BerandaHits
Selasa, 13 Mar 2023 09:00

Terinspirasi Otak Manusia, Teknologi OI Siap Menyaingi AI

Ilustrasi: Teknologi OI berusaha meniru aspek molekuler dan seluler dari memori serta pembelajaran kognisi otak. (Unsplash)

Sama-sama canggih dan memiliki kemampuan berpikir yang mengesankan, AI dan OI sedang menjadi pembicaraan orang-orang pencinta teknologi. Jika AI mengandalkan kecanggihan komputer, OI tercipta karena terinspirasi dari keunggulan otak manusia.

Inibaru.id - Masih belum selesai terkagum-kagum dengan kecanggihan dan kepintaran ChatGPT yang berbasis AI atau kecerdasan artifisal, kini dunia teknologi kedatangan hal baru lagi nih, Millens. Perkenalkan namanya OI atau kecerdasan organoid. OI ini digadang-gadang bakal menjadi saingan terberat AI.

Nah, jika AI memiliki kekuatan komputasi yang super, OI justru terinspirasi dari kecerdasan otak manusia. Maksudnya, teknologi OI ini berusaha meniru aspek molekuler dan seluler dari memori serta pembelajaran kognisi otak.

Dikutip dari Tempo, Jumat (10/3/2023), istilah OI diperkenalkan kali pertama oleh situs Frontiers in Science pada Selasa (28/2/2023). Sebuah proyek yang dipimpin oleh Lena Smirnova dari Pusat Alternatif Pengujian Hewan (CAAT) telah mempublikasikan tulisan berjudul Organoid Intelligence (OI): The New Frontier in Biocomputing and Intelligence-in-a-Dish.

Program tersebut dikerjakan sebanyak 25 ahli komputer dan kesehatan dari Amerika Serikat, Australia, dan Jerman. Bersama-sama mereka membuat OI dan mengembangkan kemampuan komputasi dari otak manusia. Simpelnya, OI merupakan 'otak' manusia yang tumbuh di laboratorium, berfungsi sebagai perangkat keras biologis.

Kenapa Otak Manusia?

Kecanggihan teknologi sangat erat kaitannya dengan komputer. Tapi mengapa para pengembang OI justru tertarik dengan otak manusia? Ya, karena kekuatan komputasi manapun masih kalah dengan otak kita.

Artikel ilmiah yang dirilis oleh Frontiers in Science tersebut memberikan penjelasan terkait keunggulan otak manusia dibandingkan mesin-mesin yang disematkan kecerdasan buatan. Misalnya kemampuan manusia untuk membedakan dua objek hanya dengan beberapa sampel, sementara algoritma AI harus mengenali ribuan objek.

"Bidang biokomputasi baru ini menjanjikan kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kecepatan komputasi, kekuatan pemrosesan, efisiensi data, dan kemampuan penyimpanan," tulis artikel itu, dikutip dari CNBCIndonesia, Senin (6/3).

Sebenarnya teknologi AI sendiri telah lama terinspirasi oleh otak manusia. Pendekatan yang dibuat terbukti berhasil dan membuat kita terkesan. Ia bisa melakukan banyak hal mulai dari mendiagnosis kondisi medis hingga menulis puisi, seperti yang dilakukan chatbot ChatGPT. Namun, kemampuan pembelajarannya belum bisa mengalahkan otak manusia, Millens.

Keunggulan Otak Manusia

Ilustrasi: Teknologi AI seperti ChatGPT bisa melakukan banyak hal, mulai mendiagnosis kondisi medis hingga menulis puisi.(Vietnamplus)

Menurut para ilmuan yang mengembangkan OI, otak memiliki banyak keunggulan. Otak nggak hanya pembelajar yang baik, ia juga lebih hemat energi. Sebagai contoh, jumlah energi yang dihabiskan untuk melatih AlphaGo lebih dari yang dibutuhkan untuk menopang orang dewasa yang aktif selama satu dekade.

FYI, AlphaGo adalah AI yang mengalahkan pemain Go nomor satu dunia pada tahun 2017. AlphaGo dilatih berdasarkan data dari 160.000 gim. Seseorang harus bermain lima jam sehari selama lebih dari 175 tahun untuk menyelesaikan gim sebanyak itu.

Otak juga memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menyimpan informasi, diperkirakan mencapai 2.500TB.

Pengembangan teknologi OI yang terinspirasi dari otak manusia ini masih akan terus diperbaharui dan pastinya semakin canggih. Sebagai manusia yang memiliki otak dan mampu berpikir, sudah seharusnya kita bisa bijaksana dalam memanfaatkan kemajuan teknologi AI maupun OI. Iya kan, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: