BerandaKulinary
Rabu, 27 Des 2022 09:00

Kehangatan Mi Ongklok Longkrang di Tengah Suhu Dingin Wonosobo

Mi ongklok Longkrang khas Wonosobo. (Siklimis)

Mi Ongklok Longkrang sangat populer di Wonosobo. Tempat ini bahkan selalu dipadati wisatawan dari luar kota di musim liburan. Ternyata ada alasan yang membuatnya selalu diburu pelaku wisata kuliner.

Inibaru.id – Kawasan Alun-Alun Wonosobo dipadati oleh mobil-mobil pribadi dengan pelat dari luar kota. Wajar saja karena ini momentum libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022. Pada saat seperti ini, banyak tempat wisata yang bisa diburu. Salah satunya adalah tempat wisata kuliner Mi Ongklok Longkrang yang legendaris.

Saking ramainya pusat kota Wonosobo, saya sampai kesulitan untuk memarkirkan kendaraan. Saya pun rela harus berjalan ratusan meter demi mencapai warung penjaja mi ongklok paling populer di Wonosobo tersebut.

Begitu mancapai warung yang bentuknya masih sederhana, hambatan kembali saya temui. Puluhan mobil diparkir memenuhi Jalan Pasukan Ronggolawe yang sempit dan bikin macet. Sebagian besar dari pengguna kendaraan tersebut sengaja ingin wisata kuliner di Mi Ongklok Longkrang. Saya bahkan sampai nggak kebagian tempat duduk meski pihak warung menyediakan meja dan kursi di teras.

Untungnya, ada pengunjung lain yang memberitahukan kepada saya kalau sebuah bangunan di seberang Mi Ongklok Longkrang bisa dipakai sebagai tempat makan. Saya pun segera memesan mi dan satai untuk mendapatkan nomor antrean. Setelah itu, saya menyeberang jalan, menunggu mi ongklok dihidangkan.

Cukup lama saya menunggu mi ongklok tersebut. Maklum, nomor antrean yang saya dapat adalah 103, sementara pelayan mi ongklok baru memanggil pelanggan dengan nomor 90-an. Untungnya, saya bisa memesan minuman teh hangat dan camilan keripik pisang yang tersedia di atas meja untuk mengatasi perut yang semakin keroncongan.

Warung Mi Ongklok Longkrang yang masih sederhana. (Tripadvisor/Sugeng R)

Setelah 30 menitan, mi ongklok yang saya nanti-nantikan tiba. Asapnya masih terlihat mengepul. Aromanya sudah tercium. Sebelum suapan pertama, saya sudah bisa membayangkan nikmatnya mi tersebut di tengah hujan deras dan suhu udara yang semakin menusuk tulang.

Benar saja, mi ongklok tersebut sangat worth jika dibandingkan dengan lamanya waktu yang harus saya tunggu. Hal ini dibenarkan oleh pengunjung lainnya, Tri.

“Kuahnya sangat nikmat setelah diaduk-aduk dan bercampur dengan mi, apalagi pas masih hangat. Awalnya, terkesan biasa saja. Tapi, begitu suapan berikutnya, langsung terasa kalau mi ongklok ini memang istimewa,” ucapnya, Senin (26/12/2022).

Sudah Eksis Sejak 1975

Omong-omong, Mi Ongklok Longkrang ini sudah eksis sejak 1975 silam. Kabarnya rasa mi ini sama sekali nggak berubah sejak kali pertama buka.

“Warung ini berdiri pada 1975. Yang punya dulu bapak dan ibu saya,” cerita Waluyo, pemilik sekaligus pengelola warung tersebut, sebagaimana dilansir dari Mojok (1/2/2022).

Waluyo, pengelola mi ongklok Longkrang. (Wawayasura)

Ada alasan yang membuat Mi Ongklok Longkrang istimewa, yaitu semua bahan dan bumbu diracik di warung tersebut, termasuk kecapnya. Hal inilah yang membuatnya seperti memiliki cita rasa yang nggak bakal bisa ditemui di tempat lain.

“Iya, semua yang ada di sini itu buatan sendiri, nggak beli dari pabrik atau tempat lain,” lanjut Pak Waluyo.

O ya, Millens, mi ongklok bakal semakin nikmat jika kamu santap dengan tempe kemul khas Wonosobo dan satai sapi. Apalagi jika temannya adalah teh hangat yang didapatkan dari Kebun Teh Tambi. Nikmatnya paripurna!

Ingin makan di sana, kamu nggak perlu khawatir harus merogoh kocek dalam-dalam. Seporsi mi ongklok hanya dibanderol Rp11 ribu. Satai sapi per porsi yang berisi 10 tusuk juga hanya dihargai Rp28 ribu. Kalau tempe kemulnya malah lebih murah lagi, yaitu Rp1.000 per buah. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024