BerandaHits
Kamis, 27 Agu 2025 09:01

Warna-warni yang Mulai Pudar di Kampung Pelangi Semarang

Wisatawan yang datang ke Kampung Pelangi Semarang nggak lagi seramai dulu. (Phinemo)

Sejak kali terakhir dicat ulang pada 2019, warna-warni Kampung Pelangi Semarang semakin pudar. Wisatawan pun semakin sedikit yang datang ke sana. Lantas, adakah harapan agar lokasi wisata ini bisa bangkit kembali?

Inibaru.id – Beberapa tahun lalu, Kampung Pelangi Semarang sempat jadi primadona. Kawasan ini viral karena tampilan uniknya, yaitu rumah-rumah warga dicat warna-warni mencolok. Alhasil, lorong sempit pun menjelma jadi spot swafoto yang Instagramable. Wisatawan dari berbagai penjuru berdatangan, dan nama Semarang kembali bersinar di peta wisata nasional, bahkan mancanegara.

Namun sayangnya, masa keemasan itu kini tinggal kenangan.

Kampung Pelangi yang terletak di Kelurahan Randusari, dekat dengan Tugu Muda, kini sepi. Rumah-rumah yang dulu penuh warna kini catnya memudar, sebagian dinding bahkan tampak kusam dan mengelupas. Kehidupan wisata yang dulu ramai, kini seperti mati suri.

“Penurunan pengunjung itu drastis, hampir 100 persen,” ujar Yoseph Tri Prawoko, Ketua Pokdarwis Kampung Pelangi sebagaimana dinukil dari Beritajateng, (13/8/2025).

Sosok yang akrab disapa Pak Woko ini mengenang masa 2017, ketika wisatawan datang setiap hari. Kini, tamu yang datang hanya sesekali. itu pun kebanyakan dari komunitas studi tiru atau turis asing dari kapal pesiar yang jumlahnya tak seberapa.

Menurut Woko, daya tarik utama kampung ini, yakni cat warna-warni, memang nggak bisa bertahan lama. Tanpa perawatan berkala, keindahan itu perlahan memudar. “Cat maksimal hanya bertahan enam bulan. Kami terakhir mengecat ulang tahun 2019, biayanya saat itu sekitar Rp 200 juta,” jelasnya.

Kampung Pelangi Semarang saat masih kerap dikunjungi wisatawan. (Dailytravelpill)

Usaha untuk meminta bantuan pengecatan ulang sebenarnya sudah dilakukan. Proposal sudah diajukan ke Dinas Tata Ruang saat Wali Kota Semarang dijabat Hevearita Gunaryanti Rahayu. Namun hingga kini belum ada kejelasan. “Katanya disuruh menunggu. Tapi ya sampai sekarang belum ada kabar,” imbuhnya.

Meski begitu, Kampung Pelangi belum sepenuhnya menyerah. Mereka masih berusaha hidup lewat paket wisata edukatif. Ada empat jenis aktivitas yang ditawarkan, yaitu pelatihan membuat wingko babat, membuat bunga dari limbah kertas, mencetak tiket dari bahan bekas, hingga wisata religi ke Makam Nyai Brintik yang berada di atas bukit.

Yang paling diminati adalah keterampilan bikin bunga dan bikin tiket. Pasalnya, hampir setiap RT di kampung ini memang punya perajin bunga kertas yang menyuplai kios-kios bunga di depan area kampung. Namun tantangan lainnya datang dari dalam, yaitu kurangnya sumber daya manusia. Anggota pokdarwis yang ada sebagian besar merupakan pekerja sosial yang tidak mendapatkan bayaran tetap.

Di sisi lain, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang mengakui pentingnya revitalisasi Kampung Pelangi. Mereka pun sebenarnya nggak pengin membiarkan tempat wisata tersebut seperti terabaikan. “Kami sedang upayakan cari dukungan, salah satunya melalui CSR,” ujar Kepala Disbudpar Semarang R. Wing Wiyarso.

Harapannya, Kampung Pelangi bisa kembali hidup. Sehingga impian Woko yang pengin menggelar lagi festival mural bisa terwujud. Hal ini tentu bakal membuka spot foto baru sekaligus menjadikan kampung ini dan kehidupan warganya kembali berwarna.

Yuk, kita doakan semoga Kampung Pelangi tak hanya jadi kenangan masa lalu, tapi bisa kembali menjadi destinasi yang hidup, berwarna, dan membanggakan Kota Semarang. Semoga saja ya hal ini terwujud ya, Gez? (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: