Inibaru.id - Pernah dengar orang yang mendirikan usaha dengan modal nekat dan berbuah manis? Jika belum, kamu bisa menyimak cerita dari Feni Murdiyanti. Sebelum menjadi pengusaha piza, Feni merupakan seorang buruh pabrik.
Jika dahulu setiap pagi dia harus berangkat kerja di jam yang telah ditentukan perusahaan, kini kesibukan Feni jauh berubah. Saban hari, Feni selalu berkutat di dapur untuk membuat adonan piza. Sesekali dirinya membuka ponsel untuk memeriksa apakah ada pesanan yang masuk atau tidak.
Itu merupakan kesibukan yang menyenangkan sekaligus nggak pernah disangka sebelumnya. Kali pertama memutuskan untuk mencoba usaha rumahan membuat piza hanya bermula dari modal nekat. Dia bersyukur, usaha yang diberi nama "Pizza House" itu berkembang sesuai harapan.
Lalu, kenapa piza? Menurut pengakuannya, makanan berbentuk lingkaran yang diberi topping aneka macam bahan itu merupakan makanan favoritnya sejak kecil. Jadi, kenapa tidak berjualan jajanan kesukaannya di masa kanak-kanak?
"Sejak kecil itu saya suka banget sama piza. Orang kampung dulu kalau mau beli piza harus ke Semarang bawah," ucap Feni yang tinggal di Jalan Raya Kaligetas, Kelurahan Jatibarang, Kecamatan Mijen, Semarang.
Ingin Dekat dengan Keluarga
Delapan bulan yang lalu, Feni merupakan seorang buruh pabrik. Lantaran ingin dekat dengan keluarga, akhirnya Feni memutuskan berhenti dari pekerjaannya dan berjualan piza.
"Waktu sedang hamil, saya sering buka-buka Youtube. Tak pelajari cara-cara bikin piza. Awalnya bikin pizza tuh sempat bantat dan rasanya nggak enak. Tapi saya nggak pernah menyerah. Saya pengin bisa bikin piza," akunya pada Inibaru.id belum lama ini.
Keinginan Feni untuk bisa membuat piza semakin tak terbendung. Bahkan perempuan berusia 37 tahun itu rela bergadang hanya untuk belajar membuat makanan khas negara Italia tersebut.
"Akhirnya berhasil. Kata ibu, adik, dan tetangga rasanya enak. Saya pun kemudian berani menjajakan piza buatan saya," papar Feni.
Agar orang-orang mengetahui dagangannya, Feni gencar melakukan promosi di sosial media. Dirinya juga sangat mengandalkan testimoni dari para pelanggannya.
Nah, berkat kegigihannya, kini usaha rumahan miliknya sudah mulai dikenal oleh banyak orang. Sekarang, setidaknya dalam sehari Feni bisa menjual 20 piza dengan omzet harian sekitar Rp500 ribu hingga Rp950 ribu.
"Untuk satu piza rumahan ini saya menjualnya dengan harga Rp35 ribu sampai 85 ribu sesuai dengan ukuran dan topping-nya. Pembeli bisa memilih mau ukuran kecil, sedang dan besar. Sedangkan untuk topping ada 23 varian rasa," ungkap Feni.
Pengin Punya Kedai
Dalam menjalankan roda usahanya, Feni hanya dibantu tetangganya yang bertugas sebagai kurir. Untuk proses pembutan piza, pengemasan hingga marketing di sosial media dia melakukannya seorang diri.
"Kalau dikasih rezeki, saya pengin punya kedai. Saya ingin membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain," imbuhnya.
Ibu satu anak itu bersyukur piza buatannya dapat diterima oleh masyarakat Semarang. Bahkan saking enaknya ada seorang pelanggan yang dalam waktu seminggu membeli piza sampai lima kali.
"Dari anak-anak, remaja, sampai dewasa semua suka. Ibu saya saja yang dulunya nggak suka piza, karena sering nyicipi, akhirnya doyan," tuturnya.
Yap, dengan pencapaiannya ini, Feni boleh berbangga pada dirinya sendiri. Untuk bisa mencapai titik ini, tentu saja perjuangannya nggak mudah. Meski nggak mudah, dibanding jadi buruh pabrik, dia mengaku lebih senang berwirausaha. Selain lebih bisa menikmati hidup, dia bisa merawat anaknya yang masih kecil dan menyalurkan hobi.
"Kalau sekarang lebih asik usaha kayak gini ketimbang kerja. Karena saya bisa jaga anak. Terus juga nggak ada tekanan dari atasan," pungkas Feni.
Memutuskan berhenti kerja dan banting setir mendirikan usaha sendiri itu nggak pernah mudah. Selain butuh modal, kesiapan mental juga harus kita miliki, Millens. Tapi, bukan berarti itu nggak bisa kamu lakukan, ya.
Feni adalah salah satu contoh orang yang berani memulai usaha dengan modal yang nggak banyak tapi memiliki keinginan maju yang besar. Hasilnya, bisa kita lihat sendiri, kan? (Fitroh Nurikhsan/E10)