Inibaru.id - Sejak pukul 6 pagi, tangan tua dengan guratan otot yang jelas itu sudah sibuk. Perempuan yang akrab disapa Mbok Yah dengan terampil memipihkan nasi ketan yang sudah dibumbui diatas tutup toples.
Setelah membentuk lingkaran sempurna, Mbok Yah menata nasi ketan itu di atas anyaman bambu untuk segera dijemur di bawah sinar matahari. Inilah rutinitas saban pagi yang dilakoni Mbok Yah, pembuat krecek dari Kabupaten Pati yang menekuni usaha ini sejak 15 tahun silam.
Di daerah lain, krecek lebih dikenal sebagai rengginang atau jumputan, kerupuk tebal yang terbuat dari beras ketan. Mbok Yah nggak tahu kenapa rengginang disebut krecek di Pati. Namun, dari cerita turun-temurun, dia meyakini, krecek tercipta karena orang-orang bosan memakan nasi ketan begitu saja.
“Kata orang-orang zaman dulu, mereka bosan makan nasi ketan yang rasanya biasa saja. Mereka pun berinovasi menjemur nasi ketan, lalu digoreng. Ternyata hasilnya enak dan lebih awet,” jelas perempuan paruh baya bernama lengkap Ngasirah itu kepada Inibaru.id, beberapa waktu silam.
Perempuan 68 tahun itu sudah hampir 15 tahun memproduksi krecek di kediamannya di Desa Gulangpongge, Gunungwungkal, Kabupaten Pati. Setiap hari, seorang diri dia mengolah nggak kurang dari empat kilogram beras ketan untuk dijadikan sekitar 200 biji krecek.
“Pernah saya nekat bikin krecek banyak karena waktu itu mumpung musim kemarau. Eh, saya malah jadi sakit kepala seharian,” serunya diiringi gelak tawa.
Krecek memang sangat bergantung pada sinar matahari untuk pengeringannya. Jadi, saat musim kemarau, Mbok Yah selalu semangat membuat krecek untuk stok pesanan.
“Krecek mentah kalau benar-benar kering itu bisa tahan sampai 5 bulan lo,” jelas Mbok Yah.
Lalu, bagaimana saat musim penghujan? Mbok Yah rupanya nggak kehabisan akal. Dia mengaku tetap memproduksi krecek seperti biasa. Namun, untuk pengeringannya, dia mengandalkan tungku tradisional atau pawon sebagai pemanas.
Krecek Mbok Yah memang selalu jadi incaran banyak orang. Di Pati, krecek sering dijadikan oleh-oleh khas kota berjuluk Bumi Mina Tani ini. Selain itu, krecek juga dipakai sebagai bawaan hantaran lamaran, jajanan lebaran juga camilan sehari-hari.
Nggak hanya dari masyarakat sekitar, Mbok Yah juga sering mendapat pesanan dari orang-orang di luar daerah. Untuk sepak krecek mentah berisi 25 biji, dia biasa membanderolnya sebesar Rp11 ribu.
Nah, buat kamu yang pengin menjajal krecek Mbok Yah, silakan langsung datang ke kediamannya di Desa Gulangpongge. Krecek Mbok Yah juga bisa dijumpai di pelbagai toko jajanan dan pasar di Pati. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi Inibaru.id ya, Millens! (Rizki Arganingsih/E10)