BerandaInspirasi Indonesia
Rabu, 25 Okt 2022 17:05

Rumah Schizofren, Sebuah Cara Memanusiakan Penderita Gangguan Jiwa

Rumah Schizofren merupakan komunitas yang peduli kepada orang dengan masalah kejiwaan. (Antara)

Penderita gangguan jiwa sudah selayaknya dirangkul dan ditemani agar mereka memperoleh kesembuhan. Rumah Schizofren hadir dengan membawa semangat kasih sayang dan selalu bertekad memanusiakan para penyandang masalah kejiwaan.

Inibaru.id - Seringkali penderita skizofrenia “dibuang” dari pergaulan sosial. Teman dan saudara menjauh sehingga dia merasa sendirian. Padahal kepedulian dari sesama merupakan hal yang paling mereka butuhkan.

Melihat realita itu, hati Triana Rahmawati tergerak untuk berbuat sesuatu kepada orang dengan gangguan jiwa skizofrenia. Perempuan kelahiran Palembang 30 tahun lalu akhirnya mendirikan wadah bagi mereka yang bernama Rumah Schizofren. Nama itu merupakan kependekan dari Social, Humanity, Zone, Friendly.

Rumah Schizofren merupakan komunitas yang peduli kepada orang dengan masalah kejiwaan. Di sana, mereka akan dirangkul dan diperhatikan layaknya sahabat.

“Mereka ini membutuhkan kita. Kita perlu untuk nggak membuat jarak. Di sini kita peduli dan memerhatikan bukan sebagai psikolog atau dokter, tetapi sebagai teman,” ujar lulusan terbaik tahun 2015 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) itu.

Komunitas ini sudah ada sejak 2013. Dulunya Tria, panggilan akrabnya, mendirikan Rumah Schizofren untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Gayung bersambut, gagasan baik itu disetujui dan didanai. Alhasil, komunitas ini tetap eksis sebagai tempat nyaman bagi para penyandang gangguan jiwa.

Bertinteraksi Lewat Kasih Sayang

Triana Rahmawati dan teman-temannya memberikan terapi sosial lewat kasih sayang dan melalui kegiatan terapi menyanyi. (Okezone)

Di Rumah Schizofren, Triana dan teman-teman seperjuangan bekerja sama dengan Griya PMI Solo. Mereka membangun interaksi sosial melalui kegiatan terapi menyanyi untuk membantu penyembuhan.

“Kegiatan kami ini bekerja sama dengan Griya PMI Solo. Kebetulan tempat itu menampung orang-orang dengan gangguan jiwa dan kami masuk ke sana untuk memberikan terapi sosial lewat kasih sayang dan melalui kegiatan terapi menyanyi,” cerita perempuan yang pernah diundang ke Kobe, Jepang untuk berbicara tentang Griya Schizofren itu.

Dengan pendekatan yang halus dan hangat itu, tentu saja para penderita gangguan jiwa itu merasa nyaman dan mau bersosialisasi.

“Mereka sebetulnya sama saja dengan manusia pada umumnya. Bahkan, bila sedang tenang, mereka juga bisa bercerita kenapa mengalami gangguan jiwa. Umumnya karena nggak kuat menghadapi tekanan ekonomi atau ditinggal pasangannya. Memang ada masanya mereka mengamuk. Tetapi sejauh ini kami nggak pernah mengalami hal-hal yang membahayakan,” jelas Tria yang dikutip dari Beritasatu (12/11/2014).

Mengubah Stigma Negatif

Rumah Schizofren mengajak anak muda untuk mengubah stigma negatif ODMK menjadi gerakan positif untuk ODMK. (Uns)

Nggak cuma menjadi tempat merangkul para penderita skizofrenia, di tempat ini ini Tria ingin mengajak anak muda untuk turut berkontribusi membantu mereka mencapai kesembuhan. Paling nggak, Tria ingin anak zaman sekarang nggak lagi menganggap gangguan mental sebagai sesuatu hal yang negatif.

“Saya ingin mengajak para pemuda untuk mengubah stigma negatif tentang ODMK (orang dengan masalah kejiwaan). Dan selanjutnya mengubahnya menjadi gerakan yang positif untuk ODMK,” kata perempuan berkacamata itu, dilansir dari Jawapos (21/4/2014).

Cerita tentang Triana Rahmawati dengan Rumah Schizofren-nya sungguh menarik dan patut mendapat apresiasi yang tinggi ya, Millens. Semoga upayanya kian mendapat banyak dukungan dari banyak anak muda lainnya. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024