inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Bersua Cak Nun dari Dekat, Belajar Maiyah di Santrendelik Kampung Tobat
Jumat, 14 Apr 2023 11:21
Penulis:
Fitroh Nurikhsan
Fitroh Nurikhsan
Bagikan:
Emha Ainun Nadjib saat mengisi pengajian di Santrendelik Kampung Tobat. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Emha Ainun Nadjib saat mengisi pengajian di Santrendelik Kampung Tobat. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Menjelang akhir Ramadan, Santrendelik Kampung Tobat di Semarang mengundang Emha Ainun Nadjib. Bisa bersua Cak Nun dari dekat, saya banyak belajar tentang maiyah dan melepaskan harapan.

Inibaru.id - Bilangan Kalialang di Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, tampak lebih ramai dari biasanya kemarin, Kamis (13/4/2023). Sedari bakda Isya, ratusan bahkan mungkin ribuan orang tampak mulai menyambangi Kampung Tobat Santrendelik, pusat keramaian tersebut.

Saat saya tiba, tempat duduk yang disediakan sudah hampir penuh terisi. Para pemuda, orang tua, dan anak-anak menjadi satu, duduk lesehan tanpa pembatas. Hari itu, pengajian rutin yang digelar saban Kamis petang ini memang menghadirkan sosok istimewa, yakni Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tiap Ramadan pengajian kontemporer yang diinisiasi Santrendelik itu memang selalu mendatangkan sosok spesial. Kali ini, mereka menghadirkan Cak Nun lengkap dengan Kiai Kanjeng-nya. Nah, di mana pun ada Cak Nun, jemaah Maiyah selalu turut serta mendampingi.

Untuk yang belum tahu, Maiyah adalah gagasan Cak Nun tentang kebersamaan yang berpijak pada "Segitiga Cinta" antara Allah, rasulullah, dam makhluk. Konsep yang dicetuskan pada 2001 itu kemudian menyebar ke berbagai lapisan masyarakat di seluruh Indonesia melalui pelbagai majelis.

Sementara Santrendelik adalah pesantren kontemporer di bawah Yayasan Santrendelik yang memberi warna baru dalam pengajaran agama Islam pada anak muda. Didirikan Ikhwan Syaefulloh dan Agung Kurniawan serta diresmikan Dahlan Iskan pada 2 November 2013, Santrendelik menawarkan gaya pengajian yang nggak biasa.

Alih-alih memakai atribut keagamaan atau duduk bersila menghadap ulama, ngaji di Santrendelik justru membuat pesertanya serasa sedang berdiskusi di sebuah kafe saja. Hm, menarik!

Bersanding dengan Jemaah

Emha Ainun Nadjib duduk berdekatan dengan jemaah Maiyah. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)
Emha Ainun Nadjib duduk berdekatan dengan jemaah Maiyah. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Selewat pukul 20.30 WIB, Cak Nun hadir di antara para jemaah yang didominasi anak muda tersebut. Bukan di atas panggung atau mimbar, sosok yang juga dikenal sebagai budayawan itu duduk bersanding dengan para jemaah. Berdekatan. Bersila sejajar tanpa sekat.

Kedatangan Cak Nun disambut nada selawat dari Kiai Kanjeng dan riuh jemaah yang disertai keinginan untuk menyalami cendekiawan kondang tersebut. Ayah dari Sabrang "Noe" Letto itu kemudian duduk, lalu mengajak beberapa jemaah untuk duduk di sebelahnya.

Mengawali kajian, Cak Nun berbicara tentang harapan manusia setelah lebih dulu menanyai jemaah terkait harapan apa saja yang telah atau belum tercapai. Menurutnya, wajar kalau setiap orang memiliki harapan yang tinggi. Namun, nggak semua harapan bakal dikabulkan Allah.

"Harapan yang belum tercapai itu sama saja seperti aku yang sudah 70 tahun punya harapan terhadap umat Islam tapi tidak tercapai hingga sekarang. Wajar nggak kalau saya putus asa atau mangkel ke Gusti Allah?" lontarnya.

Ajakan untuk Bersabar

Jemaah Maiyah nampak antusias mendengar tausiyah yang disampaikan Emha Ainun Nadjib. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)
Jemaah Maiyah nampak antusias mendengar tausiyah yang disampaikan Emha Ainun Nadjib. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Pertanyaan sederhana yang dilontarkan suami Novia Kolopaking itu pun menjadi obrolan panjang hingga selewat tengah malam. Yang menarik, hampir nggak ada jemaah yang tampak mengantuk atau meninggalkan majelis. Mereka ikut merenung, berpendapat, bahkan tertawa saat ada obrolan yang lucu.

"Bersabarlah dan kuatkan sabarmu. Percayalah pada keadilan Allah, kalau harapan tidak tercapai sampai tua, ya tidak apa-apa," simpul Cak Nun pada akhirnya. "Yakinlah, Allah paling tahu mana yang sebaiknya kamu capai."

Arif Rohman, seorang jemaah yang sengaja datang jauh-jauh dari Ngaliyan mengaku puas dengan kajian yang diberikan Cak Nun selama lebih dari empat jam tersebut. Majelis tersebut, lanjutnya, mengajarkan kepadanya untuk lebih bersabar pada harapan-harapan yang nggak tercapai.

"Senang dengan tamu spesial Santrendelik Kampung Tobat untuk akhir Ramadan ini. Saya belajar banyak dari Mbah Nun. Misal, ketika harapan saya tidak tercapai, itu semua kehendak Allah. Yang penting tetap punya iman," ungkap lelaki yang mengaku sudah dua kali datang ke Kampung Tobat ini.

Hal serupa juga ungkapkan Nisrina Aulia. Sebelum mendengarkan petuah dari Cak Nun, dia mengaku sempat merasa putus asa lantaran banyak harapan yang tidak tercapai setahun lalu, salah satunya adalah belum bisa lulus kuliah.

"Saya belum lulus, tapi hikmahnya sudah bekerja. Yang dikatakan Cak Nun ada benarnya. Keinginan saya tidak dikabulkan karena Allah tahu yang terbaik untuk saya saat ini," pungkas perempuan yang tercatat sebagai mahasiswa di sebuah kampus negeri di Semarang ini.

Sungguh beruntung saya menjadi bagian dari jemaah Maiyah dan Santrendelik malam itu. Lebih senang lagi karena semuanya gratis dan banyak penganan yang bisa dikudap selama mengaji! Ha-ha. (Fitroh Nurikhsan/E03)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

A Group Partner of:

medcom.idmetrotvnews.commediaindonesia.comlampost.co
Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved