Inibaru.id – Patung raksasa Tino Sidin yang berada di wisata Taman Museum Tino Sidin Bantul, Yogyakarta baru diresmikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (14/12/2017). Untuk mengenang siapa lagi kalau bukan Tino Sidin.
Millens tahu, meskipun sudah meninggal dunia, karya pelukis Tino Sidin hidup sampai sekarang. Mengapa sosok pelukis ini begitu dikenang khalayak?
Tino Sidin, seorang pelukis dan guru gambar yang terkenal dengan acaranya di TVRI pada 1980-an, yaitu "Gemar Menggambar". Pada acara tersebut Tino mengajarkan ke anak-anak bahwa menggambar itu mudah. Untuk lebih mengenalkan seni menggambar, Tino menerbitkan buku tentang menggambar dan cerita bergambar di antaranya Bawang Merah Bawah Putih, Ibu Pertiwi, dan Mari Menggambar.
Baca juga:
Selamat Jalan, Nenek Rocker Indonesia!
Benyamin S dan Kebetawian
Dilansir dari laman Historia.id, pelukis kelahiran Tebingtinggi, Sumatera Utara pada 25 November 1925 ini merupakan keturunan Jawa. Sejak kecil Tino sudah berbakat menggambar. Ketika pendudukan Jepang, Tino menjadi kepala bagian poster kantor penerangan Jepang di Tebingtinggi.
Setelah Indonesia merdeka, selain sebagai menjadi anggota Polisi Tentara Divisi Gajah Dua Tebingtinggi, menjadi guru menggambar di SMP Negeri Tebingtinggi pun dilakoni Tino. Pada tahun 1945 Tino bersama Ismail Daulay mendirikan Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Medan.
Suami dari Nurhayati ini kembali ke kampung halaman dan menetap di Binjai. Dia menjadi ketua Palang Merah Remaja Kabupaten Langkat, dan ketua ASRI Binjai. Tino kemudian kembali ke Yogyakarta. Setelah belajar di ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) Yogyakarta, Tino dirikan Pusat Latihan Lukis Anak-anak (1969-1977).
Millens, nama Tino Sidin mulai melejit sejak mengisi acara "Gemar Menggambar" di TVRI pada 1978. Pekerjaannya sebagai pendidik “menggambar” menjadi terkenal secara nasional. Kalau zaman itu sudah ada medsos, dia adalah sosok viral.
Baca juga:
Benny Panjaitan, Komponis, Gitaris, dan Vokalis Panbers
Kawasan Menteng: Menyulap Hutan Jadi Kota Taman
Sejak 1980, dia menjadi penatar guru gambar tingkat TK dan SD seluruh Indonesia. Program ini di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan, bukunya Gemar Menggambar sebanyak 6 jilid disahkan menjadi buku pegangan guru SD seluruh Indonesia.
Tino Sidin meninggal pada 29 Desember 1995 pada usia 70 tahun. Sobat Millens ingin melihat karya pelukis legendaris ini? Datanglah ke Museum Taman Tino Sidin. Di sana terpajang karya lukis, sketsa, memorabilia, buku, arisp-arsip pribadi, koleksi foto-foto, kliping media massa, surat-surat pribadi, testimoni, selebaran peristiwa, dan penghargaan yang pernah diterima sang pelukis. (LAM/SA)