwa wijayakusuma adalah kepunyaan Cilacap,” terang Yuli.

Yuli mengaku sebagian besar koleksi batik yang dimilikinya memang berasal dari seniman batik tulis Kutawaru. Para pembatik kontemporer Kutawaru, lanjutnya, juga acap kali memasukkan unsur mangrove dalam batik buatan mereka. Api-api, bakau, cancang adalah sejumlah mangrove yang sering ditulis.

Tak lupa, para pembatik juga terkadang menggambar pohon sukun yang merupakan komoditas pertanian khas Cilacap. Dedaunan yang lebar berimpang dan buah sukun yang bulat agak oval menjadi inspirasi mereka.

Baca juga:
Sejahterakan Masyarakat Setempat dengan Bisnis Camilan
Gurihnya Bisnis Kacang Macadamia

Bagaimana dengan harganya? Yuli mengatakan, selembar kain batik tulis biasanya dibanderol harga mulai Rp 500 ribu hingga Rp 750 ribu. Namun, untuk batik dengan teknik khusus dan motif yang lebih rumit harganya bisa jauh lebih mahal.

“Semisal batik Wijayakusuma Nusakambangan yang rumit, harganya bisa mencapai lebih dari Rp 1 juta,” ungkap Yuli, “Sedangkan batik tenun yang diproduksi berdasarkan pesanan bisa Rp 3,5 juta.”

Yuli menjelaskan, batik-batik itu terlihat mahal karena kain yang digunakan berbahan sutera.

“Kalau yang lebih murah ada batik kombinasi yang harganya berkisar antara Rp 200-300 ribu, batik cap yang Rp 150-200 ribu, atau printing sekitar Rp 100 ribu,” paparnya. (GIL/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: