Inibaru.id – Monica (15), seorang anak penjual kopi mendapat undangan dari World Health Organization (WHO) di Ottawa, Kanada. Monica terpilih sebagai perwakilan dari Indonesia karena mengirimkan tulisannya mengenai pengalaman kekerasan yang pernah dia alami.
Seperti diberitakan Detikcom (5/10/2017), upaya mengirimkan Monica ke Kanada nyaris gagal. Pasalnya, persyaratan untuk pengiriman delegasi anak harus disertai dengan persetujuan yang ditanda tangani oleh orang tua Monica.
Baca juga: Keren, Penyanyi Indonesia Ini Lolos Audisi The Voice America
“Sementara, Purwati, ibu Monica ini kan penjual kopi dan hidup berpindah-pindah di area Senen bersama adik Monica. Sehingga kami sempat kesulitan untuk mencarinya,” terang Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat Susana Budi Sulistiowati dalam keterangan persnya, Kamis (5/10/2017).
Petugas Sudinsos Jakarta Pusat berkejaran waktu untuk menemukan Purwati. Hingga akhirnya Purwati ditemukan di Traffic Light Senen oleh anggota Posko Senen dan Sakti Peksos Jakpus, Rabu (4/10/2017).
Purwati sebenarnya memiliki KTP dan tercatat sebagai warga DKI Jakarta dengan alamat di Jl Dahlia RT 08 RW 01 Kramat, Senen. Namun, Purwati termasuk pemilik rumah yang terkena penggusuran sehingga kemudian ia tinggal berpindah-pundah.
“Tempat tinggalnya digusur. Beliau lalu tinggal di pertigaan Jl Gandasuli belakang LP3I,” imbuh Susana.
Setelah berhasil ditemukan, Purwati langsung dibawa petugas ke kantor VFS Global di Kuningan City, Jakarta untuk menanda tangani persetujuan pengiriman Monica ke Kanada.
Monica terpilih menjadi narasumber untuk hadir di pertemuan the WHO 8th Milestone of Global Campaign for Violance Prevention di Ottawa, Kanada. Monica adalah perwakilan yang dikirimkan oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik, partner dari Save the Children di Indonesia.
Baca juga: Bikin Bangga! Paralayang Indonesia Raih Juara Dunia
Sebelumnya pada 2016, Yayasan Sayangi Tunas Cilik menyelenggarakan konsultasi anak di tiga kota yakni Bandung, Kupang, dan Jogja untuk mengirimkan perwakilan untuk memenuhi undangan acara WHO tersebut. Para peserta diminta untuk mengirimkan tulisan tentang mengakhiri kekerasan terhadap anak.
"Tiga tulisan terbaik kemudian divoting oleh anak-anak agar dipilih satu tulisan terbaik. Dan tulisan Monica yang terpilih," ujar Susana.
Pertemuan global di WHO itu diselenggarakan pada tanggal 19-20 Oktober 2017. Pertemuan tersebut bakal dihadiri oleh perwakilan anak, pemerintah, dan NGO se-dunia. (PA/SA)