BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 7 Nov 2022 18:27

Sejarah Wayang; Bermula dari Khayalan yang Dilukis pada Selembar Daun

Wayang bermula dari khayalan ataupun gagasan tentang bayangan manusia yang dapat ditonton. (Wikimedia commons)

Wayang, yang menjadi salah satu identitas budaya bangsa kita, memiliki perjalanan yang sangat panjang. Mulanya wayang merupakan khayalan manusia yang dilukiskan pada selembar daun Tal, lalu beralih ke media kulit sapi.

Inibaru.id - Tahukah kamu tanggal 7 November diperingati sebagai Hari Wayang Nasional? Pada 7 November 2003, UNESCO menetapkan wayang sebagai "Mahakarya Warisan Kemanusiaan Lisan Tak Benda". Untuk meningkatkan apresiasi tersebut, Presiden Joko Widodo kemudian menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional.

Hari Wayang Nasional kali pertama ditetapkan pada tahun 2018. Hari Wayang Nasional itu kemudian menjadi peringatan tahunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan kebanggaan masyarakat Indonesia terhadap wayang. Nah, pada peringatan Hari Wayang Nasional tahun ini, yuk kita menyimak sejarah lahirnya wayang.

Berdasarkan sebuah Naskah Jawa Kuno – yang kemudian diterbitkan Pradnya Paramita pada 1981 – mengatakan wayang bermula dari khayalan ataupun gagasan tentang bayangan manusia yang dapat ditonton. Wayang berasal dari kata “wayangan” yang artinya bayangan yang memiliki maksud mempertontonkan sebuah lakon lewat bayangan.

Pada mulanya, wayang hanya merupakan hasil khayalan ataupun gagasan yang dilukiskan dalam sebuah daun Tal (ron Tal) yang kemudian mempertontonkan hasil lukisan tersebut lewat bayangan. Mempertontonkan lewat bayangan dilakukan dengan memantulkan lukisan di atas kain putih dan hanya diterangi lampu.

Hal ini membuat orang lain dapat melihat lukisan dalam bentuk bayangan. Lukisan yang dibuat dalam daun Tal memang kecil, karena menyesuaikan bentuk daun Tal yang hanya berukuran 2,5 centimeter. Hal inilah yang membuat lukisan ini hanya dapat dipertontonkan untuk keluarga.

Wayang dari Kulit Sapi

Bertambahnya kreativitas, manusia kala itu ternyata mampu membuat lukisan kecil menjadi lukisan dengan skala ukuran lebih besar dengan media kulit sapi. (Getty images/Istockphoto/Kadek Bonit Permadi)

Bertambahnya kreativitas, manusia kala itu ternyata mampu membuat lukisan kecil menjadi lukisan dengan skala ukuran lebih besar. Mereka nggak lagi menggunakan daun Tal, namun menggunakan kulit sapi yang dibentuk sedemikian rupa dan kini disebut dengan lakon-lakon.

Dalam membuat lakon, kulit sapi pertama-tama dibersihkan dari bulunya kemudian dijemur dan dikeringkan untuk menghilangkan bau. Setelah kering dan hilang baunya, kulit tersebut dipotong-potong berukuran 40×30 cm. Saat itu, bentuk-bentuk lakon nggak begitu jelas karena hanya berupa khayalan manusia.

Lima atau enam lukisan itu kemudian diberi nama satu lakon. Semakin bertambahnya pengetahuan, lakon-lakon yang mulanya tidak memiliki bentuk kini dibentuk menyerupai manusia ataupun hewan. Lakon-lakon kini terdiri dari lakon hewan, lakon laki-laki maupun perempuan.

Lakon-lakon tersebut disoroti sinar lampu, meninggalkan bayangan hitam pada sehelai kain putih yang dibentangkan dan dipertontonkan ketika malam hari. Wayang ditancapkan pada potongan pohon pisang dengan berjajar-jajar.

Wayang kemudian digerakkan oleh dalang dengan suara yang mungkin saja berbeda di antara satu lakon dan lakon lainnya. Dalang menggerakkan lakon dalam sebuah cerita, misalnya Mahabarata atau Ramayana yang tentu saja dapat menghibur orang lain yang menonton. Bagus nggaknya cerita wayang bergantung pada dalang yang membawakannya.

Permulaan munculnya wayang yang seperti ini kira-kira pada 799 Masehi dengan menggunakan bahasa Jawa sederhana dan belum dipengaruhi bahasa Sansekerta. Dari sekian banyak wayang di Indonesia, ada salah satu wayang tertua yang diberi nama wayang Purwa.

Nah, begitulah sejarah singkat adanya wayang. Meski wayang lahir jauh sebelum kita ada, ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap kisahnya masih relate dengan zaman sekarang, kan? (Siti Khatijah/E05)

Artikel ini sudah pernah dimuat di Medcom dengan judul Hari Wayang Nasional, Simak Sejarahnya: Bermula dari Khayalan.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024