BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 12 Okt 2017 10:51

Gandeng Puluhan Petani, Qowy Olah Gulma Jadi Komoditas Bernilai Ekonomi

Pemilik Paccoo.com, Mujtaba Zulfikri Al Qowy. (Pramdia Arhando Julianto/kompas)

Melalui sejumlah riset, Qowy membuktikan talas bisa dikonsumsi, kemudian mengolahnya menjadi penganan bernilai jual tinggi.

Inibaru.id – Jauh sebelum masyarakat Indonesia menanam padi, talas atau keladi konon merupakan sumber karbohidrat yang dikonsumsi warga. Namun, tanaman bernama ilmiah Colocasia esculenta itu kini malah dianggap sebagai gulma.

Gulma adalah tanaman liar yang tumbuh di antara tanaman komoditas. Keberadaannya dianggap mengganggu lantaran menjadi pesaing tanaman utama, seperti jagung atau padi, sehingga harus dimusnahkan, baik secara manual dengan dicabut ataupun menggunakan herbisida.

Hal itulah yang dilakukan petani jagung di Malakaji, Sulawesi Selatan (Sulsel). "Talas di Malakaji itu dianggap hama, tidak seperti di Jawa yang dikonsumsi," ungkap Mujtaba Zulfikri Al Qowy, pebisnis kuliner asal Makassar, Sulsel, dikutip dari Kompas, Rabu (11/10/2017).

Baca juga:
Anak Penjual Kopi Itu Bakal Jadi Narasumber WHO
FH President University Unjuk Gigi dalam Business Law Competition 2017

Sebagaimana di Jawa, Qowy menilai, talas Sulawesi atau orang setempat menyebutnya paco, seharusnya juga bisa dimakan, meski tekstur dan rasa keduanya berbeda. Ia pun melakukan riset hingga berkesimpulan, paco bisa dimakan, bahkan memiliki kandungan gizi tinggi.

Dari situlah Qowy mulai mengembangkan bahan makanan itu menjadi penganan khas berbagai rupa bernilai jual tinggi. Produknya dijual melalui paccoo.com. Tak hanya mempertebal kantong pribadi, platform bisnis Qowy juga mampu meningkatkan pemasukan petani sebagai produsen utama paco.

Dilansir dari Kompas, Qowy bercerita, pada 2016, dirinya mengajak para petani untuk menggarap lahan seluas 8 hektare dan melakukan kerja sama kemitraan dengan petani yang menggunakan lahan milik petani untuk menanam paco secara berkesinambungan.

"Akhirnya saya mengajak para petani, dimulai dari petani kebun milik Paccoo.com ada sekitar 8 hektare dan yang menggarap lahan ada 8 petani, dan sekarang ada 21 petani. 13 petani dari kebun pribadi atau kemitraan," ujarnya.

Qowy mengaku membeli talas dengan harga Rp 5.000 perkilogram, jauh lebih mahal dari harga jagung yang biasa ditanam petani, yakni Rp 1.600 perkilogram.

Baca juga:
Kakek Ini Bakal Kembali Berlari untuk Indonesia
Angkat Nasib Petani, Ulus Peroleh Penghargaan dari FAO

"Harganya jauh dari jagung, tidak menggunakan pupuk kimia, tidak merusak lingkungan, dan tidak gunakam bibit impor, lebih baik kembangkan pangan lokal yang selama ini dianggap hama," terang Qowy.

Hingga saat ini, ia sudah mampu memasarkan sejumlah penganan berbahan dasar paco yang diolah menjadi cookies (cokelat dan aren), onde (coklat dan tuna), serta cake (coklat dan keju). Produknya sudah terjual mulai pasar lokal (Sulawesi) hingga Aceh, Jakarta, dan NTB.

Dalam skala home industry, Qowy kini telah memiliki enam karyawan. Adapun untuk pemasarannya, ia bermitra dengan sentra oleh-oleh di Makassar. Dirinya juga menyasar pembeli daring melalui e-commerce yang ada di Indonesia.

Dalam sebulan, Qowy mengaku mampu meraih omzet sebesar Rp 35-45 juta. "Bulan lalu laku 1.247 pcs dengan kemasan 200 gram, itu masih ada antrean, karena produksi kami 50-60 pcs perhari sudah maksimal sekali, kami tidak bisa langsung besar banget," ungkapnya. (GIL/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

Bakal Diisi Siswa Pintar dan Berprestasi, Apa Itu SMA Unggulan Garuda?

17 Jan 2025

Mencari Tahu Sejarah Nama Kecamatan Kunduran di Blora

17 Jan 2025

204 Pendaftar Pelatihan Keterampilan Gratis di BLK Rembang, Bakery Jadi Kejuruan Favorit

17 Jan 2025

Fenomena 'Sad Beige Mom', Benarkah Warna Netral Bisa Mempengaruhi Perkembangan Anak?

17 Jan 2025

Mulai Hari Ini, Kamu Bisa Wisata Perahu di Kali Pepe di Gelaran Grebeg Sudiro Solo!

17 Jan 2025