BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 17 Mei 2018 19:15

Puger Mulyono, Dedikasikan Hidup untuk ADHA

Puger dan anak-anak di Rumah Lentera. (Benarnews.org)

Puger Mulyono menginspirasi masyarakat melalui dedikasinya untuk mengurus anak-anak dengan HIV/AIDS. Kendati berulangkali menghadapi kendala, Puger dan kawan-kawannya enggan menyerah.

Inibaru.id – Jauhi virusnya, bukan orangnya! Itulah yang diyakini Puger Mulyono. Sosok yang aktif di Yayasan Rumah Lentera Surakarta, Jawa Tengah, ini mendedikasikan hampir sebagian besar waktunya untuk mengurus anak dengan HIV/AIDS (ADHA) si sekitarnya.

Sebelumnya, Puger pernah menjadi sukarelawan di LSM Mitra Alam yang mengurus pecandu narkoba jenis suntik. Dari situlah dua berkenalan dengan ODHA. Hingga pada 2010, dia menemukan banyak ibu rumah tangga yang menderita HIV/AIDS. Dia memprediksi, sebagai penyakit genetik, virus itu juga nantinya akan menjangkiti anak-anak mereka.

Dugaan itu terbukti dua tahun kemudian. Puger dan kawan-kawannya mendapat kabar bahwa ada ADHA di RS Moewardi Solo yang sudah nggak memiliki orang tua.

“Kakek neneknya sudah menawarkan anak itu ke mana-mana, termasuk ke panti-panti. Namun, nggak ada yang mau karena tahu anak itu sakit,” ujar Puger, seperti ditulis Jawapos.com (3/2/2017).

Puger pun membawa anak tersebut dan mencarikan tempat tinggal. Dia diasuh oleh seorang mantan tunasusila di sebuah kamar kos-kosan. Semakin lama, jumlah anak yang ditampung Puger ternyata semakin banyak. Teman seperjuangan Puger, Yunus Prasetyo, bahkan terpaksa menjual motor untuk menyewa rumah kontrakan.

Diusir Warga

Upaya yang dilakukan Puger dan teman-temannya nggak mudah. Berbagai respons negatif datang dari masyarakat yang menolak keberadaan mereka karena takut akan mendapat dampak buruk. Bahkan, Puger dan anak-anak tersebut pernah diusir dari rumah kontrakan. Barang-barang mereka dikeluarkan secara paksa.

Pemerintah Kota Surakarta sempat memberi tempat yang bisa dimanfaatkan Puger dan anak-anak di Setabelan dan di sebelah utara Monumen Pers. Namun, warga di kedua daerah tersebut juga menolak kehadiran Puger dan anak-anak.

Padahal, Puger selalu menjaga agar anak-anak nggak terpapar lama di luar rumah apalagi kehujanan. Ya, ADHA rawan sakit karena kekebalan tubuh mereka nggak seperti kebanyakan orang. Mereka juga mengonsumsi obat ARV dan suplemen secara rutin.

Banyak dokter dan perawat yang masih takut menangani ADHA karena khawatir tertular. Sekali waktu, Puger pernah menangani seorang anak yang demam hingga telinganya mengeluarkan cairan. Dokter hanya memberikan instruksi melalui mikrofon.

Pengetahuan Puger ini menarik perhatian praktisi medis. Puger kerap diundang untuk mengisi seminar-seminar.

Mantan Tukang Parkir

Puger Mulyono bukan orang yang bergelimang harta, tetapi dedikasinya untuk menjadi sukarelawan sangat luar biasa. Sehari-hari, dia bekerja sebagai tukang parkir. Sebelumnya, dia adalah tukang tambal ban yang terkena gusuran pembuatan taman sehingga beralih profesi. Di sela pekerjaannya, Puger menjemput anak-anak Rumah Lentera sepulang sekolah.

Bekerja dari pagi sampai sore, setiap hari Puger mengantongi Rp 50 ribu. Sebulan, penghasilannya adalah sekitar Rp 1,5 juta. Bukan jumlah yang banyak untuk menghidupi istri, empat anak kandung, 11 anak-anak dari Rumah Lentera, serta tiga pengasuh mereka.

Terlebih, kebutuhan Rumah Lentera bisa mencapai Rp 10 juta, bahkan lebih. Suatu kali, pengeluaran pribadi dan Yayasan Rumah Lentera sempat mencapai Rp 13 juta lantaran ada anak asuh yang perlu dirawat di rumah sakit. Untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan anak-anak, Puger juga menerima bantuan dari para donatur, seperti ditulis CNN Indonesia (26/5/2017).

Semoga saja semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa ODHA juga memerlukan uluran tangan kita ya, Millens. (IB08/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

Bakal Diisi Siswa Pintar dan Berprestasi, Apa Itu SMA Unggulan Garuda?

17 Jan 2025

Mencari Tahu Sejarah Nama Kecamatan Kunduran di Blora

17 Jan 2025

204 Pendaftar Pelatihan Keterampilan Gratis di BLK Rembang, Bakery Jadi Kejuruan Favorit

17 Jan 2025

Fenomena 'Sad Beige Mom', Benarkah Warna Netral Bisa Mempengaruhi Perkembangan Anak?

17 Jan 2025

Mulai Hari Ini, Kamu Bisa Wisata Perahu di Kali Pepe di Gelaran Grebeg Sudiro Solo!

17 Jan 2025