BerandaInspirasi Indonesia
Kamis, 26 Jun 2019 11:36

Warga Boja Ubah Tempat Pembuangan Jadi Wisata Air Pesona Bumi Parikesit nan Menyegarkan

Anak-anak bermain air di saluran irigasi yang sudah bebas dari limbah. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Kebiasaan buruk masyarakat pedesaan yang kerap buang air dan mencuci pakaian di aliran sungai memang sulit dihilangkan. Warga di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, punya kiat tersendiri untuk mengubah kebiasaan buruk ini jadi satu hal yang berdaya guna. Apa itu?

Inibaru.id - Saluran irigasi yang mengalir di tengah perkampungan diubah warga Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, menjadi potensi wisata yang menarik. Berjuluk Pesona Bumi Parikesit, lokawisata baru ini diperkirakan mampu mendatangkan wisatawan hingga 500 orang per hari pada akhir pekan.

Namun, Roma tidak dibangun dalam semalam. Jauh sebelum menjadi tempat wisata pada 2018 lalu, saluran irigasi itu bisa dibilang lumayan kumuh lantaran biasa dipakai untuk buang hajat dan mencuci pakaian.

Wisata air Pesona Bumi Parikesit sejatinya telah digagas sejak 2010. Irfan Septiandika, pengelola lokawisata ini menuturkan, alasan kenapa tempat tersebut dibangun adalah untuk mengurangi kebiasaan buruk masyarakat sekitar yang abai terhadap sungai.

“Nah, wisata ini dibuat agar masyarakat menciptakan sistem sanitasi yang baik," tutur lelaki berperawakan tinggi ini, "Nggak lagi BAB atau mencuci di aliran irigasi.”

Aliran irigasi yang sudah bersih lalu dijadikan wisata river tubing yang disukai pengunjung. (Inibaru/ Zulfa Anisah)

Menurut Irfan, bukanlah perkara mudah untuk mengedukasi masyarakat agar mengubah kebiasaan buruk buang air besar dan mencuci di sungai.

"Setelah tiap rumah (di Desa Blimbing) dibuatkan sistem sanitasi rumah yang sesuai standar, barulah mereka nggak lagi memanfaatkan saluran air untuk keperluan pribadi," terangnya.

Potensi Wisata

Saluran irigasi yang semula kotor pun perlahan besolek hingga menjadi potensi wisata yang dikunjungi banyak wisatawan, dengan fasilitas utama river tubing berbanderol murah. Pengunjung yang datang pun nggak hanya dari Boja, tapi juga dari luar Kendal.

Baca Juga: Penyuka Wisata Air Wajib Coba Sensasi River Tubing di Bumi Parikesit Boja

Selain river tubing, warga setempat juga mengembangkan potensi wisata lain seperti eduwisata dan wisata jip. Untuk menunjang keberadaan lokawisata tersebut, mereka juga membangun homestay dan camping ground.

Debit yang stagnan menjadikan saluran air ini bisa dikunjungi sepanjang tahun. Irfan mengatakan, wisatawan cenderung berminat datang kembali ke tempatnya karena mereka nggak ditariki tiket masuk.

“Cukup bayar sewa ban saja sebesar Rp 10 ribu,” kata dia.

Aliran air sudah bersih dan bebas limbah, masyarakat sudah mempunyai sistem sanitasi sendiri. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Potensi Ekonomi

Menjadi tempat wisata bukan berarti saluran irigasi tersebut kehilangan fungsi utama, yakni mengairi sawah. Para petani tentu kian terbantu dengan adanya lokawisata tersebut, karena aliran air untuk mengairi sawah jadi bersih.

Keberadaan wisata air Pesona Bumi Parikesit juga turut memunculkan potensi ekonomi baru di Desa Blimbing. Sejumlah warga tampak membangun gubuk-gubuk serta warung makan di sepanjang tepi aliran sungai. Dengan begitu, warga pun dengan sukarela turut menjaga sungai dari limbah rumah tangga.

Baca Juga:
Naik BRT Menuju Dusun Semilir Semarang, yuk!
Dusun Semilir Semarang Sajikan Wisata Belanja dan Kuliner dalam Bangunan Superinstagenic

Oya, air sungai di saluran irigasi di sana memang agak keruh, tapi dijamin bersih dan menyegarkan! Kalau kamu datang pada sore hari, nggak jarang kamu bakal melihat anak-anak bermain air di sini. Ah, jadi ingat masa kecil! Ha-ha.

Begitulah kesuksesan warga Desa Blimbing mengubah aliran irigasi jadi tempat wisata air Pesona Bumi Parikesit. Apa ide baikmu untuk sungai di sekitar tempat tinggalmu, Millens? (Zulfa Anisah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024