BerandaInspirasi Indonesia
Rabu, 8 Nov 2022 13:22

Menyimak Cerita Sukses Pengusaha Gazebo dari Boyolali

Salah satu homestay di Jawa Barat ini merupakan karya Koko Wahyudi. (Solopos/Dok. Bambu Boyolali)

Dulunya, Koko Wahyudi adalah seorang buruh pabrik garmen. Tapi cerita hidupnya kemudian berubah ketika dia memutuskan untuk membuat dan menjual gazebo dan homestay yang terbuat dari kayu dan bambu. Seperti apa kisah sukses pengusaha muda dari Boyolali ini?

Inibaru.id - Kamu menyukai staycation di penginapan-penginapan berbentuk unik, Millens? Misalnya seperti gazebo kayu dengan atap daun rumbia? Ya, selain nyaman dan hangat, beristirahat di dalam gazebo memberikan kita sensasi tinggal di alam yang tenang dan masih asri.

Nah, di balik berdirinya gazebo-gazebo indah yang ada di sekitar tempat wisata yang sering kamu kunjungi, mungkin ada nama Koko Wahyudi. Dia adalah salah seorang pembuat gazebo asal Purwogondo, Sampetan, Gladagsari, Boyolali yang karyanya sudah menyebar hingga ke penjuru Indonesia. Penasaran dengan kisah suksesnya? Yuk kita simak cerita inspiratif dari Yudi, panggilan akrabnya, seperti yang dilansir dari Solopos, Minggu (6/11/2022).

Kesuksesan pemilik nama usaha Bambu Boyolali itu menjadi pengusaha gazebo nggak datang begitu saja. Sebelumnya, lelaki 33 tahun ini merupakan buruh pabrik garmen di Boyolali. Namun, Yudi memutuskan pindah haluan berbisnis pembuatan gazebo setelah suatu hari dia mengambil gazebo nggak terpakai. Ya, kala itu sebuah pabrik di Salatiga mempersilakan siapa saja yang mau mengambil gazebo-gazebo nggak terpakai di tempat mereka.

Yudi mengambil barang-barang itu lalu merakit kembali menjadi gazebo yang utuh dan layak pakai. Setelah itu, muncul ide menjual gazebo tersebut via Facebook. Di situlah awal kesuksesan Yudi menjual gazebo dan homestay ke banyak tempat.

Penjualan ke Berbagai Kota

Ilustrasi: Gazebo memiliki berbagai ukuran dan bahan sesuai dengan kebutuhan. (Kontraktorjogja)

Kelihaiannya membuat gazebo dan homestay terdengar hingga ke berbagai kota. Pesanan yang kali pertama didapatkan Yudi datang dari Sragen sebanyak satu unit. Setelah itu, pesanan lain dari berbagai kota mengalir datang kepadanya.

Beberapa waktu lalu, suami dari Fitri Widi Hastuti itu baru saja mengirim 11 unit gazebo ke daerah Subang dan Bogor. Pernah juga dia melayani pesanan dari Bandung, Pacitan, Nganjuk, Karimunjawa, Tabanan, Wonosobo, bahkan Bali.

Penjualan gazebo dan homestay milik Yudi bisa naik turun, tapi nggak pernah nol. Rata-rata penjualannya bisa mencapai 5 hingga 6 unit dalam sebulan. Agar nggak kewalahan menangani pesanan, Yudi mengajak 16 warga Desa Sampetan untuk bekerja bersamanya.

“Sekarang, kalau sekali mengirim paling nggak tiga unit. Itu sudah sampai kemana-mana. Kebanyakan ke daerah wisata,” terang Fitri, mewakili suaminya yang kala itu nggak ada di tempat.

Berbagai Ukuran dan Harga

Ilustrasi: Gazebo bisa dipasang di salah satu sudut halaman rumah untuk menambahkan kesan manis dan estetik. (Solusiruma/Destaman)

Gazebo buatan Yudi memiliki beberapa ukuran sesuai permintaan pelanggan. Menurut keterangan Fitri, suaminya membuat gazebo untuk rumah dengan rata-rata ukuran 3x3 atau 5x5 meter dengan model yang sederhana. Harganya Rp35 juta, sudah lengkap dengan pemasangannya. Ada pula gazebo dengan ukuran 2x2 dan 4x4 meter.

“Tinggi rendahnya harga bergantung pada bahan dan tingkat kerumitannya,” ujar Fitri.

Itulah sekelumit cerita sukses Koko Wahyudi, si pembuat gazebo dari Boyolali. Dari dia dan istrinya, kita bisa mengambil pelajaran bahwa kreativitas ditambah dengan sikap pantang menyerah bisa mengantarkan kita pada kesuksesan. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024