BerandaInspirasi Indonesia
Sabtu, 5 Jan 2024 17:27

Alasan Pengajian di Santrendelik Diminati Kaum Muda: Dikemas Ringan, Digarap Serius

Nongkrong Tobat, salah satu agenda unggulan di Kampung Tobat Santrendelik Semarang. (Dok Santrendelik)

Untuk menarik minat anak muda, kajian Islam di Santrendelik selalu digarap dengan serius agar terasa ringan, relate sama kehidupan sehari-hari, dan bikin nyaman orang-orang yang datang.

Inibaru.id – Media sosial telah lama menjadi jalur komunikasi utama Komunitas Kampung Tobat Santrendelik. Melalui medsos, kelompok kajian Islam yang berlokasi di Kota Semarang ini membagikan agenda rutin mereka, termasuk salah satunya Nongkrong Tobat.

Nongkrong Tobat adalah pengajian rutin Santrendelik yang digelar saban Kamis malam. Sehari sebelum kajian yang bisa mendatangkan ratusan bahkan ribuan jemaah tersebut, Santrendelik biasanya telah mengunggah tema yang akan didiskusikan.

Bagi Santrendelik, keberadaan medsos ini memang penting. Sebab, mayoritas tobaters, sebutan untuk jemaahnya, adalah anak muda. Mereka juga berasal dari berbagai daerah di Semarang, bahkan luar kota.

Santrendelik agaknya tahu betul apa yang diinginkan kaum muda. Nggak hanya medsos, tema kajian yang biasa mereka angkat juga selalu update, relate dengan kondisi tobaters, dan variatif. Ustaz yang didatangkan pun telah diseleksi dengan saksama.

Oya, meski disebut pengajian dan mendatangkan pemuka agama, kamu nggak diharuskan bergamis, memakai baju koko, bersarung, atau berpeci, kok. Yang penting rapi serta berlaku sopan saat hadir di majelis tholabul ilmi yang ada di Jalan Kalialang Lama, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, ini.

Yap, sejak terbentuk sekitar 2013 lalu, mengaji di Santrendelik memang sesantai dan senyaman itu. Tobaters nggak pernah dipaksa untuk jadi “alim” layaknya santri di pondok pesantren. Suasananya cozy, tempat ditata menarik, dan membaur dalam suasana yang akrab.

Bagi yang sudah pernah ke sana pasti tahu betul, mengaji di Santrendelik sangat menyenangkan. Selain bisa menyerap ilmu dari ustaz yang dihadirkan, tobaters juga akan mendapatkan vibes nongkrong positif lengkap dengan hiburan dan camilan gratis.

Pertanyaan 'Liar'

Di tengah pengajian, terkadang jemaah melontarkan pertanyaan yang mengundang gelak tawa karena terkesan aneh dan "liar". (Dok Santrendelik)

Salah seorang pendiri Santrendelik Ikhwan Syaefulloh mengungkapkan, komunitas mengaji ini memang sengaja dihadirkan dalam rangka memberikan ruang bagi kaum muda untuk mengkaji hal-hal baik dengan format yang disukai mereka.

“Anak muda juga bisa melakukan tobat atau perbaikan diri. Baik itu memperbaiki cara berpikir, tindakan, etika, cara bergaul, dan sebagainya. Itulah yang sebenarnya dibutuhkan anak muda, dan kami menstimulus tentang pentingnya mendedikasikan hidup ini dengan cara terus memperbaiki diri,” terangnya.

Benar saja, hampir tiap agenda Santrendelik selalu dipenuhi peserta, nggak terkecuali Nongkrong Tobat yang tiap pekannya selalu berhasil menyedot ratusan atensi dari milenial dan zilenial. Menariknya, pertanyaan yang mengemuka di forum ini nggak jarang mengundang gelak tawa karena terkesan aneh dan "liar".

“Saya melihatnya mereka ingin bertanya kalau di tempat lain nggak bisa keluar, sementara kalau di sini mereka keluarkan pol-polan bahkan jadi terkesan konyol, aneh, lucu, nggak mutu. Tapi itulah yang ada di anak muda,” cerita Ikhwan.

Yap, di tempat ini, menjadi hal yang wajar saat kamu mendengar pertanyaan tentang kegalauan hati, kisah percintaan, permasalahan karier, dan beragam problematika khas anak muda. Pertanyaan-pertanyaan mereka unik, bersifat pribadi, dan bisa jadi adalah pertanyaan kita juga yang belum sempat menemukan jawaban.

Nggak Menghakimi

Santrendelik serius menggandeng ustaz dan narasumber yang mengerti cara melakukan dakwah ke anak muda. (Dok Santrendelik)

Nggak bisa dimungkiri, salah satu magnet dari ramainya kajian di Kampung Tobat Santrendelik adalah profil penceramah. Melalui pelbagai seleksi dan pertimbangan, Santrendelik tampak serius menggandeng ustaz dan narasumber yang mengerti cara melakukan dakwah ke anak muda.

“Ustaz-ustaz tersebut (yang diundang) pastinya nggak terlalu banyak melakukan justifikasi atas apa yang diajarkan. Penyampaian lebih banyak bersifat tanya jawab, sehingga menimbulkan ketertarikan dan pemahaman kepada anak muda bahwa belajar Islam itu ternyata mudah dan nggak harus diceramahi,” ucap Ikhwan.

Bagi Santrendelik, karakter ustaz yang seperti itu memang menjadi pertimbangan serius. Narasumber harus bisa mengadopsi isu-isu terkini dan mengemas dakwah menjadi materi yang menarik untuk disimak. Karenanya, sebagian besar pengisi pengajian secara akademik bergelar cukup baik, seperti doktor, profesor, atau para dosen.

“Bukan kami nggak ingin mengundang kiai-kiai kebanyakan. Namun, karena ini isinya anak muda, penyajiannya kudu logis dan membuang dogma-dogma kuno yang kadang menjadi ilmu yang nggak terkonfirmasi kebenarannya,” tegasnya.

Kendati begitu, Ikhwan menampik kalau Santrendelik anti-kiai. Sesekali mereka mengundang “spesial guest” dari ibu kota atau kiai kondang yang tentu saja bakal jadi agenda yang diminati jemaah. Namun, menurut Ikhwan, hal itu hanya bersifat refreshment atau penyegaran.

“Sejauh ini, kami selalu mengonfirmasi narasumber yang memiliki kapasitas secara akademik dan keilmuan yang mumpuni,” tandasnya.

Ya, upaya nyata yang dilakukan Ikhwan dan pengurus Santrendelik dalam menghidupkan dakwah di kalangan anak muda ini nggak lain dan nggak bukan adalah untuk mewujudkan ekosistem yang positif. Tujuannya, agar tobaters mengalami perubahan kualitas hidup ke arah yang lebih baik.

Dengan serius menggarap pengajian agar terasa ringan seperti ini, Santrendelik berhasil menggaet minat anak muda untuk belajar agama. Kalau ada kesempatan, kamu berminat datang ke sini nggak, Millens? (Siti Khatijah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024