Inibaru.id – Masalah sampah masih jadi hal yang memusingkan warga di daerah-daerah di Indonesia. Tapi, bagi warga Panggungharjo, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sampah justru bisa jadi sumber cuan. Kok bisa?
Di Indonesia, pengelolaan sampah memang belum benar-benar bagus. Hal ini membuat kita sering melihat masalah penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Bahkan, banyak warga yang membuang sampah di lahan kosong, pinggir sungai, atau lokasi-lokasi lain yang seharusnya steril. Hal ini tentu membuat lingkungan tercemar, bukan?
Nah, warga Panggungharjo sadar kalau masalah sampah ini nggak bisa disepelekan begitu saja. Soalnya, setiap hari pasti ada sampah yang harus dibuang. Di Bantul saja, menurut laporan Antara pada Selasa (27/9/2022), per hari ada 600 ton sampah. Jika hanya mengandalkan tukang sampah untuk membuangnya, sebenarnya hal ini hanya memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat lain saja, bukannya mengelolanya agar bisa didaur ulang dan nggak mencemari lingkungan.
Pengelolaan Sampah oleh BUMDes Kupas
Lalu, seperti apa pengelolaan sampah di Desa Panggungharjo? Lurah setempat Wahyudi Anggoro Hadi menyebut di tempat tinggalnya ada BUMDes Kupas (Kelompok Usaha Pengelola Sampah) yang eksis sejak 2013.
“Pengelolaannya seperti ini, sampah organik bisa dijadikan kompos serta pakan maggot (belatung). Kalau yang anorganik, bisa dijual ke industri daur ulang atau dibuat kayu berbahan dasar plastik,” ungkap Wahyudi sebagaimana dikutip dari Radar Jogja, Selasa (27/9).
Awalnya, warga enggan ikut serta dalam program ini karena harus repot-repot memilah sampahnya. Wahyudi menyebut hanya 18 persen warga Panggungharjo yang mau mengikuti program ini saat kali pertama Kupas aktif. Untungnya, Kupas punya cara jitu untuk membuat warga lebih tertarik ambil bagian, yaitu dengan membuat Program Tabungan Emas.
“Per 2020, kami melakukan skema disintensif. Jadi yang mau memilah sampah dapat tabungan emas. Kalau yang nggak mau memilah sampah bakal diminta membayar retribusi dua kali lipat. Meski kesannya memaksa, ini untuk kebaikan semua,” terangnya.
Inovasi Kupas makin terasa pada 2022. Aplikasi Pasti Angkut diluncurkan. Lewat aplikasi tersebut, sekitar 1.600 warga yang jadi pelanggan Kupas bisa mengorder pengangkutan sampah dan pembayaran retribusi lewat ponsel. Di aplikasi ini pula, warga bisa mempelajari cara memilah atau mengelola sampah dengan benar.
O ya, tarif pengangkutan sampah yang ditarik lewat aplikasi ini juga murah, yaitu Rp1.000 per kilogram. Rata-rata, warga hanya membayar total Rp10 ribu per bulan, jauh lebih murah dari biaya rata-rata pengangkutan sampah di DIY yang mencapai Rp25 ribu –Rp50 ribu.
Jadi Sumber Cuan
Karena sampah di Panggungharjo dipilah dengan baik, otomatis banyak sampah-sampah yang bisa didaur ulang. Nah, sampah yang disebut dengan ‘rosok’ ini dikumpulkan dan dibeli pengusaha daur ulang. Hasilnya nggak main-main, bisa memberikan pemasukan Rp17 juta per bulan!
Kini, Kupas Panggungharjo mampu mengelola sampah sebanyak 4,5 ton per hari. BUMDes ini juga sudah membeli alat pemilah sampah berteknologi terbaru yang memungkinkan pengelolaan sampah sampai 180 ton per hari atau setara dengan sampah yang diproduksi 30 ribu keluarga. Mereka semakin optimis mampu membantu mengatasi masalah sampah di Bantul dan sekitarnya.
Aksi pengelolaan sampah di Panggungharjo, Bantul ini memang layak diacungi jempol, ya, Millens. Semoga saja daerah-daerah lain terinspirasi untuk melakukan inovasi-inovasi serupa. (Arie Widodo/E10)