Inibaru.id – Hujan deras yang turun hampir seharian penuh pada Rabu (13/3/2023) di Pantai Utara (Pantura) Jawa menyebabkan sejumlah wilayah dilanda banjir. Di Kota Semarang, banjir bisa ditemui di sebagian besar wilayah Semarang Bawah. Hal serupa juga melanda sebagian wilayah Demak, Grobogan, Kendal, hingga Pekalongan.
Nggak hanya hujan deras yang berlangsung cukup lama, sejumlah pakar menyebut bencana ini disebabkan oleh “squall line” alias “jalan tol hujan”. Memangnya, apa sih yang dimaksud dengan istilah ini?
Sebagai informasi, pihak yang mempopulerkan istilah ini adalah pakar klimatologi yang bekerja di Pusat Riset Iklim dan atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin. Dia mengungkap pada cuitan di akun Twitter @EYulihastin pada Rabu (13/3).
“Sudah lebih dari 12 jam konsentrasi hujan badainya memang ada di Semarang. Efek squall line besar yang memanjang dari laut menuju pesisir,” tulisnya pada Rabu (13/3) siang.
“Update: terpantau squall line di Semarang yang semakin memanjang. Waspada banjir bandang, ya. Yang di sekitar DAS agar siaga evakuasi mandiri,” tulisnya pada Rabu (13/3) pukul 19.56 WIB.
Apa yang diungkap Erma benar adanya. Aliran sungai-sungai di Kota Semarang terlihat jauh lebih deras dari biasanya pada Rabu (13/3) malam. Di Banjir Kanal Timur (BKT), airnya bahkan sampai meluap melewati dinding tanggul dan menyebabkan banjir.
Lantas, apa sih yang dimaksud dengan squall line alias jalan tol hujan ini? Kalau menurut National Weather Service (NWS) alias BMKG dari Amerika Serikat, squall line bisa disebut sebagai sejenis badai.
“Terkadang, ada badai petir yang terbentuk dalam bentuk garis memanjang ke samping dengan ukuran sampai ratusan mil dan bertahan selama berjam-jam. Garis badai ini bisa menghasilkan angin atau hujan dengan intensitas yang bisa menyebabkan kerusakan,” tulis lembaga ini di situs resminya.
Kok bisa sampai sepanjang itu? Hal ini disebabkan oleh adanya aliran udara ke atas yang terus terbentuk di bagian ujung sistem garis badai. Hal ini membuat hujan atau hujan es pun terus terjadi. Dalam banyak kasus, bisa menyebabkan badai yang cukup besar, lo.
“Udara padat yang lebih dingin memaksa udara yang lebih hangat sekaligus kurang padat naik ke atas. Dampaknya, udara hangat ini mendingin, membentuk butiran air, dan memproduksi awan hujan. Inilah yang akhirnya membuat squall line bisa begitu panjang,” lanjut informasi yang diunggah NWS.
Hingga Kamis (14/3) pagi, pesisir Pantura, khususnya di Kota Semarang masih mendung dan gerimis. Sesuai dengan radar cuaca dari Satelit Himawari yang diambil dari situs Staklim Jawa Tengah yang menunjukkan bahwa di hampir semua wilayah Jateng masih diselimuti awan tebal.
Semoga saja fenomena cuaca ini bisa segera berhenti ya agar bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Semarang bisa segera surut! (Arie Widodo/E10)