Inibaru.id - Masalah penumpukkan sampah di bibir pantai Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang bukan hal baru. Masalahnya, jika hal ini tetap dipandang sebelah mata, bisa menjadi bom waktu di kemudian hari.
Seorang nelayan setempat bernama Charis menuturkan bahwa menumpuknya sampah-sampah di Tambakrejo bukan karena ulah warganya, melainkan kiriman dari sungai Banjir Kanal Timur (BKT).
Meski sudah beberapa kali dibersihkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang dan pegiat lingkungan. Nyatanya, sampah-sampah di bibir pantai terus berdatangan.
"Tumpukkan sampah itu saya lihat mulai banyak tahun 2016," terang pemuda berusia 24 tahun saat dihubungi Inibaru.id belum lama ini.
Selain mengotori bibir pantai, sampah-sampah yang didominasi plastik tersebut juga telah mencemari perairan laut di Tambakrejo.
"Pernah saat melaut mesin perahu saya terhenti akibat tersangkut sampah. Terus, pernah juga satu jaring bukan dapat ikan, tapi sampah semua. Kejadian ini nggak sering sih," lanjut Charis.
Perlu Ditangani Secara Serius
Menyikapi pendapat Charis, Manager Kajian dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah Patria Rizki Ananda mengungkap hal serupa. Menurutnya, tumpukan sampah di bibir pantai Tambakrejo merupakan kiriman dari sungai.
Perempuan yang akrab disapa Patria ini mengaku sudah sering bertolak ke kawasan Tambakrejo untuk mengecek hal tersebut. "Selain kebanyakan sampah plastik, saya pernah lihat ada tas bekas, boneka, kursi, dan beragam macam sampah lainnya," ucapnya.
Mengingat masalah ini semakin parah, Patria pun menyarankan pemerintah untuk melakukan penanganan jangka pendek seperti dengan mengangkut sampah tersebut secara berkala ke tempat pembuangan yang semestinya. Jika hal ini nggak dilakukan, dikhawatirkan sampah ini akan mencapai laut dan akhirnya mencemari habitat hidup mahluk yang ada di sana.
"Untuk penanganan jangka pendek, ya pemerintah harus rutin membersihkan tumpukkan sampah itu," ungkapnya.
Sayangnya, menurut pengamatan Patria, pemerintah belum secara rutin melakukan pengangkutan sampah. Hal ini membuat sampah yang terus berdatangan pun semakin menumpuk.
Aturan Penggunaan Sampah Plastik Sekali Pakai
Di sisi lain, pemerintah Kota Semarang sebenarnya sudah mengeluarkan kebijakan yang diharapkan bisa memberikan efek terhadap masalah sampah plastik sekali pakai. Sayangnya, menurut Patria, kebijakan ini belum memberikan efek positif.
"Terbukti masih banyak cafe, rumah makan, angkringan yang masih menggunakan sedotan dan cup plastik. Harusnya persoalan ini perlu ditindak tegas," keluh Patria.
Maka dari itu, perempuan yang masih aktif kuliah di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini menyarankan pemerintah membuat kebijakan khusus untuk menangani sampah plastik.
"Saya rasa pemerintah pusat dan daerah harus tegas kepada produsen penghasil sampah plastik. Mereka harus bertanggungjawab mengurangi sekaligus mendaur ulang apa yang telah mereka produksi," tegas Patria.
Nggak hanya itu, Patria juga meminta masyarakat lebih berperan dalam mengatasi masalah ini jika ingin jumlah sampah plastik di Kota Semarang berkurang.
"Bank-bank sampah harus aktif dan berinovasi. Karena kita tahu sampah plastik sulit terurai. Jangan sampai lari ke lautan lepas dan malah jadi mikroplastik. Bahaya itu," tutup Patria.
Apa yang diungkap Patria ada benarnya, Millens. Untuk menangani sampah plastik, semua pihak harus ambil bagian. Semoga saja ada solusi efektif untuk mengatasi masalah sampah plastik di Kota Semarang ya? (Fitroh Nurikhsan/E07)