Inibaru.id – Plastik adalah bahan berbahaya. Pesan itulah yang pengin disampaikan Masari Arifin, seniman asal Malang, dalam karya seni ciptaannya. Sejak beberapa hari lalu karya Masari dipajang di gedung Dewan Kesenian Malang.
“Saya berharap, lewat karya ini setiap orang bisa memahami plastik adalah bahan yang berbahaya,” tegas Masari, seperti dituliskan Liputan6.com, Jumat (8/12/2017).
Pesan ini tentu buat kita semua, ya, Millens. Kita tahu, kantong plastik adalah limbah yang sulit diurai. Nah, Masari pun menyisipkan pesan tersebut dalam 20 karya yang dia tampilkan bagi warga Malang dan kita semua.
Beralaskan kanvas, Masari melukis dengan medium kantong plastik.
“Eksplorasi plastik menjadi inspirasi karya seni. Ini juga peringatan, plastik berbahaya kalau salah fungsi,” tutur Masari.
“Bahan” lukisan dia peroleh dari limbah rumah tangga, berupa kantong plastik bekas yang kalau ditotal bisa mencapai 500 lembar. Plastik itu ditorehkan ke kanvas setelah dilelehkan melalui pembakaran. Dia juga memadukannya dengan akrilik.
Baca juga:
Ninin Si Perempuan Terkaya di Indonesia
Penyandang Disabilitas Itu Menaklukkan Selat Madura
“Ada kesulitan dalam menempatkan plastik agar menghasilkan guratan dan gestur yang tepat. Teknik pembakarannya juga sulit,” ujarnya.
Nggak Sengaja
Ide lukisan ini sejatinya muncul dari ketidaksengajaan. Suatu ketika Masari melihat kantong plastik pembungkus makanan kenduri meleleh karena lilin. Nah, pola lelehan ini dianggapnya indah, sehingga menjadi inspirasi karyanya.
Bukan perkara mudah untuk membentuk lelehan plastik menjadi lukisan ya, Millens. Masari sempat mencoba memakai setrika hingga las, tapi gagal. Dia pun menggali lebih dalam tentang unsur kimia dan jenis plastik keresek.
Dia mulai memilah jenis plastik. Ada jenis termoplastik yang mudah leleh, tapi cepat keras bila dingin. Ada juga jenis termoset yang sulit dibakar dan dihancurkan. Butuh waktu sekurang-kurangnya setahun bagi Masari sebelum akhirnya bisa melukis dengan medium plastik keresek.
Baca juga:
Kampanye Tolak Kantong Plastik, Dua Remaja Bali Ini Mendapat Penghargaan di Jerman
Orang Indonesia Pertama Jadi Young Aviation Professional di ICAO
“Saya milih jenis termoplastik, dibakar dengan alat bakar gas pemantik,” terang Masari yang hanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk menyelesaikan seluruh karyanya.
Selesai berkarya, dia pun menggelar pameran tunggal bertajuk “Unconventional” yang berakhir Sabtu (9/12/2017).
Yap, seperti dibilang Masari, bahaya plastik itu ada dan mengancam kita. Namun, nggak semua orang menyadarinya. Nah, kita yang muda punya tanggung jawab tersebut. Ini buat kita, bukan buat orang lain. (OS/SA)