Inibaru.id - Sudah menjadi khitah mahasiswa untuk melakukan penelitian dan inovasi bagi kepentingan masyarakat di sekitarnya. Ya, karena ini merupakan bagian dari wujud dharma bakti mereka terhadap penduduk di sekitarnya.
Aida Fathia dan kawan-kawan barangkali bisa menjadi contoh mahasiswa yang dimaksudkan itu. Di antara para mahasiswa yang mulai tergerak untuk berinovasi di berbagai disiplin ilmu, kelompok mahasiswa asal Universitas Gadjah Mada (UGM) itu adalah satu di antaraya.
Inovasi mereka di bidang medis. Para mahasiswa Jurusan Farmasi UGM itu mencoba menciptakan obat kanker payudara melalui penelitian terhadap sejenis tanaman rempah yang orang Jawa biasa menyebutnya Temu Kunci (Boesenbergia pandurata).
“Temu Kunci mengandung senyawa Panduratin A, yang termasuk dalam golongan senyawa Kalkon. Senyawa ini terbukti mampu menghambat aktivitas enzim Glutathione S-Transferase (GST),” ungkap Aida Fathia seperti dikutip dari laman UGM yang dilansir dari Okezone, Selasa (22/8/2017).
Seperti diketahui, kanker payudara merupakan salah satu kanker dengan tingkat kejadian terbesar. Salah satu pengobatan yang sering dilakukan adalah kemoterapi.
Namun sayangnya, kemoterapi memiliki sejumlah kelemahan seperti penyembuhan yang kurang tuntas. Akibatnya, terjadi resistensi obat karena tingginya metabolisme sel kanker. Hal tersebut ditandai dengan tingginya kadar enzim GST.
Dalam penelitian ini, Aida dkk menggunakan sel kanker payudara 4T1 sebagai sampelnya. Aida menjelaskan, kemampuan ekstrak temu kunci (ETK) dalam menghambat metabolisme sel kanker 4T1 tersebut diamati melalui aktivitas enzim GST dan level Reactive Oxygen Species (ROS) dalam sel.
ROS sendiri merupakan radikal bebas yang berupa oksigen dan turunannya yang bersifat reaktif. Radikal bebas tersebut dapat menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap molekul protein, DNA, lemak membran sel, dan komponen sel atau jaringan lain.
Uji Sitotoksik
Oleh sebab itu, dirinya menambahkan, berdasarkan uji sitotoksik yang dilakukan, hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak temu kunci berpotensi memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker payudara 4T1.
“Penurunan aktivitas enzim GST terlihat dari peningkatan konsentrasi ROS dengan seiring penambahan konsentrasi ETK pada sel kanker payudara 4T1,” tuturnya.
Sementara, ketika uji molecular docking, ia melanjutkan, hasil menunjukkan bahwa senyawa Panduratin A pada Temu Kunci mampu menghambat aktivitas enzim GST.
"Dengan demikian, rimpang Temu Kunci berpotensi sebagai agen kemoprevensi pada pengobatan kanker payudara," papar dia.
Aida tidak sendiri mengembangkan penelitian tersebut. Dirinya bersama tim yang terdiri dari Lisyaratih Anggriani, Rahajeng Fitria Wahyuniputri, Swandika Ayumarta Larasati, dan Ziana Walidah. Tim tersebut berada di bawah bimbingan Muthi’ Ikawati.
Aida berharap, penelitian timnya bisa dikembangkan kembali dan menimbang Temu Kunci sebagai rempah dan bumbu masakan tersebut menjadi suplemen bagi penderita kanker.
“Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan produk suplemen yang dapat dikonsumsi sebagai agen kemoprevensi terhadap kanker payudara,” tandas gadis molek ini. (OS/IB)