Inibaru.id - Sega pager, begitulah masyarakat Desa Godong, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, menyebutnya. Berbahan utama sayuran berupa daun pepaya dan mlanding (petai cina), yang dipadukan dengan bumbu kacang, nggak salah kalau sebagian orang menganggapnya pecel. Namun, keduanya berbeda!
Dari segi pengolahan sayuran, sega pager sebetulnya lebih mirip gudangan atau urap. Namun, lantaran diguyur sambal kacang, makanan ini jadi lebih mirip pecel. Penambahan lainnya adalah serundeng atau orang Grobogan biasa menyebutnya uyah goreng. Hm, sedap!
Nasi pager. (Kompasiana)
Seperti pecel dan gudangan, sega pager biasa disajikan bersama nasi hangat. Dalam bahasa Jawa, sega berarti nasi. Sementara, pager adalah pagar. Konon, makanan ini dinamakan demikian karena sayuran yang dipakai dalam sega pager berasal dari tanaman yang menjadi pagar rumah, semisal pohon petai cina atau pepaya.
Dalam penyajian, sega pager kadang diberi tambahan kecambah. Menemani makanan yang disajikan dengan alas daun pisang ini, penjual biasanya menyediakan gorengan, rempeyek, dan kerupuk.
Sega pager lengkap. (Instagram/conelo41)
Tertarik mencicipinya? Datanglah ke Desa Godong untuk sarapan, karena sega pager biasanya mulai buka pukul 06.00 WIB hingga tengah hari atau dagangan habis. Soal harga, nggak perlu khawatir. Seporsi makanan yang konon sudah ada sejak puluhan tahun lalu itu dibanderol sekitar Rp 3.000.
Sembari menikmati pagi di Grobogan, nggak ada salahnya menikmati hidangan rakyat yang lezat ini! Ha-ha. (MG26/E03)