BerandaKulinary
Sabtu, 21 Okt 2022 12:08

Mencicipi Nikmatnya Kupat Tahu Pak Budi yang Sudah Eksis Sejak 1957

Mencicipi Nikmatnya Kupat Tahu Pak Budi yang Sudah Eksis Sejak 1957

Kupat Tahu Pak Budi, masih memiliki cita rasa yang sama sejak 1957. (Tribunnews/Hamim Thohari)

Sejak 65 tahun yang lalu, resep dan cara pembuatan kupat tahu Pak Budi nggak pernah berubah. Berkat hal ini, pelanggan terus mendatangi warung sederhana yang ada di Kota Yogyakarta tersebut.

Inibaru.id – Pasti ada yang spesial dari sebuah warung yang sama sekali nggak mengubah resepnya selama 65 tahun dan tetap laris diburu pembeli. Hal inilah yang benar-benar tejadi pada Warung Kupat Tahu Pak budi. Sejak 1957, pembeli terus berdatangan ke warung tersebut dari berbagai generasi.

Warung Kupat Pak Budi bisa kamu temui di Jalan Veteran, Muja-Muju, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Warung dengan nama dominan hijau tersebut nggak sulit untuk dicari karena ada di selatan lampu lalu lintas Pabrik Sarihusada Generasi Mahardika atau SGM.

Menurut mendiang Pak Budi saat masih hidup, warung tersebut nggak pernah berpindah ke tempat lain sejak kali pertama didirikan.

“Sejak dulu saya berjualan kupat tahu ya di sini,” ungkapnya sebagaimana dilansir dari Jogja Tribunnews, (25/9/2015).

Banyak orang yang mengira jika kupat tahu racikan Pak Budi adalah kupat tahu khas Magelang. Tapi, dia memastikan bahwa kupat tahu buatannya adalah khas Jogja dan memiliki perbedaan dengan kupat tahu Magelang. Soalnya, kupat tahu khas Jogja nggak memakai bahan kacang tanah goreng.

Selain itu, bahan-bahan makanan yang diracik menjadi kupat tahu nggak jauh beda. Di dalam seporsi kupat tahu yang dibuat Pak Budi, kamu bakal menemukan tahu putih goreng, ketupat, irisan dari sayur seperti kubis, tauge, seledri, serta irisan tempe bacem.

Ada satu hal yang membuat kupat tahu Pak Budi bisa begitu spesial, yaitu kuahnya. Semua bermula dari ide Pak Budi mengubah kuah bumbu kacang menjadi kuah yang diolah dari kecap serta gula jawa puluhan tahun silam. Kuah yang nggak biasa inilah yang jadi daya tarik utama kuliner tersebut.

Kini Dikelola Oleh Istri Pak Budi

Warung Kupat Tahu Pak Budi. (Mojok/Brigitta Adelia)

Sepeninggal Pak Budi yang tutup usia pada 2019, pengelolaan warung tersebut diambil alih oleh istrinya, Bu Wasini. Meski dirundung duka karena ditinggal teman hidupnya, Bu Wasini yang sudah diberi warisan resep sekaligus diajari cara membuat kupat tahu yang khas pun menyanggupi permintaan pak Budi yang nggak pengin warungnya tutup.

“Jangan sampai dihentikan karena makan dan rezeki sehari-hari berasal dari usaha ini,” ucap perempuan yang kini berusia 63 tahun tersebut sebagaimana dilansir dari Mojok, (11/6/2022).

Nggak hanya Bu Wasini yang sudah mengetahui resep rahasia Pak Budi, kedua anaknya, serta para pekerja yang sudah mengabdi di warung tersebut selama lebih dari satu dekade juga sudah tahu tentang resep tersebut. Alasan mengapa harus banyak orang mengetahuinya sederhana, yaitu agar kualitas dan rasa kupat tahu yang dijajakan tetap sama sebagaimana yang biasanya diracik oleh Pak Budi.

Usaha untuk mempertahankan resep ini berbuah manis. Kini, setiap harinya, Warung Kupat Tahu Pak Budi masih mampu menjual setidaknya 250 porsi. Padahal, waktu buka warung ini sebenarnya nggak begitu lama, yaitu hanya dari pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB.

Kalau kamu tertarik untuk mencicipi uniknya kupat tahu Pak Budi, nggak perlu khawatir harus membayar mahal. Soalnya, harga per porsinya cukup terjangkau. Kalau memesan kupat tahu biasa, hanya perlu merogoh kocek Rp13 ribu, kalau yang spesial, Rp20 ribu.

Tertarik untuk wisata kuliner di sana, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025